Bagian 44

"Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu"
(Qs. Muhammad : 31)

Pagi ini Devan terbangun karena perutnya terasa bergejolak. Tak ada siapa pun di ruangan itu, karena Pak Rizki dan Fauzan pulang ke rumah untuk beristirahat. Sedangkan Faris, Adnan serta Fadhil tengah berada di kantin untuk membeli sarapan.

Devan ingin bangkit, tapi fisiknya benar-benar lemah sekarang. Ditambah mual dan muntah yang sejak tadi tak kunjung berhenti. Kepalanya sejak tadi juga terasa berdenyut sakit hingga bagian belakang lehernya.

Meski dengan tertatih, ia tetap  melangkahkan  kakinya . Devan berpegangan pada apa saja yang dapat diraihnya, agar bisa sampai di toilet. Sekuat tenaga ia menahan rasa mual yang bergejolak dengan membekap mulutnya.

Sesampainya di wastafel ia memuntahkan  isi perutnya. Berkali-kali ia muntah tapi tak ada yang keluar dari kerongkongannya, hanya cairan bening yang berhasil lolos.

Sejak sore kemarin, tak ada makanan apa pun yang berhasil mengisi perutnya. Karena setiap kali makan, setiap kali itu juga pemuda itu memuntahkan makanan yang baru saja ditelannya.

Devan terperanjat kaget saat ada darah yang mengalir dari lubang hidung mancungnya.  Pasalnya, ini pertama kali darah itu mengalir dari sana. Ia  membasuh wajahnya berkali-kali, untuk menghilangkan noda darah serta agar  wajahnya tak terlalu pucat.

"Apa kanker ini sudah semakin parah, sehingga tubuhku terasa benar-benar lemah seperti saat ini?" tanya Devan pada dirinya sendiri.

Untuk pertama kalinya, seorang Devan menangis. Ia rapuh saat ini,  bagaimana ia bisa menjaga putranya.  Sedangkan ia sendiri saja tak mampu menjaga dirinya. 

Otaknya yang terus diforsir untuk berfikir membuat tubuhnya benar-benar lemah.  Bahkan, kakinya tak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Ia luruh dilantai sebelum akhirnya semua terasa gelap.

Adnan yang kembali terlebih dahulu ke dalam ruang rawat Devan, panik karena tak mendapati adiknya di dalam. Lebih terkejut lagi, saat mendapati pemuda itu tergeletak tak sadarkan diri di lantai kamar mandi.

Ia membopong tubuh adiknya, dan membaringkan kembali di ranjangnya. Kemudian memencet tombol darurat yang berada tepat di atas kepala ranjang Devan.

Tak lama, dr. Ray dan seorang perawat memasuki ruangan itu. Dr. Ray segera memeriksa kondisi Devan.

"Bagaimana kondisi Devan, Om?" tanya Adnan cemas.

"Kondisinya menurun, Nan. Padahal kemarin kondisinya sudah membaik. Sepertinya, ada hal yang mengganjal fikiran Devan,  sehingga membuatnya stress dan menyebabkan kondisinya kembali menurun.  Ditambah efek dari radioterapi yang kemarin dijalani, membuat  kondisi Devan makin down," jelas dr. Ray.

"Kita harus bagaimana, Om?
Jujur Adnan gak tega melihat kondisi Devan makin memburuk seperti ini," tanya Adnan sendu.

"Yang bisa kita lakukan saat ini hanya banyak berdoa dan memberi dukungan dan semangat untuk Devan. Adikmu itu sebenarnya rapuh, bahkan sangat rapuh. Tapi, Om yakin dia pemuda yang hebat dan kuat. Buktinya, dia mau bertahan disisi Ayahnya.  Padahal, selama ini Devan tahu dia hanya akan tersakiti baik fisik maupun batinnya," jawab  dr. Ray lagi.

"Iya Om, Adnan  juga tahu itu. Aku harap Devan akan tetap bertahan dan berjuang melawan kanker yang bersarang di kepalanya. Paling tidak, dia mau bertahan demi Fadhil," ucap Adnan terisak.

Sudah hampir dua jam, tapi Devan masih belum mau membuka matanya. Membuat keluarganya begitu mencemaskan kondisi pemuda itu. Apalagi dr. Ray sempat bilang bahwa memburuknya kondisi Devan, karena ia terlalu stress.

Entah, apa yang ada difikiran pemuda itu hingga membuatnya kembali tumbang.

Tepat pukul 10.15, Devan membuka matanya. Membuat rasa cemas yang sempat menyelimuti sirna seketika, saat melihat seulas senyum dari bibir Devan.

Namun, kata yang terlontar dari bibir pemuda itu justru membuat semua orang bungkam, tak tahu harus menjawab apa. Hanya wajah-wajah yang kian bertambah muram, saat kata itu lolos begitu saja dari bibir Devan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top