6. Satu per Satu Terbuka
"Orang mu tidak salah ambil foto, Julian?" Ganen menatap tak percaya foto laki-laki yang duduk dengan beberapa orang seolah sedang memimpin rapat di spa dan salon milik Lila.
"Aku jadi penasaran, siapa laki-laki ini? Ada urusan apa dengan Lila? Mengapa ia berada di sini juga? Dengan Mayoka juga, apa dia punya dendam masa lalu yang aku tak tahu?"
Julian melihat bosnya seperti berbicara pada dirinya sendiri, ia tak berani bertanya macam-macam, ia hanya bawahan yang harus patuh pada tuannya tanpa banyak bertanya.
"Julian."
"Ya Pak."
"Aku ingin orangmu juga mencari informasi, siapa laki-laki ini? Tinggal di mana? Apa urusannya dia di sana?"
"Dia sendikit memberikan informasi jika orang itu bernama Pak Arka, jarang ada di sana Pak, paling hanya sebulan sekali, atau paling sering dua kali katanya, kayak bos juga dia di sana karena hampir semuanya dia urus, informan saya tahunya saat salah satu karyawan minta tolong pada informan saya untuk membelikan makanan bagi Pak Arka dan beberapa orang jadi dia iseng-iseng tanya siapa Pak Arka itu, untuk sementara hanya itu Pak informasi yang bisa saya berikan nanti kalau ada lagi akan saya beri tahu Bapak."
Ganen semakin tak mengerti, mulai kapan Lilanya mengenal Arka karena selama bersamanya tak pernah sekali pun Lila bercerita siapa laki-laki itu atau datang ke rumahnya saat mereka masih bersama dulu tak ada sama sekali.
"Terima kasih Julian, aku minta tolong lagi padamu dan pada informanmu, cari informasi lebih banyak lagi, lakukan diam-diam."
Julian mengangguk, lalu melihat Ganen mengambil sesuatu dari dalam tasnya, menyerahkannya pada Julian, sebuah map coklat ukuran sedang.
"Ini untukmu dan untuk informanmu, akan aku tambah jika informasinya semakin lengkap dan jelas."
"Terima kasih banyak, Pak."
.
.
.
"Kamu jadi semakin sering ke luar kota, Jumat sampai Minggu, kita tidak bisa weekend, apa ada proyek baru? Kita jadi tak leluasa jika mencuri-curi waktu di siang sampai sore seperti ini, aku masih ingin seperti ini terus, selamanya kalau bisa."
Mayoka masih saja memeluk tubuh Arka, menikmati nikmatnya tubuh liat yang selalu bisa memuaskannya, keduanya masih belum menggunakan baju, tanpa malu-malu lagi Mayoka mangajak Arka ke apartemen mewah itu saat mereka bertemu.
"Ya sudah sampai malam kita di sini toh nggak masalah, apa yang membuatmu membatasi jam pertemuan kita, toh kamu bosnya, kamu pemilik perusahaan."
"Aku punya anak Ka, dia selalu bertanya jika malam aku belum pulang, paling tidak jam delapan malam aku sudah di rumah."
"Itu masalahmu, aku tidak masalah jika kita mau sampai kapan saja kayak gini hanya ...."
"Hanya apa?"
"Tidak ada kompensasi apapun untukku?"
"Maksudmu? Bukankah apartemen mewah ini untukmu? Apa ada yang kurang?"
"Apartemen ini kan kita pakai berdua, kamu juga di sini sekali-sekali, aku ingin investasi yang jelas untukku sendiri, atau kau ingin kita hanya setahun dua tahun saja? Aku kan hanya setahun di sini setelahnya akan pindah ke proyek lain, artinya aku juga akan pindah ke kota lain."
Mayoka seperti ketakutan tak akan bisa menikmati masa-masa berdua seperti saat ini, ia menggeleng dengan keras dan memeluk tubuh Arka semakin erat. Ia tak membayangkan akan mencari Arka ke mana jika Arka pindah ke kota lain.
"Tidak Ka, jangan pernah tinggalkan aku, aku ingin selamanya kita begini, aku tak bisa membayangkan jika kau jauh aku harus mencari ke mana? Berhentilah dari pekerjaanmu, aku akan menjamin hidupmu, kau tak akan pernah kekurangan apapun, harta yang aku punya tak akan habis jika hanya untukmu, aku dan Maxi."
"Suamimu? Dia jelas punya bagian, dia laki-laki pekerja keras."
"Bagian dia kecil, tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang aku punya."
"Ah kau memang terbaik Yoka, aku akan tetap di sampingmu selama kau mau, tapi pertimbangkan juga bagaimana aku bisa hidup jika aku tak bekerja lagi."
"Kau tak usah khawatir Ka, kau akan lebih dari sekadar cukup, asal kau di sini, di sisiku."
Mayoka menaiki tubuh Arka, mencecap setiap inci tubuh muda itu, Arka menatap sambil tersenyum miring, perangkapnya mulai berhasil, ia membayangkan akan mempunyai uang cukup, lalu akan ia tinggalkan wanita yang terus bergerak di atas tubuhnya itu, ia akan hidup bahagia dengan wanita yang ia cintai, uang yang cukup, cinta yang melimpah dan dunia akan jadi miliknya. Dan Arka akhirnya juga mencecap tubuh Mayoka, membayangkan Lila yang ada di bawahnya, wajah cantik dengan wajah gelisah juga malu-malu.
"Lilaaa ... Lilaaa."
Erangan Arka sempat terdengar Mayoka tapi ia tak peduli.
.
.
.
Hercules hanya geleng-geleng kepala menatap foto yang ada di tangannya. Ganen memperlihatkan hasil temuan Julian.
"Orang berbahaya ini bos, dia selalu ada di lingkaran hidup bos, apa pernah punya masalah yang bos tak sadar?"
Dengan penuh keyakinan Ganen menggeleng.
"Mau punya masalah apa? Wajahnya saja baru aku lihat, kenal ya karena dia salah satu orang dari perusahaan yang kerja sama dengan perusahaanku."
"Saya yakin ada hal yang tak bos ketahui, yang terlewat, buktinya dia seolah ada disekitar wanita-wanita bos, iya kan?"
"Itu yang sampai saat ini aku bingung."
"Ok, bos nggak usah bilang apapun pada Julian, biar dia cari info saya juga akan cari, kayaknya Julian kurang cepat cari info, saya yakin nanti Bu Lila akan ketahuan tinggal di mana ya dari pergerakan laki-laki ini, dan saya juga yakin nanti salah satu wanita bos akan jadi miliknya jika kita tak bergerak cepat, saya malah cenderung ke Ibu Lila, Ibu Mayoka semoga tak terhanyut pada laki-laki ini, kalau uang dan aset lainnya mengalir pada simpanannya ini berabe."
"Mayoka sudah aku ingatkan, tapi entah kenyatannya gimana."
"Jangan salah bos laki-laki model gini bahaya, dia hanya bermodal tubuh bagus dan wajah tampan maka dalam sekejap akan kaya raya, siapa yang tak akan memujanya jika kepuasan yang selalu bisa didapatkan."
"Ok, aku merasa bukan waktunya sekarang membuka kedok Arka, karena belum jelas semuanya, aku tak mau manuverku malah membuat dia menang, biarkan dulu dia menikmati semua fasilitas, jika sudah tahu ada hubungan apa dia dengan Lila maka aku sendiri yang akan melakukan finishing dari semua masalah ini."
"Alaaah bos nggak akan tega, berikan pada saya dan akan saya buat dia mati pelan-pelan.
Hercules hanya terkekeh saat mata Ganen bergidik ngeri.
.
.
.
"Kau menangis lagi Lila?"
"Aku hanya rindu Ibu, boleh kan? Mas Ganen tak pernah menyakitiku, sejak awal dia laki-laki baik, rasanya tak mungkin dia akan membuat aku menderita seperti ini, rasanya sakit sekali saat tahu aku dijadikan yang kedua, mengapa ia tak jujur sejak awal?"
"Ibu juga tak menyangka, dia laki-laki yang ramah dan sopan, tak ada tanda-tanda laki-laki hidung belang. Kau tak bertanya banyak pada Arka, siapa dia? Istrinya? Dan lingkungan kerja juga keluarganya, siapa tahu ada hal yang tak kamu ketahui hingga dia berbuat seperti itu."
"Aku sudah tak berpikir banyak Ibu, saat aku tahu dia punya istri dan aku membuktikan sendiri ya sudah selesai."
"Kapan-kapan Arka datang lagi, coba kau tanya, Ibu yakin akan ada hal yang tak kau ketahui, meski apa yang Ganen lakukan tak bisa dibenarkan setidaknya kita tahu apa alasannya dia menikah lagi denganmu."
💔💔💔
25 Oktober 2021 (05.27)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top