Tentang Dia
"Kamu tahu gak berapa kali dalam satu hari ini aku mikir untuk udahan?" Tanyanya tiba-tiba di bawah langit sore kejinggaan.
"Tapi sore ini langitnya terlalu bagus buat aku jadiin hari terakhir." Lanjutnya sambil tersenyum tipis. Dia mengulurkan tangannya ke atas, seolah menutupi wajahnya dari sinar matahari. "Aku terlalu malu disinari matahari, disaat aku hampir menyerah."
Aku mempercepat langkah lalu berhenti tepat di depannya. Langkahnya terpotong.
Dia tersenyum namun sedetik kemudian wajahnya tiba-tiba murung. "Aku mohon jangan bilang kalau kamu paham apa yang aku rasain. Atau jangan bilang kalau semua orang punya masalah dan bisa menghadapinya." Setelah dua kalimat itu baru dia meneteskan air mata. "Aku udah terlalu muak."
"Kamu mau aku seperti apa?" Tanyaku. Dia memang benar, tidak ada orang lain yang bisa paham dengan apa yang dirasakan orang lain. Bahkan kadang, diri sendiri pun kebingungan.
"Kamu mau minta hal apa sama aku?" Tanyaku lagi setelah 10 detik tak mendapat jawaban apapun dari mulutnya.
"Ini terlalu mahal buat aku bilang sama kamu. Bahkan mungkit terlalu berlebihan buat orang yang bahkan mungkin nanti malam memutuskan untuk tidur panjang."
"Apapun itu." Ucapku meyakinkannya. "Apapun itu, akan aku lakukan."
Dia diam. Tak yakin.
"Aku serius." Ucapku lebih meyakinkannya.
"Tolong pegang tangan aku. Tanganku terlalu dingin."
Lalu, aku melakukan seperti apa yang diinginkannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top