Episode 27
DAKU KAMBEK, MAU BIKIN SUASANA BAHAGIA NYEREMPET EMOSI.
#STAYATHOME #METPUASSEMUA
ENJOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOY YEOROBBBUUUUUUUUUUUUNNNNNNNNNNN!!!!!!!!!
[ ... ]
Setelah kejadian di area parkir resto D'beach Zafir lebih banyak terdiam sampai tidak menyadari jika Karlina selalu merasa khawatir dengan keadaan suaminya. Menggigit kuku tangan, Zafir termenung di balik club chair yang menghadap ke jendela luar ruang kerja nya.
Menyentuh bibir menggunakan telunjuk, kedua matanya reflek terpejam mengingat potongan-potong ingatan yang sedikit mengganggunya. Ada sesuatu yang salah, tapi apa? Pikirnya. Menghela napas, kedua matanya perlahan terbuka saat mendengar derit pintu yang terbuka.
Memutar club chair, Zafir melihat Karlina tersenyum hangat kearahnya dengan secangkir kopi di dalam cangkir putih. Tersenyum tipis, tangannya terbuka selebar dada dengan kedua alis yang terangkat.
“Hai sayang,” ucap Zafir.
Karlina melihat Zafir dengan tatapan sedih, jujur saja ada perasaan curiga yang hinggap di dalam dadanya, tetapi segera ia tepis karena tidak ingin perasaan curiganya merusak kepercayaan nya pada Suaminya, Zafir.
“Hey, apa ada yang mengganggu pikiranmu sayang?” tanya Zafir yang sudah berada di sebelah Lina.
Mendongakkan kepala, Karlina menatap kedua mata Zafir dengan tatapan hangat, senyum penuh kasih sayang ia perlihatkan pada Suaminya, berusaha meyakinkan pada diri sendiri jika Zafir yang seperti saat ini hanya tengah memikirkan pekerjaan yang sangat terganggu di tengah pandemic.
Menyentuh lengan Zafir lembut, Karlina menggeleng pelan. “Nggak mas,” sebelum menyerahkan kopi yang ada di pegangan, Zafir sudah terlebih dahulu mengambil alih cangkir kopi lalu menyimpan cangkir itu di atas meja. “Kenapa Mas?”
“Nggak apa, Mas cuma mau lihat wajah Istri Mas lebih jelas aja.”
Pupil matanya melebar, Karlina mengalihkan pandangan kearah lain guna menyembunyikan rona yang terlihat kontras di wajahnya. Menyentuh dagu Karlina menggunakan ibu jari, dan keempat jari dibawah dagu, Zafir mengarahkan wajah Istrinya itu agar menatapnya.
“Kenapa menatap kearah lain, hm?” tanya Zafir dengan senyum jenaka. “A.., wajahmu memerah sayang.”
Mendengar hal itu, wajah Karlina semakin memerah. Berdeham pelan, Karlina menatap kedua mata Zafir serius, dia merasa bingung, perubahan sifat Zafir yang sangat kontras. Tanpa Karlina safari wajahnya dan wajah Zafir hanya berjarak beberapa centi.
Dengan sedikit membungkukan tubuh, Zafir menyatukan keningnya pada Karlina, sampai membuat kelopak mata Karlina menyentak bersamaan, melihat reaksi lucu Istrinya Zafir semakin mendekat kan wajahnya membuat Karlina memejamkan kedua matanya erat. Senyum di sudut Zafir semakin mengembang, rasanya benar-benar gemas pada Istrinya itu.
Menggesekan hidung, Zafir memiringkan kepala lalu mencium pipi Karlina, membuat Karlina sontak menahan napas dengan apa yang di lakukan oleh Suaminya.
“Sudah, energi Mas sudah terisi setengah.” membuka kedua mata. Karlina menatap Zafir dengan bibir yang di manyunkan. “Kenapa hanya setengah Mas?” tanya Karlina. Kedua tangan Zafir yang terbuka lebar. “Kemari,” ucap Zafir.
Sudut bibirnya berkedut, Karlina merangsek masuk kedalam pukan Zafir. Kedua nya saling berpelukan dengan tubuh yang bergerak ke kanan dan kekiri seperti sepasang penguin yang berjalan.
Hatinya menghangat, begitu juga dengan Zafir. “Aku sayang sama Mas,” ucap Karlina dan di jawab dengan gumaman pelan dari Zafir.
[ ... ]
Shiren menatap pantulan dirinya di cermin. Ia percaya pada dirinya sendiri jika Zafir mencintainya, buktinya kemarin di parkiran Zafir hanyut dalam ciuman mereka. Terpekik tertahan, Shiren menutup wajah menggunakan telapak tangan.
“Aku tahu Mas, kamu cinta sama aku, pasti ada sesuatu yang ngebuat kamu nikah sama cewek jelek itu!” kata Shiren.
Bertepuk tangan riuh, Shiren mengambil ponsel nya lalu mengirimkan pesan untuk Zafir. Di dalam hati ia berharap jika ia dan Zafir bisa melakukan hal itu lagi di rumahnya ini.
Mengetuk dagu, Shiren meletakkan ponsel nya kembali diatas meja. “Zafir pasti balas pesan yang aku kirim, jadi.. selama menunggu, aku harus bersiap-siap!”
[ ... ]
Zafir menjauh kan wajahnya dari Karlina saat mendengar notifikasi dari ponselnya. Menatap tak percaya apa yang terjadi, Zafir menarik Istrinya kedalam pelukan kembali. Entah siapa yang memulai hal itu, tetapi Zafir merasakan hangat saat bibirnya mendarat diatas bibir Karlina.
Zafir menatap Karlina yang kini sudah berada diatas meja kerjanya. Istrinya itu tampan sedikit berantakan dengan bibir yang sedikit membengkak dan semakin memerah.
Ah.., kenapa rasanya berbeda? Walaupun Karlina tidak sehebat Shiren, tapi kenapa bisa ngebuat hati gue berdebar? Pikirnya. Berdeham pelan, Zafir melepas pelukannya
Karlina membenarkan pakaian yang sedikit berantakan, menelan saliva berat, Karlina berusaha turun dari meja, namun kedua tangan Zafir sudah terlebih dahulu menaha pergerakan nya dan kembali mencium bibirnya, membuat ia melotot di tempatnya. Melihat Zafir memejamkan kedua matanya, Karlina tersenyum disela-sela ciumannya lalu ikut hanyut kedalam ciuman dengan mengalungkan kedua tangan ke leher Zafir bersamaan kedua mata yang terpejam.
Tanpa Zafir sadari setitik perasaan mulai tumbuh di dalam hatinya. Bersamaan dengan ciuman yang semakin dalam dan intens.
[ ... ]
Shiren melirik ponsel nya yang tidak menapilkan notifikasi dari Zafir. Walaupun ponsel nya tidak pernah sepi dari pesan laki-laki yang ia kenal dari kantor dan tempat yang pernah ia kunjungi, tetap saja Shiren hanya menunggu pesan dari Zafir, pangeran berkuda putihnya yang menyalamatkan dirinya dari kesendirian di dalam kastil yang terasa dingin.
“Mas Zafir lagi sibuk kerja kali ya?” human Shiren.
Melirik tablet yang tergeletak diatas tempat tidur, Shiren mengambil tablet itu lalu memeriksa jadwal Zafir untuk hari ini. Menggulir jadwal untuk hari ini, dan Shiren tidak melihat jadwal yang tertera di dalam tabletnya.
“Mas Zafir kemana sih?” meletakkan tablet disebelahnya, kedua alisnya menyentak keatas dengan kedua tangan yang memukul tempat tidur bersamaan. “Nggak! Nggak mungkin Mas Zafir sama cewek jelek itu! Aarghh!!” teriak Shiren dengan menjambak rambutnya sendiri.
[ ... ]
Ari menatap layar ponsel nya dengan seringai penuh kemenangan. Tidak sia-sia, Ari bekerja sama dengan Gio untuk hal ini. Mengunci ponsel nya, Ari menyambungkan ponsel pada casan yang berada di ujung kamar, kemudian kembali tidur diatas tempat tidur.
“Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit,” terdiam sebentar. “Ada yang salah, apa ucapan gue barisan salah?” mengangkat bahu tidak peduli, Ari memiringkan tubuhnya lalu menarik guling untuk di peluk.
“Gue berharap belum terlambat sih, semoga masih ada harapan.” Kata Ari lalu memejamkan kedua matanya. “Seharian mikir kepala belakang gue malah sakit begini, obat gua dimana ya?” lanjut nya masih dalam posisi yang sama. “Bodoamat lah, gue tidur aja, nanti juga ilang sakitnya.”
“Gue belum mau jadi Om apalagi punya ponakan dari orang medit bin pelit kayak si Zafir, nggak akan! Gluduk kalau itu beneran terjadi.” setelah mengatakan itu, Ari terlelap dalam nyamannya tempat tidur.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top