4. Terpesona Cupu

HAPPY NEW YEAR 2024,
SEYENG SEMUA~ (⁠☆⁠▽⁠☆⁠)

Semoga tahun ini bisa menjadi tahun yang baik dan penuh kebahagiaan bagi kita semua, ya. ❤️🤗

SELAMAT MEMBACA.

_____

DIN DIN! Jefino dan Yubian sama-sama terlonjak di boncengan mendengar klakson amat cempreng yang disuarakan dari belakang. Menyusul motor dengan bunyi knalpot terlalu bising yang lalu menyalip mereka. Sempat pula memberi sorot meremehkan yang tentu aja bikin Jefino yang porsi sabarnya kecil banget jadi terpancing.

"Kurang ajar tuh motor!" maki Jefino udah aja kepanasan. "Kejar itu motor, Ket! Nggak terima gue disalip sama orang jelek dan belagu macam mereka!"

Permintaan nggak masuk akal itu bikin Yubian mengernyit. "Ngapain dikejar segala? Biarin ajalah."

"Nggak bisa! Pokoknya kejar, Ket! Bisa-bisa gue nggak bakal tidur nyenyak nanti malem! Ayo, kejar mereka!" Jefino bersikukuh yang semata-mata membuat Yubian nggak punya pilihan.

"Dasar bocah," komentar Yubian tanpa suara, kemudian menambah kecepatan motor secara drastis.

"WUHUU! GAS!"

Di boncengan, Jefino tersenyum senang. Udah lama sejak dia duduk di belakang dan orang yang memboncengnya bisa diajak kebut-kebutan kayak gini. Sangat memuaskan jiwa pecicilannya. Apalagi ketika motor yang mereka kendarai berhasil menyusul laju motor knalpot bising yang membikin Jefino kesal.

Secara sengaja, Jefino mengacungkan jari tengah pada dua orang di belakangnya. "Cupu lu! Huu~ Hahaha!" ejeknya keras yang gantian menjadikan orang di belakangnya melotot geram.

Nggak diduga, motor tadi langsung aja membalap lagi. Memepet kendaraan beroda dua yang ditumpangi Jefino dan Yubian terus-menerus selagi memberi tanda seolah meminta mereka turun. Membuat laju motor semakin berkurang. Hingga tiba di persimpangan yang sepi, motor mereka segera aja dihadang.

"Yah, yah. Kita dicegat, Ket! Bakal seru nih kayaknya." Jefino malah nyengir.

Yubian menghela napas lelah. "Ini karena elo terlalu berisik."

Sosok pria kurus yang berada di boncengan mendatangi mereka duluan. "Apa maksud lu ngatain kita cupu, hah? Nyari ribut kalian?"

"Mau ribut, nih? Ayok!" tantang Jefino siap melayani. Baru aja dia menyiapkan tinju, tapi siapa sangka justru Yubian yang lebih dulu melayangkan tendangan.

Sukses mendorong tubuh si pria kurus menjauh sembari merintih kesakitan. Pun mengundang satu lagi orang yang semula hanya ingin menonton, jadi ikut turun tangan.

"Cari gara-gara kalian, ya! Bocah tengil!" ujar pria botak yang langsung aja membuang rokok yang belum lama disulutnya.

"Oke, Ket. Biar gue ngelawan si botak ini. Bagian elu biar si kurus kurang gizi di situ, ya," kata Jefino sesudah menggulung baju lengan panjangnya sampe ke siku. Yang malah semakin menyulut emosi dua orang di depannya.

"Botak elu bilang?"

"Siapa yang elu sebut kurang gizi, goblok!"

Pertarungan satu lawan satu dimulai. Jefino meladeni si botak dengan santai nan lihai. Menghindari setiap pukulan yang diarahkan ke tubuhnya sambil nggak henti cekikikan. Sementara di sisi lain, Yubian melawan pria kurus yang menyerangnya secara kasar dengan terus-menerus melayangkan tendangan sebab nggak mau sampe muka atau tangannya terkena serangan.

BUGH! "ANJING!" Yubian refleks memaki ketika tulang keringnya terkena tendangan balasan sampe bikin dia agak berjongkok dan menjatuhkan kacamata yang dipakai.

"HAHAHA! ANJIR, MULUT KETOS TIDAK RAMAH! BINTANG SATU!" Jefino meledek sembari menjepit kepala si botak di ketiaknya.

"Berisik lo!" balas Yubian yang lantas memutar badan, melayangkan tendangan penuh tenaga yang berhasil mengenai bagian tubuh sebelah kiri si kurus yang kontan tersungkur. "Tendangan elo tadi sakit, tai! Dasar sialan!"

Sedangkan di posisinya Jefino terlihat tertawa puas dari tengah meremas bagian tengah celana si botak yang mengerang kesakitan. "Hahaha! Mampus! Minta ampun nggak lu?"

Yubian turut meringis menyaksikan adegan penyiksaan itu. Nyerinya seolah-olah menular, Pemirsa. Bikin mules.

Si botak lalu berusaha melepaskan diri dengan energi yang tersisa, setelah itu bantu membangunkan tubuh si kurus yang segera aja diajak melarikan diri.

"Yah, udah gitu, doang? Belum juga peler elu gue remukin!" sahut Jefino mengejek dengan cengiran. Tertawa puas melihat dua pria yang tadi menantangnya kini mengebut terbirit-birit.

"Semoga aja mereka berdua nyungsep ke dalem got."

Kalimat sosok lebih pendek di sampingnya bikin Jefino mendelik. "Buseet, sadis amat doa elu, Ket. Tapi gue bantu aminin, deh." Lantas Yubian ditariknya ke dalam rangkulan. "Dan gue nggak nyangka ternyata elu jago berantem juga meskipun cupu. Pantes aja waktu itu elu berhasil numbangin gue pake satu pukulan. Suhu juga lu, ya." Punggung sang KETOS ditepuk-tepuk gemas. "Ngomong-ngomong, elu nggak apa-apa 'kan, Ket?"

Yubian menggelengkan kepala. "Gue nggak apa-apa." Lalu memperlihatkan kacamata miliknya yang gagangnya patah. "Kacamata gue nih yang cedera."

"Ini kacamata minus, bukan?"

"Bukan. Ini cuma gue pake sebagai aksesoris tambahan. Biar aura gue keliatan lebih berwibawa."

Sejenak, Jefino tercengang. Sebelum kemudian meledak dalam tawa. "Hahaha! Anjir! Elu ternyata lucu, Ket! Suka gue sama gaya lu!"

Reaksi itu membuat Yubian mendecak. "Gue punya nama. Ket, Ket, Ket melulu elo manggil gue."

"Oh, oke. Yub."

Yubian melotot nggak suka mendengar sebutan itu. "Yub? Gak keren amat panggilan yang elo kasih. Panggil gue Bian, kek."

"Banyak maunya lu, Ket."

"Bian!"

Jefino mendengkus, selepas itu mendapatkan sebuah ide. "Gue bakal manggil elu begitu asal elu manggil gue Jefi atau Fino. Gimana?"

"Ya udah, nggak usah aja kalo gitu."

Mengetahui tawarannya ditolak mentah-mentah, Jefino pun mencibir, "Emang dasar judes lu, ya."

Sekembalinya ke motor yang mereka tumpangi, Yubian mengambil alih lagi plastik belanja miliknya yang tergantung di setir motor. "Gantian elo yang nyetir."

Titah itu bikin Jefino makin gregetan. "Ngatur melulu lu bisanya!"

"Gak usah banyak protes! Tinggal nurut aja sama senior."

"Senior lu bilang."

Gara-gara itu, sedikit ada perasaan menyesal dalam diri Jefino mengingat tahun ini dirinya gagal naik kelas dan masih berstatus sebagai murid kelas 2 di SMA. Seorang junior.

Sungguh nggak keren dianggap junior oleh senior yang badannya lebih kecil dan pendek dari dirinya. Nasib.

.

"Oke, stop."

Jefino sigap menarik rem dengan ekspresi bingung. Apalagi begitu melihat Yubian udah turun dari boncengan.

"Makasih karena lo udah mau ngantar gue balik."

Sosok cowok pemilik motor matic hitam ini mengernyit heran saat menyadari lokasi mereka berada kini. "Bentar. Kok ... kita jadi balik ke sini?"

Benar, Pemirsa. Jefino sedari tadi boncengan sama Yubian ke sana-kemari hanya untuk kembali ke lokasi di mana mereka tadi ketemu.

Yubian nyengir sebab reaksi yang Jefino tunjukkan sesuai apa yang diharapkan. "Kan rumah gue emang di sekitar sini."

"Lah?" Jefino makin tercengang.

Nggak tahan lagi, Yubian akhirnya menyemburkan tawa tertahan. "Gue cuma mau ngerjain elo aja, kok. Sebenarnya rumah gue nggak jauh dari sini. Lagian elonya juga bego. Udah tau gue belanja di Alfa deket sini, jalan kaki. Masa iya rumah gue jauh. Elo pikir Alfa itu satu-satunya yang ada di sini apa?"

Usai menyimak seluruh penjelasan dari sang KETOS cupu, Jefino spontan memaki, "Kurang ajar lu."

"Ngaca noh di spion butut lo!" Setelah itu, Yubian ketawa kenceng. "Ternyata ngibulin berandalan macam elo gampang juga. Ah, ampun. Sakit perut gue."

Namun, melihat sisi diri sang KETOS yang berbeda dari biasanya di depan kedua mata serta-merta mendatangkan sensasi hangat dalam hati Jefino Josandika. Seakan-akan ada perasaan bahagia menangkap ekspresi ceria di wajah cowok lebih pendek di hadapannya. Memunculkan satu pikiran tentang betapa amat menawannya sosok cupu yang belum lama ini dikenalnya.

"Kalo dilihat-lihat, ternyata elu cakep juga saat lagi nggak pake kacamata," ucap Jefino seraya menyentuh sisi mata sipit Yubian yang refleks berjengkit kaget.

Dipuji demikian, Yubian pun tersenyum. "Gue emang cakep, kok."

"Iya. Elu emang beneran cakep, Ket." Lalu tangan besar Jefino bergerak mengelus pipi Yubian yang jadi semakin dibuat keheranan.

"Emm, gue nggak harus bilang makasih untuk pujian itu, 'kan?"

"Nggak perlu bilang makasih, sih. Cukup ..."

Jefino menggantungkan kalimat. Lebih dulu menarik napas dalam-dalam mengetahui satu pemahaman yang hati kecilnya baru sadari. Saat ini. Detik ini. Baru aja terjadi.

"Cukup?" Yubian bertanya, menunggu kelanjutan kalimat yang hendak Jefino utarakan.

"Jadi pacar gue, Ket."

"Hah?" Yubian sontak meragukan indra pendengaran miliknya sesudah kata-kata tadi terucap dari bibir Jefino.

"Kayaknya ... Ket, gue jatuh cinta sama lu. Elu mau 'kan jadi pacar gue?"

DUAAARRR! Seketika Yubian Aprillio membatu dengan wajah pucat bagai baru aja terkena sambaran petir Dewa Zeus. Nggak mampu berkutik. Nggak tau harus bereaksi gimana. Saking nggak menduga bahwa hal semacam ini bisa terjadi dalam hidupnya.

Lebih tepatnya, Yubian bertanya-tanya; KOK BISA?

(Oh, tentu aja bisa, Yubian Seyeng. Kan ini cerita homo. Emang dasar kamyu, ya)

Abaikan aja kata-kata author di atas. Sampai jumpa pada bab berikutnya.

JANGAN LUPA KOMEN LOH, YA!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top