Bagian 32: Sisa Rasa
Selamat Senin Harmony!
Gak nyangka perjalanan Kak Alpha sama Betari udh sampai sejauh ini xixi
No worry, ini bentar lagi end kok.
Oh ya anyway, Natha mau bikin 1 part khusus interaksi Kak Jamal si ketua Hima sama Betari. Tapi Natha buat terpisah, mau kasih buat yg mau aja wkwkwk takutnya ada yg tim Alpha-Beta terus gak ikhlas sama interaksi si ketua BEM dan Beta xixixi
Ini gak ada sangkut pautnya sama next chapter atau gmna. Cuma yaa yg mau liat interaksi lebih si ketua hima sama Beta cuma bisa di special part itu aja. Krna gak akan d post d sini. Xixi
Gimana menurut kalian?
Nah untuk sekarang, enjoy reading. Hope you like it 😊
┏━•❃°•°❀°•°❃•━┓
Nyatanya terlambat tidak pernah lebih baik dari apa pun.
Karena begitu akhirnya menyadari, yang tersisa hanya penyesalan.
┗━•❃°•°❀°•°❃•━┛
Bagian 32: Sisa Rasa
Pernah lihat anak anjing lucu yang kerap kali mengibaskan ekornya cepat? Atau kucing kecil gemas yang selalu mengeluarkan dengkuran sambil mengelus-ngeluskan kepalanya pada kaki si majikan? Kira-kira penyebabnya apa?
Iya betul, sebabnya karena senang dan nyaman.
Sama seperti Betari kali ini. Tidak, bukan berarti ingin menyamakan Betari dengan hewan yang kerap kali mendapat stigma negatif untuk mencemooh orang. Bukan sama sekali. Kalau dipikir-pikir lagi puppy itu adalah hewan penurut yang bisa jadi amat sangat menggemaskan tingkahnya. Kalau saja ini adalah serial anime, mungkin Betari akan terlihat seperti sosok hybrid yang memiliki ekor dan telinga hewan lucu.
"Seneng banget kayaknya?"
Betari sontak menoleh ke kursi seberang. Senyumnya merekah kala kepalanya mengangguk antusias. "Um!"
Melihat itu, Jamal tertawa kecil hingga menampilkan lesung pipinya. Benar-benar definisi puppy and kitten at the same time. Jamal jadi semakin gemas, membayangkan wujud Betari menjadi semungil Molly---kucing kecil yang ditemukannya sebulan lalu.
Saat ini Betari, Jamal, dan mahasiswa lainnya tengah berada di dalam bus menuju Puncak, Bogor. Kedatangan Jamal malam itu membawa hasil baik bagi Betari. Kali pertama diizinkan untuk ikut acara, menginap pula. Jelas saja membuat Betari Maharani tidak berhenti mengibaskan ekor sejak menginjakkan kaki di kampus pagi tadi.
"Kamu sama Kak Jamal deket banget, ya?" Ini Iriana, mahasiswa seangkatan Betari, tetapi beda kelas. Keduanya baru saling mengenal ketika harus duduk bersebelahan di dalam bus.
"Umm ... bisa dibilang begitu? Kak Jamal itu baik banget. Dia sering ngajakin aku dan temen-temenku buat gabung di acara himpunan padahal kita bukan anggota. Kita juga sering main ke hima dan makan bareng sama kakak-kakak hima yang lainnya," Betari menyahut apa adanya.
Iriana mengangguk. Raut wajahnya tampak tidak suka kala mendengar jawaban Betari. Ada arogansi yang pekat terpancar di wajah perempuan itu.
"Umm ... kamu tau gosip soal Kak Jamal, nggak?" Iriana kembali memulai percakapan.
Betari menoleh. Kedua alisnya terangkat ketika kedua matanya membola sempurna. "Gosip apa?" tanyanya.
Iriana mendengkus. Raut wajahnya semakin pongah. Ditambah lagi kedua tangan gadis itu bersidekap kala seringaian menyebalkan tampil di wajahnya. "You guys aren't that close. Are you?"
"Mungkin memang aku sama Kak Jamal nggak sedeket itu untuk sekadar tau aib masing-masing. I also have things I don't want to share to anyone, though."
Betari membalas ucapan Iriana sambil tersenyum. Benar-benar tidak ada maksud lain. Namun Iriana merasa kalau ia telak dicemooh. Gadis itu kesal sendiri. Entah mengapa sejak awal duduk di samping Betari, menyaksikan interaksinya dengan si kakak ultimate crush, hatinya panas sendiri.
"I warn you aja, sih," kata Iriana sambil mendekatkan dirinya ke arah Betari dan sedikit memelankan suaranya sebelum kembali berucap, "Kak Jamal itu nggak sebaik kelihatannya."
***
Bohong kalau Betari tidak terusik dengan kata-kata Iriana. Selama ini ia tahu banyak hal pura-pura yang tersembunyi di setiap sosok manusia, bahkan dirinya. Namun, rasanya Betari enggan untuk percaya. Ada rasa tidak rela jika harus membayangkan bahwa Kak Jamal yang ia tahu mirip Kak Alpha-nya itu hanya topeng belaka.
"Sini kakak aja yang bawa." Jamal mengambil alih tas Betari yang berisi baju dan perlengkapan lain.
"Eh? Nggak usah, kak! A-aku bisa send---"
"Ya udah, nih, kamu bawa yang ini aja." Jamal memberikan tas selempang miliknya. Tampak tipis dan ringan. Jelas saja, isinya hanya botol air minum kemasan. Berbanding terbalik sekali dengan tas Betari yang tampak kembung dan berat.
Langkah kakinya mengikuti Jamal dengan patuh hingga berhenti pada salah satu kamar yang sudah berisi 5 mahasiswi.
"Assalamualaikum," sapa Jamal.
Hal itu kontan membuat mahasiswi di sana sedikit memekik. Sebagian menjawab salam dengan sedikit mendayu, yang lainnya berteriak histeris. Betari hanya bisa mengulum senyum. Menyembunyikan getar canggung yang tiba-tiba saja mengurungnya kala matanya menangkap sosok Iriana di dalam sana.
"Ada apa, kak?" Iriana tampak seperti ketua genk karena menjadi satu-satunya yang berani menghampiri tanpa tersipu.
"Mau nitip ini," ucap Jamal dengan lesung yang kembali terpatri sambil menggeser tubuhnya agar Betari terlihat jelas. "Betari, kan, nggak ada di daftar anggota hima. Jadi, belum namanya nggak ada di pembagian kamar. Saya nitip di sini boleh, ya?"
"Boleehhh boleeehhh," kalau ini sahutan dari sekelompok mahasiswi yang masih histeris di dalam kamar.
Jamal terkekeh. Kedua ibu jarinya terangkat sambil berkata, "Oke, jangan sampe lecet. Jangan diajarin yang aneh-aneh. Masih polos soalnya."
"Kak, ish!" Betari menyenggol kecil sepatu Jamal.
"Ya udah, kamu di sini, ya ... kamar kakak ada di deket pintu keluar itu. Kalo butuh apa-apa, chat or call, or just knock my door. Okay?"
Betari mengangguk. "Oke. Makasih ya, Kak."
Hidung Jamal mengerut gemas. Sekali lagi, ia seperti melihat Molly yang mengundang untuk diusal ke pipi. Tangan kanannya terangkat. Rasanya sudah tidak sanggup lagi menahan kegemasan ini, tetapi berhenti begitu saja tepat di atas kepala Betari. "Astagfirullah, maaf, kakak lupa. Kita belum mahram! Duh udah ah, lama-lama di sini ntar malah terjadi yang iya-iya, bye semuanya!"
Betari mengerjap cepat. Menyaksikan bagaimana Kakak seniornya itu pergi dengan terburu. Sementara itu mahasiswi di kamar kembali menjadi histeris, memekik gemas hanya karena tingkah dan ucapan Jamal.
"Aaaahh belum mahram katanya. Berarti akan jadi mahram, soon!"
"Ini gue harus potek apa gemes, ya?"
"Apakah akhirnya akan ada lagi hari patah hati sedunia?"
Iriana memutar bola matanya jengah. Menjadi satu-satunya yang tidak terpengaruh oleh pesona seorang Jamaluddin Al-Jeffri. "Yuk, masuk Betari," ajaknya.
"Kamu bisa simpen barang bawaan kamu di pojok sana bareng sama punya kita. Biar kasurnya bisa lega buat tidur," Iriana menjelaskan dengan sabar meski suara teman-temannya begitu mengganggu.
Ah, Betari jadi sedikit merasa bersalah karena sempat menganggap Iriana menyebalkan. Mungkin dia hanya satu dari banyak orang yang memang tidak menganggap Kak Jamal itu good looking or else. Karena pada dasarnya setiap manusia punya standar masing-masing, jadi kalau ada perbedaan seharusnya baik-baik saja, tidak perlu saling mencela.
"Betari!" Iriana menepuk pundak Betari. "Yeeuuhh ngelamun, HP kamu bunyi tuh."
"Oh?" Betari mengerjap. Menatap bingung layar ponselnya yang menampilkan nama Kak Alpah-nya. 1 detik ... 2 detik ... 3 detik ... lantas Betari terperanjat dan segera mengambil ponselnya.
"Halo ... Kak?" Entah mengapa Betari menyapa ragu-ragu. Ada rasa bersalah yang sekali lagi, entah apa itu.
[Del?! Astagfirullah! Di-chat nggak dibales-bales! Kamu kemana, sih? Tadi kakak ke rumah, kata si Binar kamu ke puncak sama cowok ganteng! Ngeselin banget, bohongnya nggak lucu tuh cewek! Kamu dimana sekarang?"
Betari kembali merasa gugup. Padahal bisa saja langsung menjawab tanpa beban. Namun, segala kata hanya mampu tertahan. Bibirnya digigit tipis kala debaran gelisah hadir.
[Del ...? Masih di---]
"Kak ...."
[Ya?]
"Aku lagi ikut acara English Camp di puncak. Maaf nggak kasih ta---"
[Sama siapa?]
Betari rasanya ingin melebur saja ke dalam tembok. Nada bicara Kak Alpha-nya mendadak berubah. Dingin, datar, dan tidak berbelas kasih.
"Sama anak himpunan, kok."
[Pagi tadi berangkat dijemput siapa? Binar bilang kamu berangkat dibonceng cowok.]
"Sama ... Kak Jamal."
Bip
Betari ingin pulang saja rasanya. Kak Alpha-nya mematikan sambungan telepon tanpa basa-basi. Tanpa perpisahan gemas dan manis seperti biasanya.
***
TBC
Holaaa~~
Gimana chapter iniii? xixi
Ayok bombardir Natha dengan segala keluh-kesah atau ke-uWuan kaliaan ahayy
Dah yaa, see you next chapter. Kalo votes dan komennya banyak, Natha double up deh. Ayok semangat berjuang xixi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top