Bagian 10: Kukira Kita Berbeda

Haii Haiii~ re-publish tiap hari biar cepet masuk bab baruu xixi

Ayo, jgn lupa ramaikan kolom komentar dan vote tiap chapter nya ya 😆

Enjoy reading

┏━•❃°•°❀°•°❃•━┓

Kukira kita adalah putih di antara hitam.
Nyatanya, kita hanya abu-abu pekat yang tersamarkan oleh hitam sampai rasanya sulit membedakan.

┗━•❃°•°❀°•°❃•━┛

Bagian 10: Kukira Kita Berbeda

Sejak awal memang begini, kan?

Betari jelas paham bahwa hubunganya dengan Kak Alpha bukan sebuah hubungan yang terikat oleh komitmen. Ia jelas paham bahwa kebersamaan mereka akan merenggang seiring berjalannya waktu karena---cepat atau lambat---akan ada orang lain yang berada di samping keduanya. Namun, entah mengapa, ia tidak ingin hal itu terjadi, setidaknya tidak secepat ini.

"Nggak diangkat nih sama si Sanuar, tumben." Abiyyu menatap Betari dengan pandangan bertanya.

Betari hanya mengangkat kedua bahunya tak acuh seraya mengerjap polos. Berusaha sebaik mungkin menyembunyikan resah yang sejak tadi ditahannya saat melihat Kak Alpha-nya dengan perempuan lain. Betari langsung datang ke Radio meski tahu bahwa ia tidak akan menemukan Sanuar di sana. Entahlah, ia hanya merasa tidak ada tempat lain yang harus dituju.

"Kamu udah makan siang belum?" Abiyyu kembali membuka suara.

Betari menggeleng lemah seraya menunjukkan senyum canggung. "Umm ... itu, um ... tadinya mau ajak Kak Alpha makan bareng. Tapi ditelepon nggak diangkat, mangkannya aku ke sini. Eh tapi nggak ada di sini juga ternyata."

Abiyyu terkekeh. Tangan kanannya terulur hendak mengusak puncak kepala Betari. Namun, berakhir dengan meraup udara dalam kepalan tangan begitu Betari menghindar dengan menjauhkan duduknya.

"Sorry ...," kata Abiyyu canggung. "Omong-omong, kamu kenapa sih selalu keliatan gugup di depan kakak?"

"Ung?" Betari mengerjap cepat. Hatinya bertalu ribut. Kenapa musti ditanya, sih? "Ng-nggak gugup, kok!"

Abiyyu tertawa. Mengangguk pelan seraya menampilkan raut menyebalkan. Total meledek pernyataan Betari yang kontras dengan suara bergetarnya. "Iya, iya, nggak gugup. Percaya, kok, percaya!"

"Ish!" Betari melemparkan tatapan sinis. Kalau saja di hadapannya ini Sanuar, tulang kering pria itu mungkin sudah menjadi sasaran empuk. Namun, kali ini yang berada di hadapannya adalah si kakak crush, Betari tentu saja harus menjaga image.

Tidak lama ponsel Betari bergetar, nama Kak Alpha dengan emoticon singa itu langsung muncul dari pop up aplikasi pesan. Di saat yang sama, Abiyyu menerima panggilan telepon dari Sanuar.

"Lah, gimana? Kok bisa? Terus lo langsung balik apa gimana?"

Betari bisa mendengar suara Abiyyu dengan jelas, bahkan suara Kak Alpha-nya juga terdengar jelas karena meski lelaki itu sedikit menjauh saat menerima telepon, ia mengaktifkan mode loud speaker-nya. Matanya mendadak terasa panas kala ia mendengar suara Sanuar dan membaca pesan dari lelaki itu di saat yang sama.

'Kok, Kak Alpha gitu, sih?'

"Beta, Sanuar nggak ke Radio kayaknya. Dia ... ummm, mau nganter temen yang lagi sakit. Kamu---"

"Gitu ya ...?" lirih Betari. Raut wajahnya tampak sendu, tetapi sesaat kemudian ia kembali mengubahnya menjadi seperti biasa. "Oke, kalau gitu aku balik ke kelas aja langsung deh, kak. Bentar lagi udah mau mulai soalnya."

"Eh? Tapi tadi katanya belum makan?"

Betari mendengkus seraya mengerutkan hidung. "Nggak apa-apa, aku nitip batagor tadi ke temenku. Bisa buat ngeganjel hehe. Aku duluan ya, Kak Abi! Dadah!"

Ada tumpukan rasa kecewa. Pun, puluhan pertanyaan yang ingin ia utarakan. Alasan yang ia dengar langsung ketika Sanuar menelepon Abiyyu total berbeda dengan alasan yang ia dapat melalui pesan singkat.

From: Kak Alpha 🦁

Del, sorry baru bales

Kakak gak bisa makan siang bareng, gpp?

Mau ada kerja kelompok soalnya.

Kamu jgn lupa makan siang yg bener. Jgn beli mie ayam lagi. 😒

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

"Ini lo serius bisa jalan ke dalemnya sendiri?" Sanuar melepas helm-nya. Mengusak kasar rambutnya yang terasa lepek karena keringat.

"Bisa kok," Aileen menyahut pelan. Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan ringisan kecil.

Sanuar melirik pergelangan kaki Aileen yang dibalut perban. "Serius?" tanyanya lagi untuk sekadar memastikan.

Aileen mengangguk. "Makasih ya, Sanu. Kamu udah mau temenin aku ke klinik terus pake dianter ke kosan juga lagi."

"Ahelah ... kayak sama siapa aja pake makasih-makasih segala. Andai kata lo bukan temen sekelas gue juga, gue bakal tolongin, kok. Manusia, kan, emang harus saling tolong-menolong?"

Aileen tersenyum, 'tolong menolong, ya?'. Rasanya seperti diangkat tinggi-tinggi, lalu dijatuhkan tanpa ada peringatan. Ia yang sudah berbunga-bunga karena percaya diri jika Sanuar setidaknya melihatnya dengan cara yang berbeda, harus kembali ditampar kenyataan.

'Iya, dari awal juga harusnya gue nggak berharap apa-apa sama Sanuar. Jadi, nggak sakit-sakit amat kan kalo tau cuma dianggap manusia yang numpang di bumi buat ditolong sama manusia lain.'

"Dah, gue balik ya." Sanuar langsung menjalankan kembali motornya dan berlalu. Meninggalkan Aileen yang memandangnya dengan senyum dan wajah sendu.

"Balik kemana, San? Ke cewek yang selalu ngambil alih hati lo seutuhnya?" Aileen bergumam lirih sambil menatap punggung Sanuar yang semakin menjauh.

Sementara itu, Sanuar menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata. Matanya tidak berhenti meneliti pedagang kaki lima. Tatapannya mendadak berbinar begitu mendapati penjual minuman kesukaan si Cadel-nya---susu Mbok Darmi.

"Teh, beli dua ya yang large, satu rasa pisang, satu lagi cokelat," kata Sanuar sambil menyerahkan selembar uang dua puluh ribu dan sepuluh ribu rupiah.

Sambil menunggu, lelaki itu memfoto tumpukan gelas berlogo susu Mbok Darmi itu dan mengirimnya ke nomor Betari. Wajahnya tampak sumringah ketika mengetikkan 'nyusu time 🥛'. Namun, sesaat kemudian raut wajahnya berubah. Dahinya berkerut rikuh kala decakan sebal mengudara.

"Masih di kelas apa, ya? Eh, tapi ini, kan, Rabu? Si Cadel harusnya udah beres kelas, kan, jam segini? Kok ceklis satu doang ini?"

Setelah menerima pesanannya, Sanuar kembali menaiki motornya dan mengambil belokan kanan di perempatan---jalan menuju kampusnya. Setibanya di tempat parkir gedung depan, Sanuar kembali mengecek ponsel.

"Kemana, sih, si Cadel?" Sanuar berdecak.

"Lah? Gue kira lo langsung balik?" Abiyyu memekik saat tiba-tiba mendapati entitas Sanuar di studio Radio Hitz dengan wajah kesal dan nada bicara yang uring-uringan.

"Si Cadel nggak bisa dihubungin, nih. Ini anak nggak bilang lagi makan siang pake apaan tadi! Ahelah, jangan-jangan makan mie ayam lagi nih anak?!"

Abiyyu meneliti penampilan temannya dari atas sampai bawah. Tidak ada yang salah. Namun, lelaki itu tampak berantakan hanya karena sosok yang katanya bukan pacar.

"Makan pake batagor dia. Tadi nggak sempet makan siang jadi nitip beli batagor sama temennya. Dah, tenang, nggak makan mie ayam kok dia," Abiyyu menyahut santai. Menyandarkan punggung pada kursi kayu di depan studio. Sebelah tangannya ia gunakan untuk merangkul bahu Sanuar yang berada di sebelahnya.

"Apaan, nih? Kok, lo bisa tau-taunya si Cadel makan batagor?!" sinis Sanuar. Intonasi bicaranya penuh dengan nada selidik.

Abiyyu balas mendengkus. Lelaki itu menaikkan satu alisnya bersamaan dengan sudut bibir kanannya yang ikut menyeringai. "Kenapa sewot? Kalo iya gue ngajak Beta makan bareng pun, lo nggak ada hak buat ngelarang, Sanuar. Lo, kan, bukan pacarnya?"

Sialan!

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆
TBC

A/N

Holaaa~~
Coba-coba Natha mau tau tanggapan kalian sejauh ini soal KETUK(ER). Ayok, ramaikan Kolom komentar biar Natha semangat update 😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top