Juri Tiga

Halo, saya juri bulan April ingin mengucapkan, mohon maaf lahir dan batin. Sebelum kalian memaki saya karena sok tahu dan cerewet, saya cuma ingin berpesan: PENJURIAN KALI INI ANJAY!

Dalam artian, menilai duapuluh tiga cerpen itu sesuatu sekali. Saya harus baca, meneliti, kadang pusing sendiri, terus minum air putih banyak-banyak. Untunglah semua itu dapat terlewati dengan selamat.

Alhamdulillah.

PENILAIAN

1. Namaku Pipit

Nilai : 5,6

Sebuah cerita yang sebenarnya bisa menggugah, namun sayangnya sangat rapuh pondasi, dan perlu banyak perbaikan. Sudut pandang anak kecilnya lumayan, tapi kisah tentang perang dan robot itu mengganggu karena muncul sekadarnya.

2. Oentoeng dan Makatau

Nilai : 8,5

Keren. Saya bisa bilang, ini cerpen dengan diksi paling keren. Hanya saja eksekusinya masih lempeng. Masih belum ada titik klimaks, terutama saat gunung Makatau meletus. Saya kira, penulis terlalu banyak bermain-main dengan kalimatnya. Tetapi ini tetap keren, dan saya menyukainya.

3. Help From the Past

Nilai : 8

Terlalu cepat. Tempo ceritanya mendadak beralih ke sana-ke sini tanpa ada jembatan yang jelas. Rasanya seperti diajak melaju dengan mobil superkencang. Tahu-tahu, endingnya seperti itu. Sedikit kecewa, karena kepintara sang tokoh kurang terekspos. Tapi ini pun sudah cukup.

4. Sejarah yang Tak Tersentuh

Nilai : 7

Masih mentah. Saya bilang jahitan sejarahnya belum rapi. Kesan dan detail di jaman Indonesia masa penjajahan belum dapat. Masih banyak ruang kosong yang seharusnya terisi dibiarkan mengambang tanpa kejelasan.

5. BEBAS

Nilai : 9

Saya tidak tahu kenapa terhipnotis dengan cerpen ini. Banyaknya kesalahan penggunaan di dan ke, membuat nilai estetikanya sedikit turun. Tetapi saya akui, saya paling menjagokan cerpen ini. Selain detailnya asik, narasinya juga enak, dan benar-benar membawa pada ketegangan yang singkat di jaman perang yang serba ketat. Hebat!

6. Robo

Nilai : 6

Lumayan, meski sebenarnya bisa lebih didetailkan lagi. Ada banyak bagian yang cuma dinarasikan: kami di taman, kami bermain, kami bla-bla. Seharusnya bisa lebih tajam dan unik. Pembaca itu butuh sesuatu untuk diimajinasikan, jangan beri mereka pernyataan mentah. Tapi buatlah ide dalam sebuah adegan atau gambara-gambaran sehingga pembaca merasa seperti menonton film.

7. Kriekgskinder

Nilai : 7,5

Masih kurang tajam dalam penggambaran latar suasananya. Sebenarnya bagus, jalinan sejarahnya udah keren, cuma masih lempeng dalam pembacaan. Terlalu lebar fokusnya.

8. Dunia 24 Jam

Nilai : 7,5

Masih lempeng. Sebenarnya bagus, apalagi meteor dan rudal itu seperti sebuah kehancuran dan keindahan di saat yang sama. Cuma, apa ya, eksekusinya masih terburu-buru.

9. Boy Meet What

Nilai : 7

Rasanya kayak kepenggal ....

10. Papaku Seorang Cyborg

Nilai : 8

Yak terus? //digeplak

Saat membaca judulnya, saya sempat mikir ini sinetron Indonesia ala-ala 'Papaku Seorang Penjudi', 'Papaku Adalah Suami Ibuku', 'Papaku Adalah Ayah dari Adikku'. Tidak keren, gitu. Judulnya tidak memancing minat baca sama sekali. Terus pas dibaca. Beneran kayak sinetron, dari konflik, penyelesaiannya. Tapi terselamatkan dengan latar masa depan dan Cyborg-nya.

11. Lost Star

Nilai : 8,4

Ini keren, sesungguhnya. Saya bisa bilang, konfliknya adalah yang paling saya sukai di antara yang lain. Juga tentang endingnya. Namun, eksekusinya masih kasar. Kesan anak kecilnya masih dibuat-buat. Tetapi secara keseluruhan, ini bagus.

12. Pentagon

Nilai : 5,5

Masih harus dihaluskan lagi. Jangan nulis pas mepet detlen, yak!

13. Darkness

Nilai : 7,8

Kurang detail. Kesan jaman-jaman ala bangsawannya tidak dapat. Bahkan, jika pun ini memakai latar eropa/Indonesia abad pertengahan, saya tidak mencium bau-baunya sama sekali. Banyak kantong kosong, seharusnya bisa disisipi detail yang membangun. Namun sepertinya, penulis hanya fokus ke konflik dan tokohnya.

14. Dia Berubah

Nilai : 7,5

Endingnya yang paling kampret. Padahal di awal-awal udah lumayan, tapi entah kenapa, baca ending begitu bikin saya terjengkal jatuh.

15. A Key From the Past

Nilai : 8

Rapi. Saya merasa, ini mungkin yang paling rapi. Hanya saja, logikanya bisa ke masa lalu, dan mendapatkan kunci itu yang kurang ditonjolkan. Penyelesaian konfliknya hanya: saya menemukan kunci ini waktu jalan-jalan di museum. Bikin terjengkang. Jadi, bisa saya bilang, cerpen ini terasa anu karena solusi yang ditawarkannya.

16. The Pink Hole

Nilai : 6

Masih harus dipoles lagi. Saya tidak mendapat kesan apa-apa selain, ini apa? Oke, masa depan. Oke lobang pink. Oke, ingin memasukkan Freed ke dalam lobang hitam. Terus? Siapa kakak cantik? Kenapa dia mau nolong? Di jaman apakah mereka? Kenapa membuat imitasi tanaman? Apakah tanaman asli tidak bisa dibudidayakan lagi? Apakah di masa depan tidak perlu proses fotosintesis lagi? Banyak pertanyaan, sedikit penjabaran. Hmm.

17. A

Nilai : 6,5

Camuh. Rasa-rasanya saya mudah tersesat dengan kemunculan tokoh-tokoh di dalamnya. Petualangan mereka pun, di saya tidak tergambarkan dengan jelas, masih blank. Entah kenapa, baca cerpen ini bikin pusing, seolah ditulis buru-buru.

18. Felix in War

Nilai : 7

Sebenarnya bisa bagus, namun cara menyisipkan informasi di dalamnya terlalu asal-asalan. Asal ingat, asal masuk. Terlalu banyak mengekspos di dalam dialog, sehingga kesannya tidak natural. Andai diperhalus lagi, misal, informasi di dalam dialog itu disisipkan dalam narasi dan adegan.

19. Untuk Ibu

Nilai : 8,3

Konfliknya paling bikin baper. Kesan polos anak kecilnya dapat. Meski klise, lumayan bagus dengan detail asap hitam dan langit gelap karena kawasan industri. Cuma kurang diperhalus lagi. Saya kehabisan kata-kata sebenarnya mau bantai gimana lagi, karena bagi saya cerpen ini gak jelek, walau gak nendang-nendang amat.

20. Dream

Nilai : 6

Ending yang tidak menutup, konflik tidak digali secara matang, juga pembuka yang (sebenarnya bisa bagus) terasa lempeng karena tidak memiliki implikasi apa-apa, sekaligus tidak membebeberkan karakterisasi, latar, dan lain-lainnya itu bagaimana.

21. End of World

Nilai : 6,8

Pendek. Sebenarnya bisa menonjok. Tapi banyak lubang tidak terjelaskan dan berakhir mengambang di akhir begitu saja.

22. Impian Para Serdadu Kecil

Nilai : 7,9

Bagian dialog-dialognya garing luar biasa, tapi narasinya enak, dan sebenarnya bisa bagus selama bagian dialog itu dibuat lebih jenaka dan cerdas.

23. Madinet's

Nilai : 5,9

Berantakan. Semuanya seperti dicampur jadi satu, teraduk-aduk. Bukannya dapat pencerahan, saya semakin tenggelam dalam kegelapan. Jadi, cuma ingin berpesan pada penulisnya: tolong menulislah lebih serius lagi.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top