Bagian 13

Assalamualaikum,
Mulai dari part ini akan ada dedek Fadhil.

Jadi, Fadhil ini anak yang dibuang oleh orangtuanya di pintu yayasan dua tahun lalu.

Berhubung saat itu yang menemukan Devan, membuatnya menyayangi Fadhil layaknya adiknya sendiri.

Restoran sudah mulai sepi, hanya ada dua-tiga meja yang masih terisi. Namun Devan dan keluarganya serta Davin masih asyik berbincang.

Hari kian larut, jam yang melingkar di pergelangan tangan Devan sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Beberapa pekerja resto, nampak sibuk membereskan meja-meja juga dapur.

Setengah jam kemudian, resto nampak bersih. Semua pekerja Starmoon telah bersiap untuk pulang.

Begitu juga dengan Davin, Devan dan keluarga Nugraha. Malam ini Devan memilih menginap di yayasan, alasannya karena rindu dengan sang Bunda dan juga Fadhil.

Sebagai gantinya , selama weekend ia akan menginap di rumah Ayahnya.

"Yah, Mas, Abi duluan ya. Kalian pulangnya hati-hati. Weekend besuk, Abi bakal nginap di rumah kok " ucap Devan mencium punggung tangan Ayahnya dan juga kedua kakak angkatnya.

"Kamu juga hati-hati, jangan ngebut", pesan Pakk Rizki.

"Weekend, harus nginap beneran lho Bi", kali ini suara Fauzan menginterupsi.

"Insya Allah, Mas. Assalamualaikum " ucap Devan berlalu masuk ke dalam mobil diikuti oleh Davin.

Devan meminta sahabatnya itu untuk ikut semobil dengannya, lagipula yayasan dan rumah Davin memang searah.

"Wa'alaikumsalam" jawab ketiganya serempak.

Tak lama sedan merah milik Devan telah menghilang di ujung jalan, keluarga Nugraha pun segera menyusul dan kembali ke rumah.

Tepat pukul sebelas malam, mobil Devan memasuki pelataran rumah Davin. Davin segera turun, tak lupa ia mengucapkan terimakasih karena diantar pulang.

Devan hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Setelah memastikan Davin masuk ke rumah, mobil itu kembali melaju menuju yayasan.

Saat Devan sampai, bangunan empat lantai itu sudah nampak sepi. Hanya ada dua orang satpam yang masih berjaga di depan gerbang.

Keduanya segera membukakan pintu gerbang, dan menyapa Devan dengan tersenyum ramah.

Devan balas tersenyum, ia melajukan mobilnya ke garasi dan memarkirkan mobilnya disana.

Kakinya melangkah masuk, tak ada seorang pun yang ia jumpai. Semua orang sudah tidur pikirnya, mengingat ini sudah hampir tengah malam.

Kaki jenjangnya menaiki tangga dengan perlahan, tujuannya saat ini adalah kamar tidur milik Fadhil.

Kamar itu terletak di tengah-tengah antara kamar pengasuh dan kamar milik Devan.

Pintu berwarna abu muda itu terbuka, di sana nampak seorang wanita paruh baya dengan menggendong balita yang nampak rewel.

"Assalamualaikum, Bunda" ucap Devan menghampiri dan mencium punggung tangan wanita itu.

"Wa'alaikumsalam. Kapan datang, Bi??
Kok nggak ngabari bunda dulu?" jawab wanita yang dipanggil Bunda itu.

Wanita itu adalah Khumaira, biasa dipanggil Bunda Maira. Usianya sekitar 45 tahun, beliau adalah pengasuh di Yayasan Ar-Rahim.

"Baru datang, Bun. Sengaja buat kejutan aja. Fadhil kenapa Bun?" tanya Devan.

"Fadhil kenapa kok nangis malam-malam gini. Sini sama Mas Abi, kita lihat bintang di luar yuk" ucap Devan mengulurkan tangannya pada Fadhil.

Tangis Fadhil seketika berhenti, tangan mungilnya terulur menggapai Devan.

"Mas Abi ikut" ucap Fadhil dengan nada fasih .

Di usianya yang menginjak tiga tahun, Fadhil memang sudah fasih berbicara.
Hanya saja, ia jarang berkomunikasi apalagi dengan orang baru.

Hanya saat bersama Devan, Fadhil menjadi anak yang banyak bicara dan cenderung cerewet.

Dengan sigap Devan mengambil alih Fadhil dan menggendongnya.

"Fadhil kangen mungkin, Bi. Langsung nempel gitu" ucap Bunda Maira tersenyum lembut.

"Mungkin, Bun. Maafin Mas Abi ya jarang kesini. Mas Abi lagi sibuk, besuk kita jalan-jalan bareng" ucap Devan mengusap kepala Fadhil dengan sayang.

Fadhil yang berada digendongannya tertawa kecil, membuat dua orang dewasa itu ikut terkekeh.

"Bun, Fadhil aku bawa ke kamar ya. Biar dia tidur sama Abi, lagian masih kangen sama dia" ucap Devan.

"Ya sudah, kalau ada apa-apa langsung panggil Bunda aja. Bunda istirahat dulu, assalamualaikum" jawab bu Maira berlu ke kamarnya.

Devan menjawab salam Bundanya dalam hati, kemudian berlalu menuju kamarnya.

Kamar itu bernuansa merah dilengkapi ranjang king-size juga sofa berwarna abu muda di dalamnya.

Devan mengajak Fadhil menikmati angin malam di balkon kamar sembari mengamati keindahan langit malam.

"Dek, lihat deh bintangnya bagus banget ya" ucap Devan menunjuk ke langit.

Bukannya menatap langit, Fadhil justru menatap wajah Devan. Tangan mungilnya menggapai wajah Devan, matanya sudah terlihat sayu membuat Devan tersenyum.

"Ya udah, kita bobok aja yuk. Adhil udah ngantuk 'kan" ucap Devan kembali ke kamar tak lupa menutup pintu dan menguncinya.

Devan membaringkan tubuh Fadhil dan ia ikut merebahkan diri di sampingnya.

Dibacakannya ayat kursi dan surah Al-Ikhlas, Al-Falaq serta An-nas kemudian ditiupkan di telapak tangannya kemudian diusapkannya ke tubuh Fadhil.

Tak lama nafas malaikat kecil itu sudah teratur menandakan bahwa Fadhil telah terlelap.

Dikecupnya kening Fadhil, sebelum akhirnya Ia ikut terlelap.

Banyak kesalahan dalam penulisan, mohon dimaafkan.

Jangan lupa kritik dan saran, sertakan vote juga ya.

Terimakasih yang sudah menyempatkan untuk membaca

Salam sayang dari Mas Abi 💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top