Prolog


"Maaf, Nit. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita," lirih Devan.

"Mas, jangan seperti ini!
Pernikahan kita tinggal seminggu lagi. Jangan bercanda kamu, Mas". Qanita menunduk.

"Nit, aku bukan orang bodoh yang tak bisa mengartikan tatapanmu ke Danar. Mata kamu, masih memancarkan kerinduan juga cinta untuk pria itu. Menikahlah dengannya di hari pernikahan kita, agar keluargamu tak perlu menanggung malu karena pembatalan  pernikahan kita," ucap Devan tegas.

Adnan yang menyusul masuk terdiam di ambang pintu, mendengar keputusan sepihak adiknya. 
Ia menunduk dalam, menahan sesak yang menghimpit dadanya.

Haruskah Devan yang kembali tersakiti? Haruskah Devan yang kembali mengorbankan kebahagiaannya untuk orang lain, tanpa peduli dirinya yang terluka paling parah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top