Kebahagiaan

Terkisahlah cerita seorang gadis miskin yang bermimpi untuk menjadi orang kaya. Dia dilahirkan disebuah lingkungan menengah keatas dimana orang tuanya hanya seorang pelayan di sebuah kastil megah. Meskipun seorang pelayan, ibunya adalah saudara dari si pemilik kastil. Sejak kecil dia disebuah dengan sebuah pemikiran bahwa kekayaan adalah satu-satunya cara untuk mencapai kebahagiaan. Belum lagi, dengan penghasilan orangtuanya yang pas-pasan dia hanya dapat bersekolah di sekolah rakyat, dimana sebuah buku-buku yang dipakainya adalah pespustakaan kota. Dikarenakan keterbatasannya itulah dia berusaha untuk menjadi orang yang sukses yaitu dengan menjadi orang yang berpendidikan kemudian kaya raya.

Waktu terus  berjalan, tahun ke tahun sampailah si gadis tersebut dewasa. Dia termasuk gadis terpintar di kota, sayangnya dia dijauhi oleh teman-teman sebayanya dikarenakan dia miskin dan jelek. Dikarenakan ejekan-ejekan itulah si gadis nan lugu ini pun, bertambahlah ambisinya untuk menjadi kaya dan cantik, agar orang-orang menghormatinya. Gadis itu berubah menjadi pendendam dan perfeksionis. Dia terus berusaha menjadi yang terbaik dengan cara jujur sayangnya dia harus ,menerima keadaan bahwa didunia yang saat ini ditinggalinya semua orang tidak diharuskan untuk jujur. Semua orang memakai topeng. Si gadis yang lugu inipun harus menelan kepahitan dihina dan difitnah di lingkungan yang tak dia kenal. Alhasil si gadis pun berfikir dia harus seperti orang-orang tersebut. Memakai topeng, dan licik untuk mendapatkan keinginannya.

Lalu berubahlah si gadis tersebut menjadi jahat, licik dan dengki hati kepada setiap orang yang lebih hebat dari dirinya. Dia buang latar belakang keluarganya, dia pindah ke kota sebelah untuk mencari kerja dan berpura-pura sebagai orang kaya. Dia berpura-pura baik dengan orang-orang disekitarnya padahal di belakang mereka dia membicarakan orang-orang tersebut.
Tahun ke tahun dia mulai mendapatkan keinginannya, menjadi kaya dan cantik. Sayangnya menjadi cantik sangatlah tidak mudah, semuanya harus dia korbankan. Meskipun kehidupannya bergelimpang kehormatan dan kecantikan, orangtuanya yang ditinggalnya di kota sebelah sama sekali tidak dirawatnya, dia malah tidak mengakui mereka sebagai orangtuanya yang membesarkannya. Dia beranggapan saat ini dia berhasil karena kerjakerasnya bukan karena usaha orangtuanya. Sang orangtua sakit-sakitan sedangkan anak yang diperjuangkannya bergelimpang harta dan kecantikan.

Sampai seorang teman lama si gadis tak sengaja bertemu dengan gadis tersebut, si gadis tentu saja berpura-pura untuk tidak kenal dengan temannya itu. Tapi, rupanya orang tersebut geram dengan kelakuan si gadis ini, dan mempermalukannya dihadapan publik dan menyebarkan kabar mengenai orangtua si gadis yang hidup miskin dikota asalnya.
Tentu saja si gadis malu dan memberi pelajaran kepada bekas temannya itu, dia suruh preman bayaran untuk memukuli orang tersebut.

Sayangnya, kabar tersebut sudah tersebar ke seluruh kota dan si gadis pun malu. Kemudian dia pulang kekota asalnya bukan untuk mengangkat kesejahteraan orangtuanya tapi malah menyembunyikan mereka ke hutan dan orang-orang yang mengenal dirinya di kota asalnya pun dibunuh dan diancam untuk tidak menyebarkan asal muasal si gadis. Si gadis yang berubah jahat itupun semakin hari semakin tidak terkontrol, dihancurkannya orang-orang yang dulu mengejeknya bahkan orang-orang yang dulu membantu dia dan keluarganya.

Setelah kejadian itu, dia pun berpindah ke kota lain, dan sayangnya siklus itupun terjadi. Dikarenakan dirinya yang sukses, kaya dan cantik maka banyak orang yang berusaha menjatuhkannya. Dan sekali lagi dengan tipu muslihatnya dihancurkannya orang-orang tersebut.

Waktu terus berjalan sampai si gadis berusia 40 tahun, dimana dia hidup sendiri di kastilnya yang megah. Saat itu tidak ada satu pun yang mau berkawan dan menjalin hubungan dengan dia dikarenakan reputasi sebagai si penghancur. Dia hanya dikenal sebagai wanita penghancur. Alhasil dia yang semakin tua dan kesepian pun mulai terpikir dengan masa lalu sebelum dia berubah menjadi jahat. Dan dia mulai menyesalinya, dia mulai merindukan orangtuanya yang diasingkannya ke hutan, dia rindu dengan orang-orang yang tulus dan tidak memanfaatkannya. Sayangnya semua itu terlambat baginya.

Dia sudah berusaha berubah, sayangnya banyak orang tidak percaya dengan perubahannya dan menganggapnya hanya pencitraan. Bahkan orangtua yang menerima diapun malah sudah meninggal dunia tanpa dia ketahui.

Dia mulai menyesali masa lalu, dia mulai menyesali dan menggali makna dari sebuah kebahagiaan.
Dalam keadaannya yang nyaris putus asa, dia melihat seorang gadis kecil yang pakaian yang kumal dan compang camping sedang bekerja di sebuah toko roti, si anak tersebut, bekerja sebagai tukang sapu di toko roti tersebut, ketika dia selesai bekerja, si anak akan diberi upah berupa roti bekas tak laku. Si anak itu, sama sekali tidak kecewa dia malah terlihat bahagia seperti mendapatkan uang bermilyar milyar rupiah. Kemudian si gadis yang melihat itupun mengikuti si anak dari kejauhan, rupanya si anak tersebut adalah anak dari sepasang pemulung yang hidupnya jauh diluar kota . Rumahnya hanya setumpuk kardus yang berusaha didirikan layaknya kemah, si anak rupanya memiliki seorang adik berusia 2 tahun. Si anak pun membagi roti hasil dia bekerja itu kepada orangtua dan adiknya. Keluarga itu terlihat bahagia, meski hanya dengan roti keras dan air sungai mereka terlihat makan dengan bahagia dan puas.
Si gadis yang melihat itu pun menjadi terenyuh, dan sedih. Dan akhirnya dia paham makna kebahagiaan bagi setiap orang berbeda tapi tujuannya sama.

Tujuan menjadi bahagia adalah rasa puas. Rasa puas bukan oleh sesuatu yang bisa dipenuhi oleh benda. Tapi rasa puas ketika batin kita merasa senang dan bermanfaat bagi orang lain tanpa kita merubah diri kita sebagai orang lain.

Rasa bahagia tidak diukur dari seberapa kayanya kita atau seberapa cantiknya kita. Karena untuk apa semua itu jika kita meresa kesepian dan tidak merasa ada untuk orang lain. K

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top