Bagian 34: Sisa Rasa 3

Selamat Seniinn Harmonyyy~~~

TMI hari ini: Natha habis gladiresik buat wis udah besyookk hihihi

Doain biar besok lancar (nggak bangun telat, nggak macet dan sampe gedung wis udah tepat waktu wkwk)

Enjoy readiiingg~~

.

.

Bagian 34: Sisa Rasa 3

Harusnya rasanya tidak sesakit ini. Harusnya tidak perlu seterpukul dan sesedih ini karena Sanuar sudah menduga bahwa dirinya akan ditolak. Namun entah mengapa sejak pulang dari satu jam yang lalu, Sanuar tidak berhenti menangis dibalik lengannya. Baginya pantang sekali untuk menangis, tetapi sejak tadi Sanuar sudah berusaha kerasa untuk tidak menangis meski berakhir gagal.

'Salah gue ... emang salah gue. Gue yang udah jelas tau kalo Betari emang nggak pernah mau pacaran karena rasa traumanya malah jadi orang goblok yang ngajak dia pacaran.'

Kalau boleh di telaah Sanuar bukan menangis karena ditolak. Lelaki ini takut. Takut kalau setelah ini dirinya dan Betari tidak bisa menjadi baik-baik saja. Tidak bisa menjadi seperti biasanya. Dan yang paling ditakutkan adalah Betari yang menjauh. 

Kali pertama Betari menjauh darinya adalah saat SMA. Perkara sepele sebenarnya---Sanuar tidak sengaja menggenggam tangan Betari saat akan menyeberang---tetapi sekali lagi, yang sedang dibicarakan ini adalah Betari. Si paling memegang prinsipnya dengan sangat kuat. Sejak kejadian itu, Sanuar selalu mewanti-wanti dirinya untuk tidak melewati batas terhadap Cadel-nya karena efeknya akan sangat buruk bagi dirinya sendiri. Namun, malam ini Sanuar menyesal. Harusnya tidak terbuai dengan perkataan Abiyyu. Harusnya lebih memercayai intuisinya yang sekali lagi memintanya untuk menunggu karena kalau boleh sombong, ia yang lebih paham Betari. 

Sayang sekali, nyatanya rasa sombong itu kini tidak berguna karena yang tersisa hanya penyesalan.

***

Betari tampak linglung. Setelah menyahuti pernyataan cinta dari Kak Alpha-nya, ia langsung bangkit dan pergi begitu saja. Betari mendengar dengan jelas bagaimana Sanuar berulang kali memanggilnya sambil terus membujuk untuk mau diantar pulang. Namun, gagal. Betari tetaplah Betari, si sosok keras kepala yang berpegang teguh pada prinsip. Berakhir dengan dirinya yang pulang dengan angkutan umum dan mobil Sanuar yang mengikuti dari belakang dengan patuh.

Saat tiba di depan rumah, Sanuar bahkan menahan pagar rumah Betari hanya untuk berucap, "Kakak cuma nanya aja, Del. Kalo kamu nggak mau dan nggak bisa juga nggak apa-apa.Tapi, please. Jangan jauhin kakak lagi, ya? Yang tadi nggak usah dipikirin, lupain aja. Anggap kamu nggak pernah denger itu."

Talk is cheap, indeed. Nyatanya Betari tidak bisa melupakan setiap silabel yang Kak Alpha-nya ucapkan. Mungkin bagi sebagian orang, Betari itu aneh karena tidak bahagia saat tahu ada yang menaruh hati padanya. Betari juga inginnya bahagia. Merasakan euforia ketika jatuh cinta. Namun, tidak bisa. Terlebih itu Kak Alpha-nya yang jelas menjadi si paling tahu seberapa takutnya Betari dengan rasa dicintai oleh seseorang.

"Kenapa ... kenapa harus Kak Alpha ...?" Air mata Betari megalir begitu saja. Ia tidak berniat untuk menangis, tetapi mengingat wajah kecewa Sanuar, ia tidak lagi bisa menahan bulir bening itu untuk jatuh.

Kalau ditelaah lebih dalam lagi. Tangisan Betari bukan disebabkan oleh rasa sedih ataupun kecewa. Tangisnya itu justru disebabkan oleh rasa takut. Takut jika tidak lagi bisa memercayai Kak Alpha-nya. Takut tidak lagi bisa sedekat sebelumnya. Takut ... jika nanti rasa untuk Kak Alpha-nya berubah.

Betari menunduk. Merapatkan kedua lutut hingga menyentuh keningnya. Perempuan itu benar-benar butuh sandaran saat ini. Namun, si satu-satunya sandaran paling nyaman justru menjadi sebab utama ia meraung pilu dalam diam malam itu. 

Ponsel Betari bergetar ribut. Namun ia enggan untuk sekadar melirik. Pikirnya mungkin itu Kak Alpha, Betari masih belum sanggup untuk mendengar suara lelaki itu. 2 kali, 3 kali panggilan tak terjawab kalau Betari tidak salah hitung. Sampai akhirnya getaran tanda pesan masuk membuat Betari menoleh.

Kak Jamal-Hima

Beta, udah tidur ya?

Sorry ganggu. 

Tadi di jalan kakak liat tukang martabak, keinget kamu yang suka makan manis hehe jadi kakak beli, tapi lupa nggak hubungin kamu dulu kalo kakak mau anter ini. 

Kakak udh di depan rumah kamu, terus tadi ada ayah kamu. Jadi kakak titip. 

Yang martabak cokelat spesial buat kamu tuh hehe yang lainnya buat dimakan bareng sama orang rumah.

udah ah, sleep tight, Beta. See you~

Bolehkah

Bolehkah Betari bergantung pada entitas lain selain Kak Alpha-nya?

Betari  memandang nanar pop up yang kini berjejer rapi di layar kunci ponsel. Di saat hatinya yang biasa bersandar pada Sanuar malah terpaksa harus menjadi mandiri. Menyelesaikan masalah rasa sendiri. Betari tidak sekuat itu sepertinya. Karena begitu melihat nama Kak Jamal di layar ponsel, perempuan itu memutuskan untuk beralih.

***

Rasanya ada yang berbeda.

Keenam pasang mata itu pagi ini menatap Betari penuh tanya. Nia, sebagai ibu yang memang paham watak anaknya itu sedikit mengernyit kala mendapati ekspresi anak gadisnya. Yudi, ayah Betari, ikut melirik, meberikan kode pada Nia dengan dengan dagunya yang menunjuk ke arah Beta. Nia hanya membalas dengan ucapan 'nggak tau!'  tanpa suara. Binar yang sedang asik menyeruput kuah soto juga ikut melirik, mengangkat kedua bahu sebagai tanda bahwa ia juga tidak tahu alasan si adik perempuannya itu cemberut.

"Hari ini berangkat sendiri lagi, Beta?" Nia mencoba bertanya dengan nada yang terdengar senatural mungkin. 

"Nggak. Aku dijemput," Betari menyahut acuh-tak acuh sambil mengaduk-aduk asal kuah sotonya.

"Sama Sanuar?" Yudi memastikan.

Gerakan Betari berhenti, bersamaan dengan itu suasana mendadak hening. Keenam mata itu saling pandang. Binar sendiri agak jengah sebenarnya. Merasa risih karena tampaknya mood Betari berefek negatif pagi ini.

"Apaan, sih? Lo kenapa ngambek-ngambek nggak jelas gitu? Kalo---"

"Bukan. Aku dijemput Kak Jamal."

"Jamal yang semalem nitipin martabak ke ayah?"

Betari hanya mengangguk. Kepalanya menunduk, sibuk memandang kosong soto ayam bening yang hanya sempat dimakan beberapa suapan itu.

"Ada hubungan apa kamu sama dia? Kayaknya akhir-akhir ini sering banget dia ke sini. Minta izin buat pergi lah, nganter-jemput lah, sampe nganterin makanan. Kamu pacaran?" Nada bicara Nia meninggi.

"Nggak."

"Nggak mungkin. Udah deh berangkat bareng Sanuar aja kayak biasa. Mama nggak percaya sama---"

"Sejak kapan?" pangkas Betari cepat. 

Nia mengernyit di tengah jeda yang diberikan anaknya itu. "Apa?" tanyanya heran.

"Sejak kapan sepeduli ini sama aku?" Genggaman Betari pada sendok makannya mengerat dan sedikit bergetar.

"Maksud kamu apa ngomong gitu? Nggak usah mulai deh. Jangan selalu ngerasa jadi yang paling nggak diperhatiin. Mama sama ayah nggak pernah beda-bedain anak!" Suara Nia masih meninggi.

"Karena emang itu kenyataannya!" Betari menatap ibunya dengan kedua bola mata bergetar dan pipi yang sudah basah oleh aliran air mata. "Aku ... aku nggak pernah ngerasa sama kayak Kak Binar! Semua yang ada di Kak Binar itu istimewa buat mama! Sedangkan aku ... apa yang ada di aku semua dianggap biasa! Mangkanya aku heran, kenapa tiba-tiba tanya-tanya soal aku? Kenapa tiba-tiba jadi peduli?!"

"Ssstt! Udah-udah, nggak baik ribut di meja makan. Beta juga nggak boleh gitu ke mama. Nggak sopan, dosa." Yudi mencoba menenangkan. "Kayaknya Jamal udah dateng. Kamu berangkat aja dulu ya," lanjutnya. 

Bunyi kursi yang tergeser kasar timbul saat Betari bangkit dari tempat duduknya. Perempuan itu berlalu begitu saja. Hari ini menjadi kali pertama ia meninggalkan rumah tanpa pamit dengan sisa rasa yang entah mengapa timbul pagi ini hingga menjadikannya meledak-ledak. 

Kalau dipikir-pikir ini timbul hanya karena nama Sanuar disebut. Sisanya hanya ikut menjadi alasan sebagai pelampiasan rasa yang tersisa tanpa definisi itu. Tidak ada Sanuar ternyata memberikan efek sebegini kacau untuk Betari. Namun sayangnya perempuan itu teramat tidak peka dengan apa yang terjadi pada perasaannya.

***

TBC

Holllaaa~~

Sini coba laporan sama Natha gimana kesan-kesannya setelah baca chapter ini?

Kalo Natha sih rasanya mau nyamperin Kak Alpha terus bilang, "Sama aku aja yuk." wkwkwkwk

dah ah!

See you next Monday xixi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top