Bagian 41: Kembali Pulang 2 [END]
Doorrr!!!
Kaget gak? Hihi
Ktemu lagiiii
.
Yok mulai dari 0, jgn lupa tekan tombol bintang dan ramaikan kolom komentar ya~
Enjoy reading 💜
.
.
Bagian 41: Kembali Pulang 2
Betari tidak ingin pulang. Sejak masih di mobil, ia kukuh meminta Sanuar untuk membawa dirinya ke rumah lelaki itu. Bukan apa, Betari hanya takut kalau ibunya melihat keadaannya saat ini, wanita itu akan marah habis-habisan. Waktu hal seperti ini terjadi, Nia menjadi si nomor satu yang paling marah. Memberikan wejangan ini dan itu agar anak gadisnya tidak lagi terjatuh di lubang yang sama. Nyatanya, sebaik apa pun Betari menghindar dan berjaga-jaga, ia tetap jatuh ke lubang yang sama. Dan Betari belum siap untuk kembali dimarahi karena sebab yang sama.
"Kakak nunggu di luar, ya? Di teras, sama Abiyyu. Kamu mandi sama ganti baju aja dulu. Baju sama handuknya ada di atas kasur. Kalau udah, langsung istirahat. Atau kalau butuh apa-apa, panggil aja," Sanuar berujar kikuk.
Betari memang sering menginap di tempat Sanuar, tetapi ini akan jadi kali pertama perempuan itu menginap hanya dengan Sanuar seorang yang ada di sana. Sanuar tidak berani membayangkan hal macam-macam. Lelaki itu malah sibuk memikirkan bagaimana membuat Cadel-nya nyaman meski tidak ada Mbak Dian di sana.
"Lo ajak aja kakaknya Betari buat nginep di sini juga," usul Abiyyu. Keduanya tengah berada di teras dengan kopi hangat hasil seduhan Abiyyu.
"Justru Betari minta ke sini biar keluarganya nggak ada yang tau ...." Sanuar menghela napas. Pandangannya mendadak kosong. Meski suara hujan masih terdengar riuh, pikirannya terasa sunyi. Semua yang bisa ia pikirkan adalah, Ini semua salah gue.
"Gue yakin, nih. Lo pasti lagi nyalahin diri lo sendiri soal kejadian ini," tebak Abiyyu. Meski Sanuar tidak juga menyahut, helaan napas lelaki itu sudah mengisyaratkan segalanya. "Nggak, dude. Ini bukan salah lo. Everything happens for a reason. Mungkin dengan begini, Betari jadi lebih bisa belajar kalo nggak semua cowok itu bisa dipercaya kayak Kak Alpha-nya."
"Tapi si Cadel nggak butuh pelajaran yang bikin dia trauma sampe dua kali begini, Bi. Dia ... dia terlalu baik buat apa-apa yang nggak baik di sekitarnya. Dia terlalu polos buat apa-apa yang rusak di sekitar dia. Harusnya ... harusnya gue bisa jaga dia lebih baik lagi. Mungkin ... dengan gue nggak nyatain perasaan gue waktu itu, si Cadel nggak akan ngalamin hal kayak gini. Gue ... gue ngerasa usaha gue buat jaga dia selama ini gagal." Sanuar hanya mampu memejam. Menunduk lesu kala merasakan sesuatu menyumpal respirasinya hingga sesak.
Sementara itu, Betari yang berada di balik jendala hanya bisa menahan tangis. Mendengar segala silabel yang terucap penuh sesal dari Kak Alpha-nya, membuat ia juga menyesal karena sudah mendorong Kak lelaki itu sebegini jauh. Selama ini ia bahkan terus meyainkan diri bahwa tidak ada lelaki sebaik ayah dan Kak Alpha-nya. Namun mengapa saat bertemu entitas lain ia malah meragu dan berpaling dari segala prinsipnya tentang tidak melewati batas?
Rasanya ia tidak mampu berhadapan dengan Kak Alpha-nya saat ini. Perlahan, Betari masuk ke kamar Sanuar. Bersembunyi di balik selimut seraya meremat ujungnya kuat-kuat.
"Del?"
Betari terkesiap. Ia mencoba sebaik mungkin menahan isakannya. Perempuan itu belum bisa menunjukkan sisi lemahya pada Sanuar saat ini. Ia paham betul bahwa apa yang terjadi padanya saat ini adalah salahnya sendiri. Betari jelas tidak ingin membuat Sanuar kembali menyalahkan dirinya sendiri hanya karena melihat Betari menangis.
"Hei, ini kakak bikin teh tarik. Diminum dulu mumpung masih agak panas." Tidak ada jawaban, Sanuar mencoba menarik Selimut itu perlahan. Namun gerakan menahan dari dalam selimut membuat Sanuar berhenti. "Kenapa, hm?"
"A-aku nggak mau minum teh!" seru Betari parau.
"Del? Kamu nangis? Buka dulu coba selimutnya, sesek itu nanti."
Betari masih kukuh tidak ingin membuka selimut. Namun, isakannya makin terdengar jelas. Hal tersebut membuat Sanuar kelimpungan.
"Kalo nggak mau buka selimut kakak tinggal, ya?! Atau kakak telepon Jenar biar dateng ke sini!" Terpaksa Sanuar mengeluarkan ancamannya.
"Ish! Ng-ngak bo-boleh gituuuuu."
Berhasil ternyata. Sanuar tersenyum, merasa bangga karena triknya sukses. Namun, seasaat kemudian ekspresi itu berubah panik karena menemukan Cadel-nya menangis tersedu.
"Kenapa? Ada yang sakit, bukan?" tanya Sanuar menggebu-gebu. Lelaki itu semakin panik kala Betari tidak juga menjawab dan tangisannya malah semakin menjadi. "Del? Duh, kok makin nangis? Coba tenang dulu. Kakak jadi ikutan panik ini ...."
"Pe-peluk ...."
"Hah?"
"Ish! A-aku mau peluk ... tapi nggak ada Mbak Dian! Mau peluk K-kak Alpha, t-tapi nggak boleh, k-kan!"
Sanuar mengerjap. Apa katanya tadi? Peluk? Lelaki itu mengusap kasar. Salah, ini terasa salah. Harusnya Sanuar merasa iba, kan, saat melihat Betari menangis dalam ketidakberdayaan? Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Lelaki itu total dibuat merona hanya karena Betari meminta peluk dengan nada bicara yang menggemaskan menurutnya.
"Sebentar." Sanuar berlalu tanpa menoleh.
Betari malah semakin menangis. Merasa ditinggalkan saat ia benar-benar butuh sandaran. "K-kak, ish!"
"Sebentar, Del!" Sanuar berteriak dari luar kamar. Lelaki itu terkekeh girang tidak karuan. "Nih!" katanya ketika sudah kembali ke hadapan Betari.
"A-apa?" Betari mengerjap bingung kala ia mendapati boneka beruang besar di hadapannya.
"Peluk ini dulu aja nggak apa-apa, ya? Kakak diem di belakang bonekanya, deh. Jadi berasa kayak meluk kakak, kan?" Kepala Sanuar mengintip dari balik bahu boneka. Lelaki itu terkekeh sebelum kembali berucap, "Kakak nggak mau ngelewatin batas lagi, Del. Kakak ... kakak nggak mau kamu ngejauh lagi."
Betari tidak mampu berkata-kata lagi. Perempuan itu meraung pilu sambil mendekap erat boneka beruang tersebut. Membiarkan angannya menciptakan ilusi bahwa boneka tersebut adalah Kak Alpha-nya.
Bertahun-tahun bersama Kak Alpha, Betari kerap kali menyadari bahwa Kak Alpha-nya selalu menjadi si paling pengertian, si paling sabar, dan si paling sadar diri untuk tidak melewati batas. Harusnya, Betari sadar betul bahwa yang Kak Alpha-nya lakukan tidak mungkin tidak didasari rasa spesial. Benar kata temannya, Anita, lelaki dan perempuan itu 80% tidak bisa menjalani status yang katanya hanya sekadar dekat.
Harusnya dengan begitu Betari sadar bahwa meski menyimpan rasa spesial untuknya, Kak Alpha-nyq benar-benar tidak pernah melewati batas yang ia pegang dengan kukuh. Sebaliknya, karena rasa spesial itu, Sanuar malah semakin gencar menjaganya. "A-aku mau sama Kak Alpha terus ... ng-nggak mau jauh-jauuuhh," rengeknya di tengah isakan.
"Iya, kakak nggak akan jauh-jauh. Siap-siap aja kamu kakak tempelin terus kayak nasi yang nempel di kertas HVS."
Keduanya hanya terkekeh. Menikmati momen mereka yang akhirnya bisa saling berdekatan dana memeluk seperti saat ini. Ternyata benar kata kebanyakan orang. Jarak bisa membuat kita belajar bahwa berdekatan adalah hal berharga. Waktu bisa mengajarkan bahwa kembali bersama untuk waktu yang lama adalah kenyamanan.
Intinya, silakan jalan sejauh mungkin. Temukan apa pun hal baru yang ingin dicoba. Namun, tetaplah ingat bahwa kamu harus kembali pulang.
***
END
Notes:
Taaraaaa~
Alhamdulillah ya beress juga, stelah publish-unpublish-republish berkali-kaliii wkwkwk
Gimana nih menurut kalian kisah Kak Alpha dan Beta???
Natha minta kesan²nya dong dari Harmony yg baca Ketuk(er) dri awal-akhir. Kelebihan dan kekurangn cerita ini gimana? Xixi
Natha tunggu yaaa
Anyway, Tolong diambil yg baik²nya dri cerita ini, buang yg jelek²nya.
Hihi
Butuh epilog gak, nih? Xixixixi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top