Tak Pakai Hati

Sebulan berlalu, sikap Pras masih sama bahkan semakin dingin. Hari ini tepat hari dimana Anggi melangsungkan pernikahan. Pras yang awalnya menolak datang, mau tidak mau datang bersama Tantri dan mama Rahayu karena bujukan sang mama.

Setelah sampai di gedung tempat pernikahan, mereka berjalan menuju pelaminan untuk memberikan ucapan selamat pada Anggi dan suaminya. Anggi yang mengenakan gaun berwarna toska tampak anggun dan semakin cantik hingga membuat Pras tak bisa memalingkan pandangannya. Hal ini tak luput dari pandangan Tantri. Tersenyum tipis, Tantri berjalan mendahului Pras untuk menghampiri Anggi.

Sesaat setelah mama Rahayu memberikan banyak wejangan pada Anggi, kini giliran Tantri menyalami mempelai dan mengucapkan selamat serta menyematkan doa untuk keduanya. Turun dari pelaminan, Tantri masih bisa melihat Pras yang masih berdiri ditempat semula dengan pandangan sendu menatap lurus ke depan. Tantri tahu suaminya itu sedang patah hati sebelum merasakan cintanya bersemi. Melangkah perlahan ke arah Pras, Tantri memberanikan diri menepuk pelan lengan Pras untuk menyadarkannya. 

"Mas Pras, tidak ke sana? Mbak Anggi tadi nanyain mas." 

"Apa pedulimu," ucap Pras seraya melangkah meninggalkan Tantri begitu saja tanpa melihat pada istrinya.

Tersenyum miris atas sikap Pras, Tantri berjalan ke arah taman samping gedung. Ia butuh waktu sendiri untuk menekan semua perasaannya.

Duduk di bawah lampu taman, dia memegang erat minuman yang ia bawa dari dalam sebelumnya. Menghela napas samar, dia merenungi sebulan pernikahannya bersama Pras. Hampa, semua berubah termasuk sikap Pras padanya yang dulu selalu hangat kini berubah semakin dingin dan berjarak. 

Tanpa dia sadari, seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya. Mengamati Tantri yang tengah melamun dari samping, namun yang dilihat sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun. 

"Ekhm." 

Mendengar suara deheman dari seseorang yang dia tahu itu suara pria, Tantri seketika menoleh ke arah samping. Tersenyum canggung, dia menyapa orang di sebelahnya.

"Mas Bagas, kenapa nggak masuk ke dalam?"

"Sebenarnya aku mau masuk ke dalam, tapi ponselku tadi ketinggalan dalam mobil. Eh, pas mau balik lagi ke dalam, aku kayak ngeliat orang yang ku kenal duduk melamun di sini. Jadi, aku putuskan buat memastikan dulu," jelas Bagas seraya menunjukkan ponselnya yang tertinggal pada Tantri. 

Saat Tantri akan membuka mulutnya, tiba-tiba tangannya ditarik seseorang hingga dia berdiri dengan wajah terkejut karena perlakuan orang itu.

"Pras, tindakanmu  bisa menyakiti Tantri," Bagas ikut berdiri menghadap orang yang ternyata adalah Pras.

Tanpa menghiraukan ucapan Bagas,  Pras menarik tangan Tantri menuju arah parkiran. 

"Mas Pras, tolong lepas tangan Tantri, sakit. Mama juga masih di dalam," pinta Tantri berusaha melepaskan cekalan tangan Pras dari lengannya. 

"Pulang. Mama akan pulang ke rumah Oma malam ini." Membuka pintu mobil, Pras memaksa Tantri untuk bergegas masuk dan segera menjalankan mobilnya ke rumah.

Tantri diam mendengar jawaban Pras. Mencerna kalimat Pras, jika mamanya berada di rumah Oma berarti dia hanya akan bersama Pras di rumah.  

Tapi kenapa suaminya justru terlihat marah? Batin Tantri mulai bertanya-tanya tentang perubahan sikap sang suami.

....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top