36# Aqiqah Berbalut Khitbah

_dua ekor kambing untuk bayi laki-laki dan satu ekor kambing untuk bayi perempuan_

🌼🌼🌼

Ibnu akhirnya mengalah dengan keluarga Qiyyara. Abdullah bermaksud menyelenggarakan aqiqah kedua cucunya di kediamannya.

Awalnya Ibnu hendak mengadakan di rumahnya sendiri namun karena beberapa alasan dan satu alasan besar lainnya sehingga Ibnu dan Qiyya menyetujui usulan Abdullah untuk mengadakan Aqiqah sekaligus tasyakuran hadiah atas lahirnya Almira dan Ayyana.

Ibnu telah menyiapkan 3 ekor kambing yang sangat gemuk untuk kedua putrinya. Sedangkan Abdullah menyiapkan daging sapi untuk yang tidak bisa makan daging kambing. Mengapa 3 karena keluarga Qiyya adalah keluarga besar jika hanya 2 ekor kambing pastilah tidak akan bisa merata untuk dibagikan kepada saudara-saudaranya.

Qiyya pastinya telah menyiapkan beras basmati lengkap dengan bumbu mandhi dan biryani. Karena hanya Qiyya yang bisa mengolah basmati dan daging kambing tersebut menjadi nasi mandhi dan biryani akhirnya Qiyya meminta bi Marni untuk melakukan sesuai dengan instruksinya. Memasaknya harus dengan rempah apron, dengan proses oven dan tanur. Teknik tanur yaitu teknik membuat kambing oven yang digantung di atas nasi menetes bumbunya ke nasi, yang sedang dimasak di atas bara.

Untuk yang ditaruh di kotak dimasak tengkleng dan tongseng. Mengapa Qiyya meminta dimasakkan mandhi dan biryani, karena cara makan kedua nasi itu bisa bersama sama seperti nasi liwetan. Itu diperuntukkan untuk keluarga Qiyya supaya menambah keakraban.

Hingga semua sudah siap dan para undangan telah hadir. Tetangga Abdullah, tetangga Ibnu, teman-teman Ibnu dan Qiyya, keluarga Qiyya dan tidak lupa keluarga Abi Umar.

Kedua baby twin telah siap juga didandani oleh Qiyya. Baby Al memakai pakaian putih dengan bando berwarna pink dan gelang di tangan kanannya sedangkan baby Ay memakai pakaian berwarna pink dengan bando berwarna putih tanpa gelang di kedua tangannya.

"Anak-anak daddy sudah cantik?" kata Ibnu menggoda kedua putrinya saat Ayyana sedang menyusu Qiyya.

"Iya dong Daddy, sebentar lagi kan kita mau dipotong rambutnya." Jawab Qiyya sambil menirukan suara anak kecil.

"Kakak tadi sudah disusuin kok pules gitu tidurnya?" tanya Ibnu .

"Sudah Mas, habis mandi tadi langsung minta nyusu."

Ibnu merengkuh Almira ke dalam pelukannya. Mencium pipi mungil putrinya. Tiba-tiba Hanif dan Hafizh ikut masuk dan meminta mencium kedua adiknya.

"Dad, mas Hanif cium adik dong." Pinta Hanif mendekat Ibnu.

"Bunda, bang Hafizh juga cium dong." Pinta Hafizh mendekat Qiyya.

Ayyana yang masih menyusu Qiyya sepertinya risih ketika Hafizh menghujaninya dengan ciuman. Sehingga menyebabkan bayi mungil itu menangis.

"Bang Hafizh, cium adiknya jangan kenceng-kenceng. Kan adik masih nyusu bunda, masih haus dia jadi nggak mau diganggu." Kata Ibnu.

Hafizh hanya nyengir melihat adiknya menangis. Qiyya akhirnya berdiri menenangkan putrinya. Sambil membelai kepala Hafizh, Qiyya tersenyum kepada putranya. Takut membuat kedua putranya menjadi cemburu karena merasa diacuhkan oleh orang tuanya.

Ibnu melihat semuanya dengan senyum yang mengembang di bibirnya. "Tidak salah memang aku memilihmu menjadi ibu untuk mereka. Jazakillahkhair, Sayang."

Qiyya menerima kecupan lembut suaminya di kening. Ibnu memang tidak pernah berubah, selalu manis dan romantis kepada Qiyya. Melindungi dan memenuhi semua kebutuhan Qiyya bersama anak-anaknya.

Saat tiba waktunya kini Ibnu dan Zurra menggendong Almira dan Ayyana. Membawa mereka ke majlis walimatul aqiqah. Memutarkan kedua bayi mungil itu kepada para undangan untuk didoakan. Mengapa harus Zurra? karena undangan yang ada di sana adalah laki-laki sehingga Qiyya memilih untuk menyerahkan putrinya kepada daddy dan pamannya untuk diputarkan kepada undangan yang ingin mendoakan putri kembarnya.

Abdullah bersiap untuk menerima Almira yang berada di gendongan Ibnu. Sedangkan Ibnu mengambil gunting yang ada di nampan yang dibawa Qiyya. Bersama sama mereka memotong sebagian rambut Almira dan Ayyana.

"Seorang anak yang baru lahir tergadai dengan aqiqahnya, disembelih darinya kambing pada hari ketujuh kelahirannya, dicukur rambutnya dan diberi nama."
 
"Setiap anak ada aqiqahnya, sembelihlah aqiqah untuknya dan buanglah kotoran darinya." Makna "buanglah kotoran darinya" ialah mencukur rambut bayi. Setelah mencukur sedikit rambut keduanya kemudian Ibnu berkata untuk menyebutkan nama kedua putrinya.

"Almira Hanifa Asy Syafiq dan Ayyana Hafizha Asy Syafiq." Kata Ibnu kemudian undangan mengucapkan solawat nabi dan acara aqiqah pun selesai.

Pukul 19.45, tamu undangan telah kembali ke rumah masing-masing. Kini yang ada tinggallah keluarga Qiyya. Qiyya sendiri memutuskan untuk menginap semalam di rumah orang tuanya karena hari telah larut sehingga kasihan dengan kedua bayinya jika harus keluar malam hari.

Di luar kediaman Abdullah datanglah rombongan satu keluarga. Ibnu menyambut dengan penuh suka cita. Sementara Qiyya sudah berada di kamarnya bersama keempat putra putrinya.

"Masuk yuk Land." Ajak Ibnu.

Dokter Erland beserta keluarganya mengikuti langkah Ibnu untuk masuk ke rumah. Karena baru saja ada acara aqiqah bayi Ibnu yang membuat semua kursi dikeluarkan. Akhirnya Ibnu menyilakan semuanya untuk duduk di atas karpet.

"Mohon maaf karena baru saja selesai acara aqiqah Al dan Ay, jadi belum sempat memasukkan kursi ke rumah." Kata Ibnu.

"Nggak apa-apa." Ucap dokter Erland. Abdullah keluar bersama Kartika menemui Erland dan keluarganya.

"Ayah, ini dokter Erland teman Ibnu. Kebetulan dia ini dokter kandungan jadi kemarin waktu Qiyya hamil ya Ibnu jadi sering berhubungan dengan dia." Jelas Ibnu.

"Iya Ayah tahu. Mohon maaf loh ini Nak Erland duduknya jadi lesehan." Kata Abdullah.

"Tidak apa-apa Pak Abdullah, perkenalkan saya ayahnya Erland dan ini istri saya, ibunya Erland. Sengaja kami datang kemari dari Yogyakarta untuk bersilaturahim kepada keluarga Bapak Abdullah. Dan kemudian juga mengantarkan Erland untuk menyampaikan maksudnya." Kata ayah Erland memulai pembicaraan.

Abdullah tersenyum mendengar penuturan ayahanda dokter Erland. Kemudian meminta kepada Kartika untuk memanggil Aira membawakan minuman ke depan.

Aira membawa nampan berisikan minuman hangat untuk ayahnya dan keluarga dokter Erland. Sekilas dan hanya sekilas Aira menatap lelaki yang duduk tepat di hadapan ayahnya itu dengan hati berdebar-debar.

'Semoga ayah menerimanya.' Kata Aira dalam hati.

"Ini ya Erland, yang namanya Aira? Yang sering kamu ceritakan itu? Mashaallah, ternyata kenyataannya jauh lebih cantik daripada ceritamu. Ah ibu jadi menyesal tidak segera kemari dari dulu." Kata Amanda-Ibu Erland.

Aira tersenyum sipu mendengar pujian dari ibu Amanda. Kartika juga tersenyum melihat tingkah gugup putri bungsunya. Sedangkan dokter Erland sama gugupnya dengan Aira.

Setelah berbasa basi kesana kemari akhirnya Abdullah menanyakan maksud dokter Erland berkunjung ke rumahnya.

"Jadi bagaimana maksud Nak Erland?" tanya Abdullah.

"Hmmm, begini Pak Abdullah. Sama seperti yang ayah saya katakan tadi bahwa kedatangan kami kemari adalah untuk bersilaturahim. Selanjutnya adalah saya bermaksud untuk mengkhitbah Aira menjadi istri saya."

Abdullah hanya tersenyum mendengar ungkapan dari dokter Erland. Tadi pagi dia telah mengetahui dari Aira jika keluarga dokter Erland akan kemari untuk melamarnya.

"Anak Ayah yang bungsu ternyata sudah besar juga ya. Nggak terasa ya Bu?" gurau Abdullah untuk Aira yang di alamatkan kepada Kartika istrinya.

Kartika tersenyum menimpali gurauan suaminya kemudian berkata "Rasanya seperti baru kemarin ya Yah, Ibu melahirkan. Eh, malam ini sudah ada yang meminang untuk menjadikannya istri."

Bu Amanda kemudian menimpali ucapan ibu Aira, "Namanya seorang ibu pasti akan bersikap demikian Bu Kartika untuk anak-anaknya. Rasanya Erland itu ya masih kecil tapi kok kemarin meminta kami melamarkan gadis untuk diperistri."

"Alhamdulillah." Jawab Abdullah diikuti tawa lirih dari Runi Alamsyah.

"Begini Nak Erland. Perlu diketahui bahwa Ayah itu memiliki 3 orang anak. Pertama mbak Qiyya, sudah ayah serahkan kepada nak Ibnu setahun kemarin. Kemudian mas Zurra yang sampai sekarang juga masih membujang, dan terakhir Aira." Kata Abdullah menjelaskan.

"Karena Aira ini anak terakhir, ayah tidak pengen nanti disalahkan karena bersikap tidak adil kepada anak-anak ayah. Panggil masmu kemari, Nduk." Perintah Abdullah.

"Biar Ibnu yang memanggil dik Zurra, Ayah." Suara Ibnu menawarkan diri.

Zurra datang dan duduk disamping ibunya. Abdullah menceritakan semuanya kepada Zurra.

"Bagaimana Mas, ikhlas jika adikmu menikah mendahuluimu?"

"Inshaallah Zurra ikhlas Ayah, tapi Zurra punya sebuah permintaan untuk calon suami dek Aira." Kata Zurra.

"Permintaan? Apa itu, sebutkan." Kata Abdullah.

"Iya Ayah permintaan. Calon suami dik Aira harus berjanji untuk selalu mencintai dan menjaga dik Aira dengan baik, tidak pernah menyakitinya baik fisik maupun batin. Dan berjanji untuk menjadikan dik Aira satu-satunya istri sampai Allah yang memisahkan mereka. Zurra tidak ingin kejadian mbak Qiyya terulang kembali pada dik Aira." Pinta Zurra pada ayahnya.

"Baiklah kalau seperti itu permintaanmu, ayah harus bertanya kepada orang yang mengkhitbah adikmu. Bagaimana Nak Erland? Syarat kakaknya Aira apa bisa dilaksanakan?"

"Inshaallah. Saya bersumpah demi Allah akan selalu menjaga dan mencintai Aira sampai maut memisahkan kami." Janji Erland.

Abdullah kemudian menatap putri bungsunya dan berkata, "Gadis kecil Ayah, bagaimana Nduk? Dokter Erland memintamu kepada Ayah, apakah kamu bersedia mendampinginya untuk menjadi istri bersama-sama berjalan meraih surganya Allah?"

Aira masih terdiam kaku. Sebenarnya dia ingin langsung menjawab namun rasa gugup dan malu menghalangi semuanya.

"Inshaallah, Aira bersedia menjadi istri mas Erland, Ayah."

"Alhamdulillah." Ucap semua yang berada di ruang tamu serempak

Tidak ada ungkapan selain rasa bahagia di mata Aira dan dokter Erland. Beban yang selama ini ditanggung oleh dokter Erland seperti menguap.

Sampai pada akhirnya semua membicarakan tanggal berapa keduanya akan melaksanakan pernikahan.

"Sesuatu yang baik harus disegerakan." Kata Ibnu memecah keheningan

"Tidak ada masalah kan jika Aira melaksanakan pernikahan sebelum pengambilan sumpah dokternya?" tanya Kartika.

"Tidak ada Bu, hanya diusahakan jangan hamil dulu. Mereka pasti mengertilah, kan sama-sama dokter." Jawab Ibnu.

Pak Runi menawarkan alternatif tanggal kepada Abdullah. Setelah bermusyawarah akhirnya diambil kata mufakat bahwa pernikahan Aira dan dokter Erland akan dilaksanakan sebulan lagi.

Pertemuan keluarga selesai dan keluarga dokter Erland pun segera pamit untuk pulang.

Ibnu kini telah berada di kamar bersama istri dan keempat anaknya. Melihat Qiyya yang sepertinya kelelahan tertidur sambil menggendong seorang bayinya. Hmmm, bahkan sampai dengan usia anak mereka 7 hari Ibnu masih belum bisa membedakan kedua putrinya jika tidak melihat gelang yang dipakaikan Qiyya pada Almira, keduanya benar-benar mirip.

Rambutnya yang tebal, alis tipis, hidung mancung dan bibir mungilnya milik Ibnu, namun tatapan mata belok dan pipi chubbynya jelas milik Qiyya. Perpaduan yang sempurna, maka nikmat Tuhan mana lagi yang akan didustakan.

Syukur tiada henti diucapkan oleh Ibnu terlebih setelah dia mengetahui bahwa Allah memberikan kesempatan selamat dari kecelakaan pesawat yang seharusnya membawanya ke Singapura.

Melihat lengkungan manis dari bibir istri tercintanya, dan kini keluarga mereka terasa lengkap dengan hadirnya dua malaikat kecil tanpa sayap, Almira dan Ayyana. Kedua putranya yang juga sangat menyayangi adik bayi mereka, bahkan ketika suatu hari Qiyya mengatakan kepada kedua putranya, jika adik kembar mereka berjenis kelamin perempuan sang bunda akan memberikan nama seperti nama mas dan abangnya dengan hanya ditambah huruf a dibelakangnya.

Terbukti ketika twin baby berjenis kelamin perempuan, Ibnu langsung memberikan nama untuk kedua putrinya. Dari awal memang Ibnu dan Qiyya telah menyiapkan 4 nama untuk calon anak anak mereka. Dua nama untuk bayi laki-laki dan dua nama untuk bayi perempuan.

Ternyata Allah mendengar doa Qiyya selama ini. Betapa tidak, istri cantiknya itu selalu mengutarakan keinginannya memiliki anak perempuan. 'Biar kompak nanti sama kedua kakak laki-lakinya', alasan itu yang selalu diutarakan ketika ditanya mengapa.

Hidup Ibnu memang benar-benar sempurna sekarang. Karir yang baik dan keluarga yang istimewa. Lantas apa kabar surga yang selalu dia rindukan? Qiyya adalah jawabannya, kedua anak lelakinya setahun ini sudah menjadi hafizh, Alhamdulillah Hanif sudah menghafal 3 juz sedangkan Hafizh baru menghatamkan hafalan juz ammanya.

Ibu adalah madrasah pertama untuk setiap anaknya, dan Qiyya? Ibnu yakin bahwa Qiyya bisa menjadi tangan kepanjangannya untuk merengkuh putra putrinya menuju surga yang selalu mereka impikan.

oekkk......oekkk.....oekkk

Ayyana yang berada di box bayi menangis, Ibnu segera meraih bayi mungilnya ke dalam gendongan dan menimangnya. Sementara Qiyya yang sedang tertidur dengan posisi duduk karena masih memangku Almira menjadi terbangun karena kaget akan tangis Ayyana.

Ibnu mengisyaratkan untuk Qiyya meletakkan Almira di box bayi kemudian memintanya untuk merebahkan badannya di samping Hafizh.

"Kamu tidur disamping Hafizh, biar Mas yang menidurkan Ayya. Sejam lagi kamu harus terbangun untuk menyusui mereka kembali." Perintah Ibnu pada Qiyya.

Qiyya mengangguk, bukan karena tega dengan Ibnu untuk menimang Ayyana. Tetapi lebih karena tubuh Qiyya yang pegal semua, dan satu jam lagi harus menyusui kedua bayi kembarnya.

Qiyya memang bertekad untuk memberikan ASI eksklusif untuk kedua bayinya. Itu sebabnya baru juga 7 hari dia menyusui berat badannya sudah turun 8 kg dari pasca melahirkan. 'Baru juga seminggu, badan sudah langsing saja', itu gurauan dari beberapa ibu-ibu tetangga yang sengaja melihat bayi kembarnya ke rumah.

Adzan subuh menggema di seluruh rumah Abdullah. Ibnu yang rasanya baru memejamkan mata harus membuka matanya untuk menyempurnakan panggilan Rabbnya.

Pelan membangunkan 2 jagoan yang masih tertidur pulas di samping tubuh istrinya. Hingga akhirnya bukan Hanif dan Hafizh yang bangun melainkan Qiyya.

"Sudah subuh Mas?"

"Iya, anak-anak susah sekali dibangunkan"

"Coba Qiyya yang bangunin susah atau enggak."

Qiyya beringsut bangun dan mencium kepala Hanif Hafizh sambil menggoyang tubuh mereka pelan.

"Mas, abang, sudah subuh bangun dulu nanti Allah marah kalau kalian tidak segera menyambut panggilanNya." Kata Qiyya.

Hanif menggeliat dari tidurnya karena Qiyya yang masih menciumi kepala dan pipinya membuatnya risih dan perlahan membuka matanya. Tidak berselang lama sang adik pun terbangun. Dengan pelan Qiyya menggiring mereka untuk masuk ke kamar mandi, mencuci muka dan berwudhu karena sebentar lagi iqomah pasti akan dikumandangkan.

Selesai berwudhu Qiyya segera mengganti pakaian tidur kedua anaknya dengan baju koko lengan pendek dan sarung instan kemudian meminta mereka untuk segera turun karena daddy mereka sudah menunggu di bawah.

"Bunda nggak sholat?" tanya Hanif.

"Allah masih memberikan keringanan untuk bunda tidak sholat karena baru saja melahirkan adik kalian." Jawab Qiyya tersenyum kepada kedua putranya.

Qiyya mengantarkan kedua putranya kebawah. Baby Al dan baby Ay masih terlelap dalam boxnya dengan sangat nyaman.

Semua telah bersiap menuju ke masjid di dekat kediaman Abdullah. Hanya tinggal Qiyya dan beberapa orang saja yang dimintai tolong oleh Kartika untuk membereskan rumah hari ini setelah acara aqiqah baby Al dan baby Ay.

Bi Marni sudah berada di dapur setelah melaksanakan sholat subuhnya di rumah. Hari ini tidak memasak berat, hanya beberapa menghangatkan sisa menu semalam untuk bisa dipakai sarapan.

Ketika semua sudah berada di meja makan, baby Al dan baby Ay juga sudah cantik berada di kereta bayi mereka.

Qiyya membuka percakapan setelah menyelesaikan sarapannya.

"Semalam keluarga dokter Erland kemari untuk mengkhitbah dek Aira?" tanya Qiyya.

"Iya," jawab Kartika singkat karena lainnya masih mengunyah makanan.

"Dik Zurra, mbak mau tanya sama kamu tapi maaf ini agak pribadi."

Zurra sedikit kaget mendengar ucapan kakaknya namun kemudian dia bisa menetralisir keadaannya. Sepertinya dia tahu apa yang akan kakaknya tanyakan.

"Bagaimana denganmu? Apakah masih belum ada wanita yang pas untuk kamu ajak menyempurnakan separuh agamamu?" tanya Qiyya akhirnya.

Zurra menghembuskan nafasnya perlahan kemudian menjawab pertanyaan kakaknya. "Aku nggak tahu Mbak. Kejadian setahun kemarin membuatku untuk sangat teliti lagi dalam memilih pasangan hidup."

"Mau sampai kapan? Ingat, jodoh itu adalah takdir, takdir muallaq lebih tepatnya yaitu takdir yang bisa kita rubah sesuai usaha dan doa kita. Seperti halnya sekolah, kamu tidak akan pintar jika kamu tidak belajar. Pun demikian dengan jodoh, kalian tidak akan pernah bertemu jika tidak mengusahakannya, tentunya diiringi dengan doa." Kata Qiyya.

Zurra hanya mendengarkan dengan seksama. Ingin rasa hati mengungkapkan sesuatu namun dia masih ragu untuk mengatakan semuanya.

"Dengarkan kata-kata mbakmu, Mas." Tambah Kartika.

Inikah saatnya yang tepat untuk Zurra mengatakan sesuatu yang dipendam dan selalu dia ucapkan dalam setiap doa malamnya.

"Hmmm inggih Bu, ngestoaken dhawuh. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Zurra sampaikan tapi Zurra takut ini benar atau salah." Kata Zurra -- iya bu, laksanakan sesuai perintah --

"Apa kuwi Le, ayo kanda a neng Ayah." Kata Abdullah meminta kepada Zurra bercerita. -- apa itu nak, ayo ceritakanlah pada ayah --

"Sebenarnya Zurra menaruh hati pada seorang wanita. Dia tidak jauh dari kita, ayah, ibu dan semuanya telah mengenal dia dengan baik inshallah. Hanya saja Zurra masih ragu apakah wanita itu juga memiliki perasaan yang sama dengan Zurra atau tidak Zurra tidak tahu." Jawab Zurra.

"Kenal dekat dengan keluarga kita?" tanya Qiyya.

"Dev__Devi maksud mas Zurra?" tanya Aira.

--- 📌🍃____✂ ---

Jadikanlah AlQuran sebagai bacaan utama
Jazakhumullahu khair
to be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top