4# Istri Unyu


Assalamualaikum, saya hadir di sini.
Masih ada pemirsah kah, di mari?

Masih pada ingat kan, ini lanjutan kisah Bang Ilham dan Fazha.


Happy baca ya, semoga suka.
Jangan lupa dukung vote dan koment.

Typo (masih) gentayangan
************************************


Ilham dan Fazha melangkah di lobby bandara Soekarno-Hatta sore ini. Setelah menempuh  sekitar satu jam melalui perjalanan udara, akhirnya mereka sampai kembali di Jakarta. Tentunya hamdalah tidak lepas tercuat dari bibir keduanya yang kini kembali  dengan status baru sebagai suami-istri. Ilham bersyukur, asanya tak lagi sia-sia. Tuhan telah benar-benar memberikan restunya dalam menggapai separuh tulang rusuknya.

Menjemput jodoh tidak selamanya terus mencari. Tetapi, berdiam diri dan menyibukkan diri dalam hal kebaikan. Terus memperbaiki diri, tersebab jika diri sudah baik maka Allah pasti akan mengantarkan sosok yang baik pula. Layaknya Ilham kini.

"Capek enggak, Sayang?" tanya Ilham. Diusapnya lembut peluh yang merembes dari kening Fazha menggunakan tissue.

"Lumayan Ammi, laper juga." rengek Fazha.

"Kalau gitu istirahat dulu ya, ke foodcourd."

Fazha menurut saat Ilham menggandengnya menuju kafetaria yang ada di bandara. Lumayan lelah dan lapar, mereka memutuskan istirahat serta mengisi perut sejenak. 

"Mau pesan apa?"

"Apa aja, Ammi, eh, Ayang." Fazha masih canggung dengan panggilin baru-nya. Iya, dari dulu memang begitu, kan, mengubah satu kebiasaan menjadi kebiasaan baru memang membutuhkan waktu untuk adaptasi.

"Kamu tunggu sini, biar aku yang antre."
Ilham mengantri di depan kasir sebuah restauran waralaba. Lumayan, ada beberapa orang yang turut antre lebih dulu di depannya.Dua puluh menit Ilham datang dengan nampan yang penuh berisi satu gelas besar milk shake, satu tumbler kopi panas, dan juga sekotak kudapan manis yang tadi dipesan Fazha.

"Makan, Sayang." Ilham menata makanan mereka di meja. Fazha langsung menyesap milk shake dan mencomot satu buah donut bertoping cokelat dan almond.

Takdzim bersama menikmati sajian pengganjal perut, tetapi keduanya harus dikejutkan oleh suara salam seseorang. Ilham menoleh tercenung, sedang Fazha tidak kalah terkejut. Ini kedua kali Ilham bertemu dengan seseorang tersebut di bandara ini. Entahlah, kenapa bisa ada kebetulan sampai dua kali. Padahal dalam hati, Ilham sudah tidak ingin lagi bertemu dengan orang tersebut.

"Mas Ilham, kita ketemu lagi di sini," ucapnya, tapi menciptakan kerut di dahi Fazha. Dia bingung. Kedua kali? Berarti dulu pernah ada yang pertama kali. Lalu, kenapa Ilham tidak cerita.

Fazhura sontak menghentikan kunyahan di mulut, lalu menyapa balik, "Masya Allah, Tante Shila, apakabar?" Ucapnya dengan antusias yang dibuat-buat. Fazhura jadi serba salah. Tidak menyapa juga kurang sopan, apalagi mereka kenal. Tetapi mengapa Shila, tidak bisa menampik jika hatinya terasa seperti dicubit.

"Alhamdulillah baik, kamu Fazhura ya?" Tebak perempuan yang dipanggil Shila.

"Iya, silakan duduk, gabung sama kita, Tante." sengaja Fazha ingin melihat reaksi Ilham saat menyuruh Shila duduk. Ekor matanya melakukan gerakan berkali-kali mencuri pandang pada Ilham.
Fazha tidak akan lupa dengan Shila. Mantan. Halah! bukan mantan, karena tidak pernah jadian atau pacaran. Lagipula Fazha tahu betul jika selama ini Ilham tidak akan pernah mau menjalin hubungan yang bernama pacaran. Shila, lebih tepatnya mantan perempuan yang pernah singgah di hati Ilham.

Meski Fazha percaya pasti Ilham sudah tidak ada  perasaan apapun pada Shila. Apalagi perempuan itu telah menikah dan mempunyai dua anak. Iya, itu kabar terakhir yang Fazha tahu dari ummi Illyana yang beberapa waktu lalu sempat bertemu dengan Shila.

"Jangan panggil tante dong, Fazha. Panggil Mbak, atau kakak saja ya," ucap Shila kemudian mengambil posisi duduk di sebelah kursi Ilham.

Fazha membalas kalimat Shila dengan senyum tipis. Dalam hati sebenarnya kesal dengan Ilham. Kenapa dia tidak menjelaskan tentang status mereka kini. Ilham malah seperti memberi celah pada Shila. Ah, iya, satu hal lagi, Fazhura tidak akan lupa cerita Ilham saat dulu di apartemen dan  menyatakan jika Shila telah bercerai dari suaminya. Apa sekarang Shila berniat mendekati Ilham lagi? Fazhura jadi berpikir terlalu dalam.

"Tante... Eh, Kak Shila mau ini." Fazha menunjuk kudapan yang ada di kotak pada Shila. "Atau mau Fazha pesankan minum?" Sambungnya lagi menawari.

"Enggak usah, masih kenyang. Fazha di Jakarta juga sekarang?"

"Iya, Kak."

"Wah, tinggalnya bareng Mas Ilham ya? Fazha kuliah di sini, jurusan apa? Eh, kampus mana?" Shila seolah tidak punya rasa sungkan dan terus melempar rentetan tanya.

Ilham berdeham, lalu menjawab pertanyaan Shila, "Iya dong Fazha tinggalnya sama saya, dia tanggungjawab saya sekarang dan seterusnya."

"Mas Ilham dari dulu enggak berubah, selalu perhatian sama siapapun." Ulasan senyum terbit dari bibir Shila saat berkata.

"Maaf Shila, bukan sama siapapun, tapi sama orang-orang yang saya sayang, apalagi Fazha, perempuan teristimewa buat saya, karena Fazha adalah istri saya." Tembak Ilham tanpa basi-basi lagi. Bisa dia lihat raut wajah Shila yang tertegun. Kaget. Mungkin saja, tapi daripada terus mengira tentang persepsinya sendiri, lebih baik Shila tahu kalau Fazhura sekarang adalah istrinya. Ilham juga tidak ingin membuka celah, meski hanya seujung lubang sedotan. Dia laki-laki dewasa, paham dengan detail bagaimana harus menjaga sesuatu milikmya yang berharga.  Apalagi untuk mendapatkan itu, perjuangan Ilham bisa dibilang tidak mudah. Banyak aral dan batu sandungan yang dilewati. Lalu sekarang, saat sudah ada dalam genggaman, tentu saja Ilham tidak akan menyiakan atau menyakiti Fazhura.

Ashila tertawa lirih, seolah tidak percaya dengan apa yang Ilham ucapkan, "Mas Ilham ini becanda ya," ucapnya melirik Ilham dan Fazha bergantian

"Enggak bercanda Shila, kami memang suami-istri, iya kan, Sayang," cetus Ilham sembari memandang Fazha, seolah meminta bantuan song istri untuk meyakinkan Shila agar dia percaya.

"I-Iya...," sahut Fazha pelan. Fazhura melirik sekilas, Shila bergeming, mungkin tercenung dengan kejunuran keduanya.

"Oh, selamat buat kalian berdua. Aku enggak nyangka." Shila mencelos, masih tidak percaya dengan penjelasan Ilham. Tetapi masa bodoh buat mereka, yang penting sudah menjelaskan agar tidak ada lagi salah paham, terlebih agar Shila atau siapapun tidak lagi menaruh harapan lebih pada Ilham.
****

Ilham dan Fazha telah berada di taksi yang akan membawa mereka ke kost-an Fazha. Sepanjang perjalanan Fazha lebih banyak diam. Hal ini sangat mengusik Ilham. Beberapa kali ekor mata laki-laki itu mencuri pandang, tapi malah diabaikan oleh Fazha. Ilham paham pasti Fazha sedang kesal karena kehadiran Shila yang tak disangka-sangka, "Sayang, mau sampai kapan diem-dieman begini?" Ilham tidak tahan dengan sikap tak acu Fazhura. Biasanya ceriwis, lalu sekarang lebih banyak geming, sama sekali bukan sikap Fazha.

Fazha memamerkan bibirnya yang mencebik, "Terserah Ammi!Kenapa enggak ngobrol sama tante Shila aja sana, keknya asik banget tadi!" Protesnya bernada sindiran.

"Cemburu ya?" Goda Ilham mencolek dagu Fazhura diiringi tawa pelan.

"Ga usah colak-colek deh! Emangnya aku sabun colek apa!"

"Bukan, kata siapa Fazha sabun colek. Fazha kan istri unyu-nya Ammi." Ilham berkata sambil memamerkan deretan gigi putihnya diantara semringah senyum. "Udah dong manggil ammi-nya. Masa pengantin balu udah berantem aja,  kan enggak asyik, Sayang." sambungnya. Fazha tidak bisa menahan tawa melihat ekspresi dan gaya bicara Ilham yang dibuat-buat. Sampai-sampai sopir tak melirik polah mereka dari kaca spion.

"Apaan sih Ammi."

"Kok ammi sih? Mana panggilan ayang-nya?" Kali ini Ilham yang gantian protes.

"Iya, Ayang."

"Nah, gitu dong Istri Unyu."

Tak yang membawa Ilham serta Fazha sampai di depan kost. Fazha langsung turun, sedang Ilham membayar, sejurus mengeluarkan barang bawaan dari bagasi.

Fazha membuka pagar besi yang belum dikunci. Biasanya pagar akan digembok saat jam sudah mengarah ke pukul sembilan malam. Fazha tidak sabar untuk melepas rindu dengan Ega. Apalagi setelah ini dia akan ikut pindah ke apartemen Ilham.

Fazhura mengetuk pintu kost tempatnya dan Ega, "Assalamualaikum, Ega," ucap Fazha dengan suara nyaring. Ketipak langkah terdengar mendekat ke arah pintu. Fazha tenan itu pasti Ega.

"Wa'alaikumussalam," sahut Ega membuka pintu. Fazha sudah tersenyum manis menyambut sahabatnya itu. Lain Ilham yang memilih duduk di kursi yang ada di teras.
Fazhaaa..." Ega langsung histeris dan reflek memeluk Fazhura erat. Ilham yang menyaksikan hanya ikut mengulas senyum.

"Ega, gimana kabar kamu? Kangen tauk!" Fazhura melepas pelukannya kemudian duduk di sebelah Ilham.

"Fazha lo udah balik, ya ampun kok ga ngasih kabar sih? Trus lo sama Kak Ilham gimana?" Berondong Ega dengan pelbagai pertanyaan. Fazha hanya membalas dengan tawa kecil. Ega itu dari dulu enggak pernah berubah, selalu heboh sendiri. "Fazha sama Kak Ilham jauh-jauh dong duduknya kalian berdua. Nanti dikira orang macem-macem lho. Zha, jauhan dong." Tuh, kan. Baru juga dibilang kalau Ega itu heboh, sekarang sudah keluar lagi keheboannya. Fazha yang sengaja ingin jail, malah memeluk lengan Ilham dari samping, serta menjatuhkan kepalanya di bahu lelaki itu.

"Apaan sih, Ega lebay deh. Orang aku lagi nyender sama suami sendiri kok, bebas keles, iya kan, Ayang?" Fazhura memamerkan senyum kailnya pada Ega. Sontak Ega menutup mulut tak percaya.

"Iya dong, Istri Unyu." Tambah Ilham menyakinkan.

Ega membeliak. Lain Fazha, pipinya memerah karena panggilan Ilham. Lelaki berbadan tegap itu akhir-akhir ini sering sekali mengacaukan hatinya oleh ucapan atau panggilan barunya. Ilham yang dikenalnya jail dan suka bercanda sekarang ibarat bermetamorfosa bak pelakon dalam drama sinetron. Ada saja ucapan spontan atau hal romantis tak terduga yang disuguhkan. Meski tidak seberapa, tapi bagi Fazha itu sudah sangat luar biasa.

"Lo bercanda kan, Fazha?" Selidik Ega dengan raut terkejut.

"Ya enggaklah! Aku serius," ucap Fazha.

"Curaaaaaang ya! Kok?" Protes Ega kembali hiperbolis. Fazhura sampai menutup mulut Ega dengan telapak tangannya. Selalu saja sahabatnya itu tidak bisa jika tidak heboh sendiri.

Fazha menyeret Ega dan duduk di kursi seberang Ilham, dia menceritakan lebih detail pada Ega tentang semua yang terjadi di Surabaya selama kepulangan bersama dua ummi kemarin. Ega sampai termangu mendengar setiap tutur Fazhura. Kedua telapak tangannya masih menempel di mulut, menandakan keterkejutan.

"Yaampun, Fazha lo diem-diem menghanyutkan ya. Pokoknya selamat buat Lo sama Kak Ilham, barakallahu ya. Eh, tapi jangan bilang habis ini Lo ga tinggal lagi di sini?" Raut tegang yang kali ini Ega cuatkan. Dan Fazha hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Dan tebakan kamu benar. Aku ke sini cuma mau ngambil baju sama barang-barang aja, Ga."

"Yaah, gue sendirian dong!" Ega memberengut.

Detik berikutnya fokus mereka beralih pada suara deru mobil yang berhenti di depan gerbang kost-an. Bunyi pintu mobil dibuka dan tutup, lalu ketipak langkah menuju pada mereka.

"Assalamualaikum... Ammi sama Ponakan Unyu, akhirnya datang kembali." Suara lantang Akbar. Lelaki itu mendekat dan duduk di sebelah Ilham. "Piye Mas Vroh?" Cengirnya.

"Piye apane?"

"Nganunya." Akbar duduk  mengambil tempat di seberang Ilham.

"Nganu opo? Wes ojo ngona-nganu, mending sekarang anterin gue sama Istri Unyu ke apartemen."

Akbar terdiam sesaat. Kemudian menatap penuh selidik pada Ilham, "Ada tikus makan bakso."

"Cakeeep Bar."

"Dikira mau masak Aer mas Vroh! Make pantun segala. Btw Serius Lo?"

"Sepuluh rius. Nah, sekarang yang harus hati-hati itu Lo, Akbar Supriadi. Awas kena gejala sendi akut. Alias sendirian bin jomlo."

"Okelah, selamat Ammi Ilham dan ponakan unyu. Akhirnya pecah telor juga." Akbar menjabat tangan Ilham, keduanya melalukan gerakan seperti high five. Ilham merapal terimakasih atas ucapan Akbar, tetapi ada yang tidak biasa dari raut Akbar. Temannya itu tidak seheboh biasanya. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Sikap Akbar juga yang lebih banyak diam dan baru menanggapi saat diajak bicara. Ilham pikir mungkin Akbar sedang banyak kerjaan di kantor, apalagi selama dia mengambil cuti, otomatis kerjaan Akbar bertambah dan menumpuk.

************KTMCK*****************

Bagiamana?
Aseef ya, masih meraba kembali feel-nya biar dapat.
Cukup lama saya mendiamkan lapaknya Ammi ini.







Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top