Bagian 55
Di depan gerbang rumah megah itu, penuh dengan berbagai karangan bunga. Sebagai tanda bela sungkawa dari seluruh sahabat juga kerabat Devan.
Rumah duka tampak telah ramai dengan pelayat, suara lantunan ayat suci juga terdengar bersahutan. Mereka datang sebagai tanda penghormatan terakhir pada orang yang berharga dalam hidup mereka.
Anak-anak dari Yayasan Ar-Rahim tampak ikut memadati kediaman Adiatama, ikut mengirimkan doa untuk orang yang berjasa bagi mereka. Tanpa Devan, mungkin saat ini mereka masih tinggal di perkampungan kumuh. Tidak dapat mengecap manisnya pendidikan seperti saat ini. Mereka semua menangis melepas kepergian orang yang selama ini menyayangi mereka, mengusahakan yang terbaik bagi kehidupan mereka.
Di sana tampak juga para staf dan karyawan Starmoon Restaurant serta Edelweis Apartment. Mereka tentu juga turut berduka atas kepergian atasan yang sangat mereka banggakan karena kerendahan hati dan juga sikap ramahnya.
Bahkan seakan tak ada jarak antara mereka dengan Devan, mereka semua layaknya saudara yang saling melengkapi. Tak ada sistem atasan dan bawahan di tempat kerja, mereka berbaur layaknya keluarga. Tak jarang Devan turun tangan ketika mereka kewalahan melayani pelanggan. Semua itu masih sangat membekas di benak mereka semua, menempatkan Devan sebagai atasan terbaik sepanjang waktu.
Tiba saat jenazah dibawa ke pamakaman, semua pelayat ikut mengantarkan Devan ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Wajah-wajah sendu para kerabat dan sahabat Devan, terlihat mengiringi jenazah hingga pemakaman . Wajah yang melukiskan seberapa dalam kehilangan yang mereka rasakan, kini. Pemuda itu begitu berarti bagi hidup mereka.
Isak tangis kembali tak terbendung kala jenazah Devan dimasukkan ke liang lahat. Untuk terakhir kalinya, Faris mencium lama putranya yang sudah berbalut kain kafan. Menyalurkan seluruh cinta dan kasih sayang yang ia simpan selama dua puluh dua tahun tanpa disadari.
Semua ikut meneteskan air mata, mengingat semua kenangan mereka saat bersama pemuda luar biasa itu. Mereka masih belum bisa sepenuhnya ikhlas atas kepergian Devan.
Mereka menatap nanar jenazah Devan yang mulai tertimbun tanah. Faris histeris kala jenazah putranya telah tertutup sempurna dengan tanah.
Tubuh itu bahkan luruh diatas gundukan tanah basah yang telah mengubur putranya. Wajahnya pucat juga sembab berlinang airmata.
"Maafkan Papa, Van. Seandainya waktu dapat diulang kembali, Papa akan memberikan seluruh cinta dan kasih sayang buat kamu." Faris kembali terisak.
Pak Rizki ikut berjongkok disamping Faris, merangkul bahunya mencoba menyalurkan kekuatan untuknya.
"Ris, ikhlaskan putramu. Dia sudah tenang di alam sana, dia sudah menemukan kebahagiaannya disana," lirih Pak Rizki .
Faris menggeleng, dengan air mata yang tak berhenti mengalir dari sudut matanya.
"Om, Devan pasti akan sedih melihat Om seperti ini. Ikhlaskan dia, biarkan putra Om bahagia dalam dekapan Allah dan Mamanya." Adnan menimpali.
Perlahan Faris mengangguk dan tersenyum, meski air mata itu belum juga berhenti mengalir.
Faris menatap keenam makam dihadapannya, di sana telah terbaring orang-orang yang dicintainya. Mereka pergi lebih dahulu meninggalkannya dalam penyesalan dan kesedihan mendalam.
"Anna, aku titip putra kita. Maaf karena aku justru mensia-siakannya selama ini, sekarang aku akan mengikhlaskannya bersamamu," ucap Faris terisak mengelus nisan mendiang istrinya.
Matahari kian terbenam, tapi tak membuat keluarga Nugraha, Faris ,serta Davin dan Indra beranjak dari tempatnya. Mereka menatap sendu, gundukan tanah yang masih basah. Tempat di mana Devan akan beristirahat selamanya.
Semua yang terjadi bagaikan mimpi buruk bagi mereka, tak ada yang menyangka Devan akan pergi secepat ini.
Mulai hari ini tidak akan ada lagi Devan di sisi mereka. Tak akan ada lagi nasihat dari bibir pemuda itu yang menyejukkan hati. Tapi, Devan akan tetap hidup dalam hati mereka.
Tamaaattttt
Alhamdulillah, selesai juga.
Terimakasih buat kalian semua yang sudah menyempatkan membaca, berkomentar, bahkan memberi vote untuk cerita ini.
Sampai jumpa di lain waktu ....
Salam sayang dari author beserta keluarga Adiatama dan Nugraha.
Salam cinta dari Devandra, Davin, Indra serta Dek Fadhil.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top