Bagian 27
Assalamualaikum,
Untuk sementara ini masih selingan dulu ya guys, biar tambah penasaran sama calonnya Mas Abi
Suasana yayasan masih tampak ramai, meskipun acara yang diselenggarakan telah selesai sejak sejam yang lalu. Keluarga Adiatama beserta keluarga Nugraha masih tampak berbincang ringan di taman belakang yayasan. Ditemani beberapa pengurus yayasan yang sengaja meluangkan waktu untuk menghadiri acara aqiqah Fadhil .
Sedangkan Devan, Davin, Indra, serta Adnan dan Fauzan memilih pergi ke Starmoon Restauran sekedar untuk merayakan suksesnya acara aqiqah Fadil dan lamaran oleh Devan. Acara lamaran resminya akan dilaksanakan besuk malam di kediaman kedua orangtua calon istrinya.
"Aduh yang udah ada pasangan mah senyum mulu kerjaaannya. Bahagia banget yang udah ada calon istri," celetuk Indra melihat Devan yang senyum-senyum sendiri.
"Makanya, Nda. Cepetan cari calon juga. Nanti keburu tua gak laku lho," sahut Adnan terbahak.
Devan terkekeh pelan, sedang Fauzan dan Davin hanya tersenyum kecil mendengar celoteh Adnan.
"Mas Adnan ini kalau ngomong suka seenaknya, mentang-mentang bulan depan nikah." Indra sewot.
"Kita mah bebas kan, Bi. Kalau mau nikah makanya cari calon, Ndra. Bukan cuma ngedumel karena temannya mau nikah," lanjut Adnan kembali terbahak.
"Zan,Vin,kalian kapan nyusul Abi. Gak pengen gitu punya pasangan juga?" tanya Indra terkekeh.
"Gak usah nanya, Ndra. Aku mah tinggal ngelamar aja kalau emang udah siap. Mending tanya ke diri kamu sendiri, kapan mau nyusul?" jawab Fauzan tersenyum bangga kemudian tertawa.
Indra semakin tersenyum kecut,
mendengar penuturan Fauzan.
"Nggak usah sedih, Ndra. Kalau udah saatnya juga ketemu jodohnya. Coba tanya ke hati kecilmu, udah bener belum caramu mencintai-Nya. Kalau belum benar, benarin dulu. Menikah itu bukan perkara mudah, kalau kamu gak bisa jadi imam yang baik. Bisa hancur rumah tanggamu, parahnya lagi bisa membawamu ke neraka," ucap Davin lembut.
"Menikah juga bukan soal cepat atau lambat. Tapi, tentang bagaimana kita bisa menyatukan dua kepala ke dalam satu tujuan yang sama dan melangkah seiring seirama. Kalau kamu aja masih labil, mau dibawa kemana rumah tanggamu nanti," lanjut Devan.
Mendengar penuturan Devan dan Davin, Indra tersenyum cerah. Ia seperti menemukan kekuatan baru untuk terus melangkah lebih jauh lagi.
"Kok aku jadi terharu ya dengarin nasihat kalian berdua, aku baper. Tanggung jawab udah buat aku baper Bi, Vin", ucap Indra dengan mata berbinar-binar.
"Enak aja tanggung jawab, emang kita ngapain kamu. Jangan-jangan kamu.... .... .... ..... hamil," sahut Davin bergidik ngeri dengan ekspresi melongo .
Tak pelak membuat Adnan, Devan, serta Fauzan terbahak. Hingga menjadi pusat perhatian, beberapa pengunjung resto.
"Amit-amit ,Vin. Hamil...hamil aku cowok tulen ya. Jangan sembarangan ngomong" semprot Indra.
Mengundang tawa yang lainnya, tak terkecuali Davin. Fauzan
serta Adnan justru sampai tertawa ngakak, mereka sampai memegangi perutnya yang kram karena kebanyakan tertawa.
"Seneng banget lihat aku menderita, sakitnya tuh disini," ucap Indra dengan wajah sememelas mungkin sambil memegangi dadanya.
"Dasar raja drama kamu, Ndra. kayaknya lebih cocok jadi aktor daripada dosen," celetuk Davin tertawa.
"Eits. Jangan salah, gini-gini aku pernah ikut teater Ramayana," jawab Indra.
"Pantas, wajahmu tampan mirip Sugriwa," ucap Adnan kembali terbahak.
Mau tak mau mereka kembali tertawa apalagi melihat ekspresi wajah Indra yang shock.
Gimana gak shock, dibilang tampan tapi mirip Sugriwa alias monyet.
Perbincangan mereka terhenti, saat ponsel Davin berdering.
Setelah menggeser layar hijau, Davin terlihat berbincang
"Halo. Assalamualaikum, ini siapa ya?" tanya Davin karena tak mengenali siapa yang menelfonnya.
"........."
"Oh iya, ada perlu apa ya menelfon saya? " ucap Davin.
"........."
"Melamar kamu malam ini, kamu yakin?" tanya Davin terkejut.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top