Bagian 25

"Saat kamu berharap pada manusia maka kecewa yang akan kamu dapat, sesungguhnya Allah mencemburui hati yang berharap pada selain-Nya"
Anonim


*****
Setelah selama tiga hari dirawat, Devan akhirnya diizinkan pulang ke rumah.

Devan pulang ke rumah Faris, meski sebenarnya Ayahnya meminta untuk tinggal bersama.

Ia cukup tahu dan mengerti perasaan Papanya. Sangat terlihat bahwa Faris cemburu dengan kedekatannya bersama keluarga Nugraha, maupun keluarganya di yayasan.

Keluarga Nugraha sempat mengantar Devan hingga kediaman Faris, namun hanya sebentar karena
mereka ada janji dengan keluarga calon besannya.

Sebenarnya Devan diminta untuk ikut, tapi karena mengingat kondisi Devan yang belum sepenuhnya pulih niat itu diurungkan.

Soal Fadhil, Devan sudah menceritakan semuanya pada Faris. Tak ada reaksi yang berlebihan, Papanya itu hanya menganggguk sebagai respon ceritanya. Secara otomatis, Fadhil tinggal bersama Devan juga Faris. Anak itu terlihat senang, apalagi saat tahu tinggal di kediaman Faris.

Karena ada kolam renang, juga ayunan di halaman belakang rumahnya. Belum lagi, Faris membelikan beberapa mainan untuknya.

Juga karena ia dibelikan kucing baru untuk teman Mueza. Kucing anggora dengan bulu warna coklat, dan mata berwarna biru terang.

Sikap Faris yang dulu terkesan dingin, perlahan menghangat. Sejak Devan kembali dan kehadiran Fadhil di rumah itu.

Hubungan keluarga Nugraha dan Adiatama juga berjalan baik, mereka terlihat kompak saat berkumpul dan makan malam bersama di Starmoon.

Dan juga kehadiran mereka di yayasan milik Devan, saat acara aqiqah Fadhil dilaksanakan.
Sekaligus menjadi acara spesial karena Devan meminang wanita yang selama ini ia cintai.

Setelah sebelumnya berunding dengan kedua keluarganya,  hari ini Devan meminang wanitanya sebagai calon pendamping hidup.

"Assalamu'alaikum, pada kesempatan kali ini saya juga akan meminang wanita yang insya Allah akan menjadi  pendamping hidup saya," ucap Devan mantap.

Dari tempatnya berdiri Qania tersenyum dalam tunduknya,  karena ia yakin wanita itu dirinya.

Devan berjalan perlahan mendekat ke arahnya,  membuat senyuman tak pernah pudar dari sudut bibirnya.
Senyuman itu perlahan sirna,  saat Devan justru melewatinya dan tersenyum ke arah wanita yang masih diam dalam tunduknya.

Qania berlari meninggalkan acara yang baru setengah jalan,  tak terasa kristal-kristal bening mengalir dari kedua sudut matanya. Ia berlari ke taman belakang, dan menangis disana. Maira yang menyadari itu segera menyusul Qania.

Maira menemukan Qania duduk dan menangis ditepi kolam ikan, ia mendekati dan menenangkan perempuan itu.

"Bunda tahu,  kamu diam-diam mencintai Abi.  Tapi,  kamu harus  ikhlaskan dia. Abi sudah memilih saudarimu, dia bukan yang terbaik buat kamu," ucap Maira lembut.

"Qania salah, Bun.  Karena terlalu berharap banyak sama Mas Abi. Karena kemarin, Nia sempat mendengar pembicaraan Bunda  tentang wanita yang disukai sama Mas Abi. Qania takabur bun, saat aku dengar Mas Abi memuji aku. Aku berfikir bahwa Mas Abi akan memilih, Nia," jawab Qania terisak.

Maira terkejut mendengar pengakuan Qania,  pasti ia hanya mendengar sebagian dari cerita Abi.  Dan itu membuat Qania salah paham tentunya.

"Bunda mengerti perasaan kamu,  tapi kamu jangan seperti ini. Jangan larut dalam kesedihan, Allah tidak pernah membebani diluar batas kemampuan hambanya. Allah tahu kamu bisa melewati ini sayang," ucap Maira memeluk dan mengelus puncak kepala wanita itu. Perlahan tangisan Qania berhenti, namun masih menyisakan isakan kecil.

"Insya Allah. Nia ikhlas, Bun. Mungkin Mas Abi bukan jodohnya Qania. Semua salah aku, Bun. Karena terlalu berharap sama Mas Abi.  Qania lupa kalau Allah sangat mencemburui hati,  yang berharap pada selain-Nya," lanjut Qania tersenyum pilu.

Tak jauh dari keduanya, ada sepasang mata yang mengawasi.

"Aku tahu kamu mencintai Abi,  tapi aku tidak tahu kalau sedalam itu rasamu padanya.  Lalu, salahkah aku,  jika aku mencintaimu Qania" bisiknya kemudian berbalik pergi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top