Bagian 20
Berhubung kedua Eyangnya sudah berangkat ke Bandung, dan akan menetap di sana untuk sementara waktu.
Faris juga tidak kembali ke tanah air dalam waktu dekat, karena harus menyelesaikan masalah di sana yang tak kunjung menemui titik temu.
Membuat Devan beserta Fadhil bisa menginap di kediaman keluarga Nugraha.
Malam minggu ini, Devan menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama keluarga keduanya. Kedua kakaknya yang paling antusias saat tahu Devan jadi menginap di rumah.
Halaman belakang rumah itu disulap menjadi tempat yang asyik untuk bersantai. Mereka bercengkrama dan bercanda di bawah cahaya rembulan yang nampak tersenyum dari kejauhan.
Fadhil yang biasanya diam pun tampak asyik bermain dengan Fauzan dan Mueza di tenda yang memang sengaja didirikan di halaman itu.
Adnan, Devan dan Pak Rizki tampak terlibat perbincangan ringan.
Meski sesekali mereka tertawa, kala menyaksikan aksi Fauzan dan Fadhil yang tumben bisa kompak.
Bergulingan didalam tenda, hingga membuat tenda itu roboh. Beruntung karena Fadhil bisa keluar lebih dulu.
Namun, Fauzan justru terjebak didalamnya dan terkena cakaran Mueza yang berusaha mencari jalan keluar sebelum akhirnya bisa keluar.
Membuat Adnan justru terbahak, dan berhasil menjahili Fauzan dengan memasukkan kecoa kedalam tenda itu.
"Zan, awas ada kecoa," teriaknya sambil terbahak.
Fauzan yang berada didalam tentu saja panik, karena hewan yang satu itu adalah musuh baginya.
Ia berusaha mencari jalan keluar, tapi tak menemukannya. Alhasil, Fauzan bergulingan berselimut tenda. Devan yang tak tega, akhirnya membantu Fauzan untuk keluar.
Wajahnya benar-benar pucat dan kusut, dengan luka cakar di tangan dan juga kaki serta keringat yang membasahi tubuhnya. Melihat hal itu, Adnan justru tertawa senang. Lain dengan pak Rizki yang hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat tingkah putranya.
"Kalian ini udah dewasa tapi sikapnya masih kaya Fadhil," ucap pak Rizki.
"Kapan lagi, Yah. Kita bisa ngumpul semua seperti ini. Lagian kalau Adnan udah nikah, pasti nanti waktunya udah terbagi-bagi," jawab Adnan.
"Oh, jadi yang mau nikah bulan depan itu Mas Adnan" Devan menyahuti.
"Iya Bi. Tapi gak ngerjain orang seenaknya juga kali, Mas. Udah tahu Ozan takut sama kecoa juga," jawab Fauzan kesal.
"Oke. Mas minta maaf, lain kali gak gitu lagi," jawab Adnan mengalah.
Mereka menghabiskan malam dengan penuh suka cita, semua duka seolah sirna begitu saja.
Fadhil tidur terlebih dahulu bersama Fauzan. Setelah dibujuk oleh Devan, anak itu mau ikut tidur bersama Fauzan.
Fadhil dijanjikan akan dibelikan susu coklat dan juga kurma yang banyak, hingga ia mau menuruti untuk tidur bersama Fauzan.
*****
Keesokan harinya, mereka sibuk bersiap untuk pergi bersama anak-anak. Begitu juga dengan Fadhil, anak itu terbangun sejak sebelum subuh. Membangunkan Devan, dan juga Fauzan.
Devan, semalam memilih menyusul Fadhil yang tidur bersama Fauzan. Takut anak itu rewel saat tidur bersama kakaknya.
Meskipun matanya masih berat, ia tetap bangun dari tidurnya. Kemudian berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tentu saja bersama Fadhil yang langsung merengek minta dimandikan sekali.
Selesai mandi, Devan kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dan juga Fadhil. Sementara Fauzan juga segera membersihkan diri. Setelah semua selesai, keluarga Nugraha bergegas ke masjid untuk shalat subuh.
Pukul 06.00 pagi mereka baru kembali ke rumah. Karena memilih berolahraga dengan berjalan santai keliling kompleks. Mereka kemudian sarapan pagi bersama, sebelum berangkat ke Yayasan.
Tepat pukul setengah sembilan, Mereka tiba di Yayasan. Anak-anak pun rupanya telah siap sejak jam delapan pagi, tinggal menunggu bus yang akan membawa mereka pergi ber-rekreasi tiba.
Devan berlalu ke kamarnya untuk mengambil beberapa perlengkapan Fadhil, yang memang tak sempat ia bawa saat pulang ke rumah Ayahnya.
Sedangkan anak itu sudah asyik bermain bersama Rafa serta Arya dihalaman samping Yayasan.
" Bi, tumben Fadhil gak rewel ditinggal?" tanya Maira.
"Nggak tahu Bun, lagian dari semalam dia tidur sama Mas Fauzan," jawab Devan tersenyum.
"Oh iya, Mas Adnan sama Mas Ozan tadi kemana?
Bukannya mereka juga ikut, mas?" tanya Qanita.
"Biasa Nit, mereka nanti nyusul katanya. Ada urusan dulu, Mbak Qania jadi ikut gak?"
jawab Devan.
"Nggak tahu juga, Mas. Tadi sih udah siap, mungkin.... " ucapan Qanita terpotong karena Qania beruluk salam.
"Assalamualaikum,"sapa Qania.
"Wa'alaikumsalam. Panjang umur mbak. Baru ditanyain sama Mas Abi, udah datang aja," ucap Qanita.
"Aamiin," jawab Qania.
Devan menjawab salam dalam hati, kemudian tersenyum ramah sebelum berlalu ke mobilnya.
Fadhil yang tengah bermain, berlari menghampiri Devan yang berlalu menuju mobilnya.
Fadhil nampak memeluk kaki, membuat Devan harus berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan putranya.
Entah apa yang ia ucapkan, hingga membuat Fadhil memeluk tubuh kekar itu.
Dari kejauhan, dua wanita itu memperhatikan interaksi Devan dengan Fadhil.
Keduanya mengagumi sosok pria di depan sana, kagum akan sikap santun dan juga penyayangnya.
Mereka tersenyum dalam tunduknya. Hati keduanya tersentuh oleh satu nama yang sama, Abimanyu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top