24

Shubuh itu setelah menyelesaikan satu juz bacaan alqur’an Khadija bergegas memakai setelan kemeja lengan panjang dan rok bahan bermotif kotak. Kerudung instan syar’i menjuntai membuatnya tampak anggun. Wajahnya sudah terlihat segar setelah tertidur nyenyak karena kelelahan. Dia bergegas menuju rumah utama untuk mengambil alat kerjanya.

Sebelum suaranya memecah kesunyian, pintu rumah terbuka menampilkan sosok lelaki tampan yang terlihat segar dengan balutan kaos polos dan celana santai dibawah lutut. Warna hitam yang mendominasi membuat kulit cerahnya terlihat kontras. Lelaki itu berjalan dan membuka garasi, di keluarkan kendaraan yang kemarin diantarkan oleh gadis yang kini tengah berdiri mematung memperhatikannya.

“Ayo,” ucapnya setelah kendaraan itu terparkir diluar.

“Ayo?” Khadija mengerutkan dahi.

“Saya jadi penumpang pertamamu hari ini,” ujar Rasyid sambil kemudian menyalakan ponselnya dan membuat pesanan online pada aplikasi.

“Kak Rasyid mau kemana? biasanya bawa mobil sendiri?” Khadija bertanya setelah mendekat pada lelaki yang tengah menunggunya dalam kendaraan.

“Mau nyari sarapan, tapi yang jauh,” ucapnya sambil terkekeh, dia sudah memasang sabuk pengaman dan menunggu sang sopir duduk di kursi sebelahnya. Khadija menggelengkan kepala. Gadis itu bergegas naik dan mengambil posisi di kursi kemudi.

“Accept dulu ini pesananku,” ucap Rasyid melihat notifikasi di aplikasinya masih mencari driver.

“Oh iya,” Khadija tersenyum. Kemudian mengeluarkan ponsel dan melaksanakan tugasnya.

“Kak Rasyid tuh masuk kategori iseng yang akut,” ucap Khadija sambil memutar setir dan menginjak gas perlahan menuju jalanan yang masih lumayan sepi.

“Aku cuma surprise dapat info dari Khalima, mau memastikan itu hoax atau bukan?” ucapnya sambil terkekeh.

“Aku kayak gini bukan buat iseng atau main-main Kak, aku nyari duit, kuliah di kampus yang bagus ternyata mahal,” ucap Khadija sambil mengemudikan mobilnya.

“Kamu mau kuliah dimana? wah quick action juga ya kamu,” ucap Rasyid sambil menatap gadis itu kagum.

“Di kampus X Kak, aku sudah tahu mau dibawa kemana kehidupan aku kedepan, bersyukur belum terlambat dan menyadari semuanya lebih awal,” Khadija dengan yakin memaparkan yang dia pikirkan.

“Wah bisa bareng kalo gitu, itu kampusku Dija, nanti berangkat kuliahnya bareng ya?” Rasyid semakin tertarik.

“Kak Rasyid emang ga mau lulus, bukannya udah semester akhir ya?” Khadija melirik sekilas pada lelaki yang ternyata tengah menatapnya lekat.

“Ah, lulus bukan prioritas,” ucapnya santai sambil terkekeh. Khadija hanya menggelengkan kepala, masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran pemuda yang kini tengah berada disampingnya.

“Kak, ini udah mau sampe, Kakak turun aja ya dijalan, disitu tempat parkirnya sempit, aku takut nyerempet,” Khadija melirik kearah sekitar food court tujuan Rasyid yang memang terlihat tidak memiliki area parkir yang luas.

“Belajar lah, buktikan kalau niat kamu untuk bisa itu bukan setengah-setengah,” ucap lelaki itu menggoda Khadija. Gadis itu mengerucutkan bibirnya, namun perlahan dia akhirnya memasuki area parkir itu dengan mata yang hampir tak berkedip.

BUG

Ban depan mobilnya membentur pembatas parkir. Dia mengerem mendadak karena kaget. Rasyid hanya terkekeh melihat kepanikan wanita yang ada disampingnya itu.

“Ayo sarapan dulu, nanti aku pesen lagi via aplikasi biar kehitung trip kamu,” ucap Rasyid sambil turun dan mendahului Khadija mencari tempat makan yang nyaman. Khadija mengikutinya karena kebetulan dia juga memang belum sarapan.

“Dua porsi soto ayamnya pake ketupat ya Mas, minumnya teh tawar anget aja,” Rasyid memesankan untuk Khadija yang baru saja tiba.

“Kho aku dipesenin soto Kak?” Khadija complain.

“Emang mau makan apa?” Rasyid menatapnya.

“Hmm ya udah deh, kan udah dipesen, sayang,” ucap Khadija sambil memposisikan duduknya.

“Alhamdulilah, pagi-pagi udah ada yang bilang sayang Om, “ Rasyid malah berkelakar, pedagang soto langganannya menimpali, mereka memang terlihat akrab.
“Hahaha, dibales dong mas pernyataan sayangnya,” ucap penjual soto sambil terkekeh menggoda Rasyid.

“Aku juga sayang,” ucap Rasyid yang terhenti ketika melihat kedua bola mata yang biasanya teduh kian membulat menatapnya.

Tidak berapa lama pesanan mereka selesai. Soto hangat dengan ketupat. Keduanya makan dalam diam. Khadija tak mau menghabiskan banyak energi, jika sudah mulai berdebat biasanya akan keterusan. Matahari baru mulai muncul ketika mereka sudah menyelesaikan sarapannya. Sesuai janjinya, Rasyid kembali memesan mobil online nya Khadija. Kali ini dia minta diantar lagi ke salah satu toko buku.

Matahari sudah semakin meninggi, ini sudah toko buku ketiga yang Rasyid kunjungi. Khadija tidak bisa juga untuk kesal, toh lelaki itu memasukan setiap tripnya dalam aplikasi. Mungkin ini ujian sabar untuknya, atau mungkin berkah rejeki karena tidak usah susah-susah mencari penumpang, dia langsung terus mendapatkan orderan. Alasan Rasyid yaitu sedang mencari buku-buku referensi untuk merampungkan skripsinya.

“Kemana lagi Kak?” Khadija kembali bertanya setelah mereka keluar dari toko buku yang ketiga. 

“Kemana ya?” dia terlihat berfikir setelah hampir empat jam menghabiskan waktu dijalan dan waktu untuk memilih dan memilah buku yang sesuai. 

Drrrt Drrrt

Ponse Khadija berbunyi, gadis itu mengambil ponselnya dari saku rok kemudian memijit tombol untuk menjawab panggilan tersebut.

“Hallo assalamualaikum,” Khadija mengangkat panggilan dari nomor baru yang tidak dikenalnya. Rasyid hanya menoleh kearahnya, sambil berjalan beriringan menuju mobil yang terparkir di parkiran. 

“Oh baik pak, iya saya tertarik, tapi tawaran yang kedua pak, hehehe” ucap Khadija terlihat sumringah.

“Baik Pak, sekarang saya langsung ke tempat Bapak ya, assalamualaikum,” Khadija menutup panggilan telepon.

“Kak maaf, aku ada urusan, kita pulang dulu ya, aku harus cepetan kesana soalnya,” ucapnya sambil bergegas membuka pintu dan duduk dibalik kemudi, sejenak setelah menyalakan kendaraan tersebut gadis itu termenung.

“Mau kemana emangnya? udah aja pake mobil sih, kamu naik apa nanti?” tanya Rasyid.

“Buru-buru Kak, aku naik ojek aja, atau gini deh kak, ini mobilnya Kak Rasyid bawa pulang ya, aku naik ojeknya dari sini aja.“ Khalima meletakkan STNK pada dashboard mobilnya, dia bergegas membuka seatbelt, dan meninggalkan Rasyid yang masih melongo menatapnya.

Lelaki itu menatap tubuh mungil itu berjalan begitu cepat menghampiri beberapa tukang ojek online yang sedang mangkal. Terlihat mereka berbicara sebentar kemudian Khadija melaju meninggalkan tempat itu. Rasyid hanya menggeleng-gelengkan kepala, dia mengedik dan menarik nafas panjang sendiri sebelum akhirnya dia berpindah duduk dibalik kursi kemudi. Mobil itu perlahan melaju pulang, petualangan hari itu harus selesai lebih awal.

Khadija sudah tiba disebuah komplek ruko yang berjejer. Ruko berbentuk bangunan klasik tiga lantai yang terlihat elegan. Dia mencari-cari plat nama seperti yang diinformasikan.

“Mas berhenti didepan ya,” ucapnya kepada tukang ojek online ketike dia sudah melihat sebuah papan nama.

AL-KHALNA PROPERTI

Khadija bergegas turun setelah membayar biaya transportasinya menggunakan ewallet. Dia kemudian melangkah pasti menuju pintu kaca bertuliskan “office buka 08.00-17.00”. Dia langsung membuka pintu masuk setelah permisi kepada satpam yang berjaga disana.

“Assalamu’alaikum, selamat siang pak Sugeng!” Sapa Khadija pada lelaki paruh baya yang tengah duduk di sofa. Lelaki itu sedang berbincang dengan seorang wanita.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top