Kenapa aku?

Malam setelah pengajian selesai, Tantri masuk ke kamarnya. Dia tidak berani mengusik Pras meskipun mereka telah resmi menjadi suami istri secara agama, meski belum tercatat di catatan sipil.

Duduk di tepi ranjang, Tantri teringat perkataan mendiang sang papa sebelum meninggal.

***

Dalam ruang perawatan Wisnu, Tantri dan Pras duduk pada bangku yang terletak di sisi ranjang rumah sakit. Selepas dokter memeriksa kondisinya yang telah melewati masa kritis tadi, Wisnu meminta keduanya masuk untuk membicarakan hal serius.

"Pras, hidup Papa mungkin tidak akan lama lagi, Papa titip Tantri sama kamu. Jaga dia untuk Papa, Pras. Tolong, kamu menikah dengannya. Cuma kamu harapan Papa satu-satunya. Kamu mau kan, Nak?" tutur Wisnu dengan sedikit terbata.

Mendengar penuturan Wisnu, tubuh Pras menegang. Demi Tuhan, dia selama ini telah menganggap Tantri sebagai adiknya meskipun dia tahu, mereka berdua tidak ada ikatan darah apa pun, akan tetapi papanya ingin dia menikahi adiknya sendiri.

Bagaimana dia harus menjawab, sementara begitu besar jasa papa yang ada di hadapannya ini. Menarik napas dalam, Pras yang kalut perlahan menganggukkan kepala untuk menjawab permintaan papanya. Entah apakah keputusan ini benar atau tidak. Dia hanya tidak ingin mengecewakan papa Wisnu yang telah membesarkannya selama ini.

Beralih menggenggam tangan putrinya,Wisnu membuat Tantri yang semula menunduk menahan air mata, mendongak menatap wajah sang papa.

"Tantri, Papa mohon kamu mau menikah dengan Pras. Papa yakin Pras bisa jaga kamu. Bagaimana pun nanti kehidupan kalian, Papa minta kamu bertahan demi Pras dan keluarga kita," pinta Wisnu dengan napas mulai tersengal memohon pada Tantri.

"Tapi, Pa...." Tantri menangis melihat kondisi Wisnu yang mulai menurun, napas yang semakin memberat serta matanya nampak semakin sayu.

"Berjanjilah,Sayang. Papa ingin di akhir hidup Papa, kamu bahagia dengan orang yang tepat. Papa yakin, cinta akan hadir di antara kalian. Kamu hanya perlu bersabar nanti. Jika kamu ingin menyerah, maka bertahanlah, lakukan untuk Papa." Semakin merasakan napas yang terasa berat membuat Wisnu menggenggam erat tangan putrinya.

"Baik, Pa. Tantri janji," cicit Tantri.

Setelah jawaban lirih Tantri terdengar, perkataan Wisnu selanjutnya membuat mereka semakin kalut.

"Apa pun yang terjadi, tolong lakukan sekarang. Papa harap kalian akan selalu bahagia dan saling mencintai."

Setelahnya mengatakan semua hal itu, kondisi Wisnu semakin memburuk, terlihat napasnya semakin sulit hingga beberapa saat kemudian hanya dengung alat medis yang terdengar memenuhi ruangan bersama tangan Wisnu yang telah terkulai lemas lepas dari genggaman Tantri.

Bergegas Pras meminta bantuan dokter untuk memeriksa keadaan Wisnu. Sementara sang dokter memeriksa, Tantri beranjak dan perlahan mundur dengan menatap lurus pada tubuh Wisnu yang baru saja dinyatakan meninggal oleh dokter setelah melakukan pemeriksaan.

***

Melihat kosong pada telapak tangannya, air mata Tantri semakin deras mengalir.

"Apakah aku bisa menjalaninya, Pa. Sementara aku tahu, Mas Pras tidak pernah memandangku layaknya pria pada wanita. Bagi dia, aku hanya adiknya," bisik lirih Tantri menumpahkan kegundahannya.

Bersandar pada kepala ranjang, perlahan mata Tantri terpejam dengan tangan yang mendekap tubuhnya sendiri.

Entah bagaimana kehidupan mereka setelah ini, Tantri hanya tidak ingin mengecewakan sang papa, meskipun ia tak menampik harapan pada pernikahannya dengan Pras.

....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top