27# Detektif Cinta

_energi itu tidak bisa diciptakan, tidak juga bisa dimusnahkan tetapi bisa berubah menjadi bentuk yang lainnya_

🌼🌼🌼

"Sayang___"

"Apa sih mas teriak-teriak. Qiyya masih belajar sama anak-anak."

Sudah dua minggu ini Ibnu memiliki kebiasaan baru. Kalau memanggil orang selalu berteriak, sampai Qiyya geleng-geleng kepala mengingatkan.

Seperti minggu pagi ini, saat Qiyya sedang membantu Hanif membuat hasta karya yang ditugaskan oleh sekolahnya. Ibnu malah rewel meminta Qiyya untuk mengantarkannya pergi ke barbershop milik teman sekolah Qiyya. Merapikan rambut sekalian mampir ke gedung sebelahnya. Ya, aesthetic clinic untuk melakukan beberapa perawatan.

"Cream anti agingmu dimana ya Sayang?"

"Ya Allah Mas. Tadi ngajakin Qiyya ke barbershop, belum juga terlaksana karena Qiyya lagi bantuin mas Hanif buat hasta karya. Eh, ngajak facial juga ini sekarang nyariin cream anti aging. Buat apa sih?"

"Ya nggak papa, cuma kok mas ngeliat banyak kerutan di sudut mata."

"Eh tau nggak mas Ibnu sekarang sudah kaya oppa-oppa korea itu loh. Ya Allah, sebenarnya apa yang terjadi dengan suami gantengku ini? Kamu kemarin kesambet dari mana sih, Sayang. Kok hari minggu jadi begini." Kata Qiyya dengan perasaan aneh.

Ibnu bukannya menanggapi malah menambahi keanehan yang dirasakan Qiyya. "Eh Sayang, kayaknya kalau mas pake warna rambut seperti kamu bagus juga deh."

Eh, apa dia bilang mau pake warna rambut? Sejak kapan ya dokter Ibnu yang terkenal cool dan datar menjadi sosok metroseksual seperti ini. Qiyya semakin tidak mengerti dengan tingkah suaminya kini.

Setelah selesai membantu membuat hasta karya untuk putranya yaitu membuat kaligrafi dari biji-bijian akhirnya Qiyya menuruti permintaan suaminya untuk mengantarkan ke barbershop.

"Lah kok malah tiduran si Mas, ayo katanya mau ke barbershop. Anak-anak juga sudah siap, sekalian mereka potong rambut juga." Kata Qiyya sambil menggoyangkan pundak suaminya.

Alih-alih menanggapi Qiyya, Ibnu justru membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap di atas bed tempat tidurnya.

"Kelamaan kamu. Mas sudah nggak mood lagi." Jawab Ibnu dengan tetap memejamkan mata.

"Ousshhhh, come on Mas. Jangan kaya anak kecil begini lah. Rasanya dua minggu ini memang Qiyya memiliki 3 orang anak. Mas Hanif, Hafizh dan adiknya Hafizh yang paling gede tapi berubah manjanya melebihi Hafizh. Ayolah Mas, jangan membuat Qiyya berubah pikiran ya." Kata Qiyya dengan meninggalkan Ibnu karena sebal.

Ibnu akhirnya membuka mata dan berganti pakaian selepas kepergian Qiyya dari kamar mereka. Setelah menyemprotkan parfum di tubuhnya dia beringsut keluar.

Di luar kamar Qiyya dan kedua anaknya sedang asyik menonton kartun di televisi.

"Bunda, itu daddy sudah rapi. Ayo kita pergi." Kata Hafizh yang menyadari kehadiran Ibnu diantara mereka.

Qiyya menoleh ke arah Ibnu. Eh, kok baunya beda ya.

"Mas, are you ok?"

"Absolutly. What's up?"

"Sepertinya itu parfum Qiyya yang Mas pake. Ganti deh kemejanya bau seperti cewek ih."

"Iya, Mas memang pake parfummu. Pengen aja baunya lebih soft daripada parfum punya Mas. Nggak papa ayo berangkat, nanti antri lama belum lagi nanti ke aesthetic clinicnya."

"Mas masih pengen facialnya?"

"Iya Sayang pengen nyoba saja, perawatan itu seperti apa si rasanya. Masa cuma kamu saja yang ngerasain, mas juga pengenlah."

"Mas itu kenapa sih?"

"Kenapa apanya? Ya nggak kenapa-kenapa, memang salah ya kalau mas pengen tampil bersih nggak culun. Lagian juga perawatan sama kamu kan, nanti kita ambil satu tempat saja. Katamu di sana ada yang buat couple gitu."

"Iya ada, tapi aneh. Nggak biasanya seperti ini. Biasanya mas itu maskulin mengapa sekarang jadi begini. Takut sama kerutan di wajahlah, takut rambut ubanan minta diwarnainlah. Hadewwww Qiyya jadi pusing."

"Istirahat saja Qiyya sayang kalau pusing." Jawab Ibnu tanpa rasa bersalahnya.

Sebenarnya bukan hanya Qiyya yang merasakan perubahan Ibnu. Hanif bahkan Hafizh juga merasakan perubahannya.

Pernah di suatu pagi, mereka bertanya mengapa hampir setiap pagi daddynya muntah-muntah, kadang hanya diam saja ketika mengantarkan mereka ke sekolah. Tetapi ketika ditanya daddynya selalu bilang tidak apa-apa nanti juga akan sembuh sendiri.

Kini mereka berada di barbershop. Qiyya memilih untuk berbelanja di minimarket sebelah barbershop. Ketika dia sedang memilih beberapa cemilan untuk kedua anaknya ketika nanti ditinggal perawatan tiba-tiba Qiyya mendengar percakapan dua orang wanita di lorong samping tempat Qiyya berdiri.

"Walah Jeng, hati-hati kalau suami kita itu sudah banyak maunya. Apalagi kalau biasanya biasa-biasa saja kemudian suka centil dandan segala pasti ada sesuatu di luar."

"Iya tetanggaku kemarin juga begitu Jeng, sekarang suka perawatan alah ternyata punya WIL diluar. Kita musti kenceng ya sama suami biar nggak meleng seperti itu."

Deg

'Mas Ibnu? Mungkinkah? Bahkan belum juga setahun kita bersama?'

Air mata Qiyya meleleh tanpa dikomando. Percakapan yang sempat dia curi dengar itu sungguh membuat hatinya gundah gulana sekarang. Membayar belanjaannya ke kasir dan segera meninggalkan minimarket itu adalah pilihan yang paling benar.

Sesampai di barbershop betapa syok Qiyya melihat penampilan baru suaminya. Biasanya juga dipotong natural sekarang jadi dimodel messy pompadour, sedikit berantakan di bagian tengah dan agak panjang dan tipis dibagian samping dan kini telah berganti warna menjadi dark warm brown. Memang tambah fresh, tentu pula menambah kadar kegantengannya. Jadinya kok terlihat nggak pantes ya ada Hanif dan Hafizh di sampingnya. Oh my God, cobaan apalagi ini.

Kembali terngiang di kepala Qiyya tentang percakapan dua wanita di dalam minimarket tadi. Apakah ini tandanya Qiyya juga harus berhati-hati seperti apa kata mereka.

Oushhhh, sabar Qiyya. Istighfar dan kembali berpikir yang jernih. Kadang ada kalanya hati tidak sinkron dengan logika dan naluri tidak selaras dengan nurani. Kali ini Qiyya benar-benar dibuat pusing.

Di depannya kini berdiri seorang laki-laki tampan nan rupawan. Laki-laki itu adalah suaminya tercinta yang kini telah berumur 40an awal. Namun jika sekarang melihat gayanya siapa yang akan percaya jika laki laki tersebut telah berumur 40an.

Kemeja slimfit warna kuning gading lengan pendek yang lengan kokohnya menyembul sedikit di ujung lengan bajunya yang sedikit junkies, celana jeans denim model remaja kekinian, sepatu casual semi boots, jam tangan bermerk di lengan kirinya dan sebuah kaca mata hitam ray ban bertengger manis di hidung mancungnya.

Qiyya sampai memastikan kembali dengan matanya, apakah ini pengaruh karena dia tidak memakai kaca mata atau softlensnya. Qiyya memang memakai kacamata, hanya saja karena dia terkadang malas memakainya dia lebih nyaman menggunakan softlens.

"Kamu kenapa Sayang kok lihatin mas kaya begitu. Jelek yah warnanya? Kamu sih tadi malah keluar pas diwarnain." Kata Ibnu ketika Qiyya tengah melongo menatapnya.

"Mas, kita pulang sekarang nggak usah ke aesthetic clinic." Jawab Qiyya langsung masuk ke dalam mobil.

"Ayolah Sayang, nggak mungkin mas ke sananya sendiri. Kamu harus ikut, please."

"Mas__"

"Please, no bargaining, sit down and follow me."

Ujung dari perdebatan itu akhirnya tetap membawa mereka ke aesthetic clinic. Hari ini Ibnu memilih perawatan untuk peeling dan facial. Qiyya hanya menggelengkan kepalanya dengan berbagai pikiran berkecamuk di sana.

"Bu Qiyya, hari ini berkenan untuk melakukan perawatan apa? Disamakan dengan bapak atau bagaimana?"

"Anak-anak pasti sangat bosen nantinya menunggu kami, itu butuh waktu kurang lebih 3 jam." Jawab Qiyya.

"Iya Bu, kurang lebih 3 jam. Tapi mumpung dokter Meity lagi praktek loh. Anak-anak bisa bermain di playground, kami menyediakan baby sitter yang bisa disewa selama perawatan berlangsung." Kata customer service menjelaskan extra servicenya.

"Samain saja Mbak, cuma untuk peeling sama dokter cowok ya, dokter Meity biar dengan istri saya. Untuk facialnya yang satu ruangan ya." jawab Ibnu.

Qiyya benar-benar kehabisan kata untuk menanggapi sikap aneh Ibnu. Aneh dan benar-benar aneh. Hingga dia teringat sesuatu dan segera mengirimkan pesan WA kepada adik perempuannya.

Aira
Mbak pengen ngomong sesuatu, besok bisa bertemu saat makan siang? Tapi nggak di RS

Tidak berapa lama gawai Qiyya bergetar dan terlihat 1 notification masuk dari Aira yang membalas pesannya.

Aira
Di rumah saja Mbak, besok Aira masuk mulai siang. Kita ketemu jam 10an ya

Qiyya dan Ibnu akhirnya menjalani perawatan kulit sesuai dengan yang telah dikomunikasikan dengan customer service sebelumnya.

Keesokan paginya, saat Ibnu telah siap dengan pakaian dinas dan penampilan rambut baru yang full dengan pomade. Penyakit mual-mual Ibnu kembali menyapa. Pagi ini bahkan sangat parah. Sarapan, milo yang telah masuk ke perut Ibnu keluar semua.

"Mas, istirahat ya. Makanannya keluar semua loh, Qiyya khawatir. Mas ini sudah sering mual-mual begini loh kok ya nggak periksa. Tes darah atau GCU deh biar tahu penyakitnya apa." Kata Qiyya sambil mengoleskan minyak kayu putih di perut dan tengkuk Ibnu.

"Nggak papa Sayang, istirahat sebentar juga sembuh kok. Mas sudah cek lab dan hasilnya nihil nggak ditemukan apa-apa." Jawab Ibnu sambil mengurut pelipisnya dengan tangan kanan.

"Mas tiduran sepuluh menit ya, nanti tolong bangunkan." Pinta Ibnu pada Qiyya sebelum merebahkan tubuhnya.

Kalau sudah seperti ini memang obat satu-satunya untuk Ibnu adalah tidur sebentar, mengistirahatkan seluruh tubuhnya baru setelah bangun bisa fresh kembali.

Dan sepuluh menit berlalu. Qiyya membangunkan suaminya untuk berangkat ke kantor, sedangkan kedua anaknya telah dia pesankan ojek online ketika Ibnu mulai tertidur.

"Mas bangun, jadi ngantor apa tidak?"

Ibnu menggeliat dari tidurnya kemudian perlahan duduk dan merapikan kemejanya. Setelah melihat penampilannya di depan kaca Ibnu mendesah.

"Wadohh, rambut mas jadi berantakan deh Sayang."

"Ya Allah Mas__" Qiyya menjerit kemudian keluar saking kesalnya kepada Ibnu.

Qiyya menangis sesenggukan di ruang keluarga. Ibnu yang melihat itu hanya diam tidak mengerti harus berbuat apa. Sepertinya memang sikap romantis Ibnu telah menguap itu yang kini dirasakan Qiyya.

Berpamitan untuk berangkat ke rumah sakit dengan mencium pucuk kepala Qiyya sebentar kemudian langsung melesat keluar rumah menuju garasi dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Sesuai janji dengan Aira adiknya, Qiyya kini melajukan mobilnya menuju kediaman orang tuanya.

Perjalanan dari rumah Qiyya menuju rumah orang tuanya hanya memakan waktu kurang lebih 10 menit. Setelah memasuki ujung jalan menuju rumah Abdullah, Qiyya segera membelokkan mobilnya. 

Namun ketika sampai di depan kediaman orang tuanya. Qiyya tersentak kaget dengan sebuah mobil yang terparkir di depan rumahnya. City car berwarna silver itu pernah akrab dengannya dahulu.

Sebelum mengucapkan salam Qiyya mendengar percakapan ayahnya dengan orang lain. Bermaksud untuk mencuri dengar percakapan tersebut, Qiyya berdiri mematung di samping pintu.

"Maaf Nak Andri, sepertinya ayah tidak bisa dan tidak akan pernah mengizinkan itu."

"Andri minta tolong sama Ayah, karena hanya Ayah satu-satunya yang bisa menolong Andrian."

"Maaf, sekali lagi maaf Ayah tidak bisa dan itu tidak mungkin terjadi. Sebaiknya Nak Andri sekarang pulang ke rumah."

Belum sempat Andrian menjawab Qiyya sudah mengucapkan salam. Kemudian langsung mendatangi ayahnya untuk mencium tangan kanan ayahnya.

"Kamu sendirian? Nak Ibnu?"

"Mas Ibnu masih di rumah sakitlah Ayah, anak-anak juga masih di sekolah." Jawab Qiyya pada Abdullah.

Qiyya menyapa sebentar Andrian kemudian izin ke belakang untuk menemui adiknya. Andrian bukan prioritas utamanya sekarang. Masalah Ibnu harus segera diselesaikan. Qiyya tidak ingin gelisah dalam sebuah ketidakpastian.

Setelah berbasa basi sebentar, Qiyya akhirnya menceritakan tentang perubahan Ibnu. Yang mulai genit, manja minta ini itu, dan tentu saja mengenai cerita yang Qiyya dengar di minimarket waktu mengantarkan Ibnu ke barbershop.

Aira mendengarkan cerita kakaknya dengan seksama. Rasanya memang sangat tidak mungkin dengan kekhawatiran Qiyya bahwa Ibnu mempunyai wanita lain. Dengan merubah penampilan kemudian lebih care dengan perawatan kulit tubuhnya bukan berarti arahnya kesana. Namun melihat kekhawatiran kakaknya, Aira menjadi kasihan. Teringat olehnya peristiwa 2,5 tahun yang lalu saat tiba-tiba Qiyya menerima gugatan cerai dari mantan kakak iparnya.

"Begini saja Mbak, sehubungan Aira sekarang sudah tidak di stase bedah lagi coba nanti Aira selidiki lebih dulu."

"Mbak bingung Dek, cuma khawatir saja. Soalnya Mas Ibnu yang kemarin romantis banget sekarang malah sama sekali nggak romantis malah kesannya manja saja seperti anak kecil."

"Atau__"

"Apa Dek?"

"Kalau Mbak mau sih. Minta tolong dokter Erik, kan Mas Ibnu deket banget sama dokter Erik."

"Ah nanti malah runyam kalau dokter Erik ember. Mbak nggak mau ya, sampai seluruh rumah sakit jadi ngomongin mas Ibnu."

"Tapi masalahnya nggak mungkin Mbak, mas Ibnu itu dokter paling dingin di rumah sakit. Masa iya seperti itu?" tanya Aira kepada dirinya sendiri.

"Kamu nggak tahu kalau di rumah Dek, rasanya mbakmu ini mau nangis tiap hari kalau lihat mas Ibnu sekarang jadi centil seperti itu." Jawab Qiyya.

"Jadi gimana dong sekarang?" tanya Qiyya lagi.

"Mbak coba deh bilang sama dokter Erik kalau ada sesuatu yang mencurigakan tentang mas Ibnu suruh ngabari Mbak. Bilang saja mas Ibnu mendadak berubah menjadi centil bin ganjen." Usul Aira.

"Aira, ishhh kamu masa mas Ibnu dibilang centil bin ganjen."

"Lagian Mbak Qiyya juga segitunya, suami berubah lebih care sama dirinya sendiri malah dicurigai."

"Masalahnya__"

"Sudah, coba sekarang whatsapp dokter Erik ini nomernya." kata Aira sambil mengirimkan nomor HP dokter Erik kepada Qiyyara.

"Iya deh."

Akhirnya setelah berpikir agak lama Qiyya memberanikan diri untuk mengirimkan pesan singkat kepada dokter Erik.

dr. Erik
Assalamualaikum, dr. Erik ini Qiyya. Maaf mengganggu aktivitasnya. Kalau boleh tahu sekarang dengan mas ibnu atau tidak. Dari tadi HPnya Qiyya hubungi kok tidak diangkat

Setelah mendapatkan balasan dari dokter Erik Qiyya akhirnya meminta bantuannya untuk mengamati aktivitas suaminya di rumah sakit dan dokter Erik mengiyakan permintaan Qiyya. Dia berjanji juga untuk tidak memberitahu Ibnu tentang permintaan Qiyya ini.

Qiyya masih sama, gelisah dalam sebuah ketidakpastian. Tanda tanya besar dalam benaknya belum juga terjawab sampai saat ini.

Cling, gawai Qiyya berbunyi dan berkedip hijau disana

dr. Erik
Assalamualaikum Qiyya. Selama tiga hari ini aku selidiki ternyata nggak ada yang berubah dari Ibnu. Sepertinya kekhawatiranmu keliru.

Oh begitu ya dok. Info yang lainnya bagaimana?

Hanya saja memang sekarang nafsu makannya lagi tinggi, selama dia di rumah sakit bisa 2 atau 3 kali makan loh, trus kok sekarang jadi suka asem-asem seperti orang ngidam gitu. Eh iya, bagaimana kemarin habis operasi, sekarang sudah berhasil belum?

Qiyya terdiam sesaat membaca pesan terakhir dari dokter Erik. Ngidam? Eh, kok jadi ada kata itu. Qiyya segera melihat kalender di rumahnya. Memang sejak bersih dari haid sebelum berangkat umroh dua bulan yang lalu dia belum mendapatkan haid. Bukankah memang efek dari operasi laparaskopi seperti itu. Entahlah, Qiyya mengetikkan kembali sebuah pesan kepada dokter Erik.

Makasi ya Dok, informasinya.

--- 📌🍃____✂ ---

Tetap, jadikanlah Alqur'an sebagai bacaan utama

Happy Reading 👨‍💻👩‍💻

Sukron, jazakhumullah khair

to be continued

🌼🌼🌼

Merepost part ini membuatku tersenyum dalam kesendirian.

Barbershop, perawatan ke aesthetic clinik, cream anti aging, body mist yang akhirnya diminta juga, oh Allahu Rabb rasanya masih seperti mimpi untuk bisa mempercayainya.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top