Diam
Tantri mengerjapkan mata, pandangannya sedikit buram akibat menangis sampai tertidur. Perlahan dia duduk, menahan selimut di dadanya agar tidak melorot. Dilihatnya Pras masih tertidur pulas, sungguh jika sedang tidur Pras seperti anak kecil. Kemudian dierdarkan pandangannya ke sekeliling, pakaian yang berserakan membuatnya miris mengingat semalam dia bukan lagi seorang gadis dengan cara yang menyakitkan.
"Sstt.. Aww," Tantri meringis ketika mulai menapakkan kakinya, rasa sakit menjalar dari inti tubuh.
Menutup mulutnya agar Pras tak terusik karena suara rintihannya, Tantri menyambar kaos milik Pras yang tergeletak dekat kakinya kemudian memakainya. Berjalan sedikit tertatih, Tantri melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat suara pintu tertutup, Pras mulai membuka matanya. Dia telah terbangun lebih dulu sebelum Tantri, hanya saja rasa pusing dikepala menahannya untuk segera bangkit dari tempat tidur. Pras melihat pada sisi kosong yang digunakan Tantri tidur sebelumnya, bercak darah dan sisa-sisa cairan nampak mengering dan membekas. Ada rasa bersalah disana, meski Tantri adalah istrinya tidak seharusnya Pras mengambip haknya secara paksa.
Suara pintu kamar mandi yang terbuka, membuat Pras memejamkan matanya karena tidak ingin Tantri melihatnya merasa bersalah. Saat Tantri khusu' beribadah, barulah Pras bangkit dan membersihkan diri. Dia butuh air segar untuk menyadarkan diri kenapa dia melakukan itu pada Tantri semalam.
***
"Mama?" Tantri kaget ketika melihat mamanya sudah berada di dapur.
"Hai Sayang, Ayo kita sarapan. Pras mana?" Rahayu melihat ke belakang Tantri mencari keberadaan Pras.
"Mas Pras masih siap-siap Ma, sebentar lagi pasti turun. Tantri bikinin Mas Pras kopi favoritnya dulu ya Ma," dengan cekatan tangannya meracik kopi kesukaan Pras.
Setelah menyiapkan kopi diatas meja, Pras nampak menuruni tangga dengan membawa tas kerjanya. Dia terlihat sangat segar pagi ini, meski bagi Tantri aura dingin Pras lebih dominan apalagi mengingat kejadian semalam.
"Pras, kamu udah siap ya. Ayo kita sarapan dulu, baru berangkat." Rahayu memberi kode pada Tantri agar menyiapkan sarapan Pras diatas piring.
Mereka betiga akhirnya menikmati sarapan dalam diam.
***
"Pak, ada berkas perjanjian yang harus Bapak tandatangani," Bagas menyodorkan berkas dalam map ke depan Pras.
Namun, tak ada respon apapun dari Pras membuat Bagas menyimpulkan Pras sedang memikirkan sesuatu.
"Pras? Kenapa?" Bagas menepuk pundak sahabatnya pelan.
"Aku melakukannya, Gas." Tanpa sadar Pras mengatakan hal itu.
"Melakukan apa?" Bagas belum bisa menebak arah bicara Pras kali ini.
"Tantri." Bagas yang mulai tahu maksud Pras seketika terkejut mendengar nama Tantri terucap, namun dia masih diam untuk memberi kesempatan Pras untuk bercerita.
"Aku kalut, Gas. Sejak mendengar kabar bahwa Anggi hamil, aku merasa semua harapanku telah hancur. Dan ketika aku lihat Tantri berbuat salah di mataku, aku melakukannya dalam keadaan emosi." Pras mengakui semua pada Bagas.
"Dan kamu, merasa bersalah?" Bagas menebak perasaan Pras saat ini hang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Pras.
"Perbaiki hubunganmu dengan Tantri, Pras. Sudah cukup kamu memikirkan Anggi, dia sudah milik orang lain. Mungkin memang Tantri sebenarnya jodohmu."
"Aku menikahi Tantri hanya karena rasa balas budi, Gas. Aku tidak pernah mencintainya." Pras menyandarkan punggungnya pada kursi serta menatap ke langit-langit ruangannya.
"Cinta akan hadir kalau kamu sendiri mau membuka hatimu, Pras." Bagas berbalik keluar ruangan agar Pras bisa berpikiran tenang tentang hubungannya saat ini dengan Tantri.
Saat membuka pintu, kehadiran seseorang yang telah berdiri didepannya membuat Bagas terkejut. Semoga saja dia tidak mendengar percakapan mereka di dalam tadi.
...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top