Bagian 7

"Berbuat baiklah dimana saja, kapan saja, dan dalam keadaan apa pun selagi kamu mampu"

~Devandra~

Flashback 4 tahun lalu......

Devan mengajak timnya untuk merayakan kemenangan atas pertandingan yang baru saja di ikutinya.

Binar bahagia itu nampak jelas di wajahnya. Bagaimana tidak, selama sebulan penuh waktunya tersita untuk latihan.

Semua perjuangannya tidak sia-sia, karena gelar juara kembali disandang untuk kesekian kalinya.

Mereka pergi ke restauran yang sudah jadi langganan selama dua tahun terakhir ini. Setiap kali memperoleh kemenangan, restauran itu menjadi tempat yang wajib dikunjungi.

Sesampainya di restauran yang dituju, mereka terkejut karena keadaan restauran yang sepi dan berantakan.

Tak lama terdengar suara barang-barang berjatuhan dari arah dapur dan juga suara minta tolong.

"Tolong, jangan hancurkan restauran ini. Ini satu-satunya mata pencaharian saya untuk membiayai hidup dan juga pendidikan kedua putra saya" ucapnya memohon.

Namun, permohonannya sama sekali tidak dihiraukan, keempat pria berbadan kekar di sampingnya tetap mengobrak-abrik bagian dapur.

Devan yang berlari terlebih dulu, mendengar semua pembicaraan mereka.

"Apa-apaan kalian, beraninya hanya sama orangtua. Kalau ada masalah bisa diselesaikan baik-baik 'kan?" ucap Devan lantang.

Membuat kelima orang yang ada di sana menoleh.

Merasa ditantang , keempat pria itu mendekati Devan yang masih berada di ambang pintu dapur.

"Siapa kamu?
Jangan sok jagoan, masih bau kencur juga"  ucap preman dengan tato paruh elang di lehernya dengan nada meremehkan.

"Kalau berani maju kalian, saya sama sekali gak takut. Badannya saja gedhe, tapi gak ada otak" ucap Devan lagi.

Ucapan Devan membuat keempat preman itu emosi, mereka langsung menyerang bersamaan.

Dengan sigap Devan mampu menangkis semua serangan itu dengan mudah.

Dalam sepuluh menit keempatnya sudah terkapar tak berdaya di lantai.

"Bapak baik-baik saja?" tanya Devan pada pemilik restauran.

"Terimakasih, Nak Devan. kalau nggak ada kamu, saya gak tahu lagi akan seperti apa" ucapnya tersenyum.

Devan hanya mengangguk dan tersenyum.

Keempat preman yang terkapar, telah dibekuk oleh polisi. Pelatih Devan yang menghubungi pihak kepolisian.

Setelah preman itu dibawa pihak kepolisian, Devan beserta timnya duduk di salah satu meja di sudut ruangan.

"Sebenarnya mereka siapa pak?
Kenapa mereka sampai mengobrak-abrik restauran ini?" tanya pak Fardhan (pelatih Devan).

"Mereka orang suruhan Pak Marko, salah satu rentenir disini. Saya berhutang 20 juta, tapi setahun ini sudah mencapai 25 juta beserta bunganya. Saya sudah membayar 15 juta dan sisanya belum bisa dibayar.

Beliau meminta saya agar hari ini juga sisanya dibayar, tapi saya belum punya uang sebanyak itu"jawab Pak Riski sendu.

"Bapak tenang saja, hari ini juga semua hutang Bapak insya Allah lunas. Bapak tunggu sebentar saya keluar dulu. Pak Fardhan, saya titip beliau dulu, Assalamu'alaikum", ucap Devan beranjak keluar.


"Wa'alaikumsalam, jawab mereka serempak.

Melihat Devan yang telah berlalu, mereka saling pandang. Namun tak ada yang tahu, apa yang kira-kira akan dilakukan oleh Devan.

"Bapak tidak perlu cemas, mungkin Devan ingin membantu. Dia sebenarnya anak yang baik, sayang Ayahnya begitu membenci sosoknya" ucap Indra.

"Maksudnya membenci?", tanya Pak Riski menatap Indra penasaran.

Semua orang yang ada disana ikut menatap Indra, menuntut penjelasan.

"Ibunya meninggal saat Devan lahir, itu yang membuat Ayahnya sangat  membenci. Karena menganggap Devan sebagai penyebab meninggal istrinya .

Semua orang yang disana menatap Indra tak percaya, Indra mengangguk untuk meyakinkan.

Semuanya larut dalam perbincangan mengenai Devan, membuat mereka merasa simpati dengan sosok Devan.

Tak lama seorang pemuda terlihat tergesa memasuki area restauran.

Dari gurat wajahnya nampak pemuda itu begitu gelisah, apalagi saat masuk ke dalam restauran dan melihat semua kekacauan yang terjadi.

Pandangannya  diedarkan ke suluruh penjuru restauran. Saat matanya menangkap seseorang yang dicarinya baik-baik saja, ia tesenyum lalu bergegas menghampiri.

Pemuda itu mempercepat langkahnya, hingga saat orang yang dicari menyadari kehadirannya . Dia segera bangkit dan memeluk tubuh kekar pemuda itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top