Episode 26
EAAAA DAKU KAMBEK EPIK KAMBEK IHUY SEDAP.
ENJOY GENGS, SELAMAT MENYELAM TANPA PERLU PERGI KE LAUT.
#STAYATHOME #HAMPIRBOSANAMUNBERTAHAN
[ ... ]
"Taulah! Gue ada niatan buat nyantet tuh orang! Gedek abis gue. Izin sakit harus bayar 300 ribu! Kasian Kak Gio. Nggak ngotak kali tuh ya." Sungut Manda emosi.
"Nama siapa? Gue bantuin cariin dukun deh."
"Namanya Zafir." Mendengar nama Zafir disebut membuat Ari mengernyitkan dahinya. Kecurigaan mulai menghampiri.
"Zafir? Kak Gio kerja dimana?" tanya Ari penuh keseriusan.
"Ihsan group kalo gak salah,"
"Ihsan grup?"
"Iya."
"Gue kenal ama tu orang," kebencian begitu terasa di nada bicara Ari.
"Anak SMP model lu bisa kenal sama CEO kelas atas kayak gitu?"
"Dia suaminya kak Lina."
"Serius lu? Yang kemaren nikah?"
"Yup."
"Jadi direktur medit itu kakak ipar lu?"
"Anda benar, Sodara."
"Kak Lina mau aja kawin sama orang pelit,"
"Udah cinta, susah. Kata orang kalo udah cinta tai ayam aja bisa rasa coklat."
"Kalo gitu gak jadi bantuin gue cari dukun dong, secara dia kakak ipar lu,"
"Malah gue yang butuh bantuan lu,"
"Bantuan apaan?"
"Bantuin gue cari bukti biar kak Lina terbuka matanya kalo suaminya itu gak sebaik yang dia pikir."
"Siyap,"
____
Shiren menghentakkan kakinya di lantai berkali-kali.
"Sebel, sebeel!" Suaranya menggema di kamar kostan.
"Kenapa sih Mas Zafir lebih milih perawat home care itu dari pada aku? Body bagusan aku, wajah juga cantikkan aku," monolog Shiren di hadapan cermin.
"Apa dia pake dukun? Selama ini mas Zafir selalu baik sama aku tapi beda pas di depan si Lina."
"Aku harus ketemu mas Zafir tanpa diganggu siapapun, aku pengen tau perasaan dia ke istrinya itu."
Shiren berfikir sejenak lalu mendapat ide yang menurutnya sangat cemerlang. Shiren mengambil gawainya, ia segera menghubungi Zafir.
Tiga kali ia berusaha menghubungi nomer ponsel Zafir namun tidak ada jawaban. Terpaksa ia mengirim pesan whats app.
[Mas Zafir, aku punya voucher makan gratis loh buat dua orang. Mas mau gak nemenin aku makan?]
Shiren menaruh gawainya di atas kasur sesekai melihatnya, berharap Zafir segera menjawab pesannya.
"Sampe jam makan siang kalo pesen gue belum dijawab, gue samperin ke rumahnya," Shiren kesal sendiri.
30 menit kemudian, gawai Shiren berbunyi sebuah notifikasi pesan masuk.
[Ok, kita ketemu dimana?]
"Yes, mas Zafir setuju!" Shiren jingkrak-jingkrak sendiri. Segera ia jawab pesan Zafir.
[Resto, D'Beach jam 12]
Shiren segera mandi dan menyiapkan diri.
____
Zafir menaruh gawainya setelah menjawab pesan Shiren.
Lumayan makan siang gratis, bosen juga di rumah terus.
"Mas, mau makan siang apa? Biar aku masakin." tanya Lina yang sejak tadi duduk di dekat Zafir. Mommy sedang beristirahat di kamar setelah menjalani satu sesi terapi bersama Lina sehingga Lina bisa sedikit bersantai bersama Zafir.
"Aku mau makan siang di luar,"
"Kok di luar? Kan ada himbauan untuk tetap di rumah dari pemerintah."
"Ini ada klien penting. Walau work from home jangan sampai kehilangan klien 'kan," kilah Zafir.
Lina hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Zafir. Belakangan Zafir memang bekerja cukup keras agar perusahaannya tetap bertahan di masa pandemi ini.
"Tolong siapin buat mommy aja, itu udah berarti banget buat aku."
"Iya, Mas. Mommy kan tanggung jawab aku juga."
"Istri aku emang pengertian,"
Cup! Zafir mencium pipi Lina.
Bibir Zafir yang menyentuh pipi Lina menghantarkan sengatan listrik bagi keduanya. Akhir-akhir ini Zafir senang sekali memberi kecupan-kecupan ringan pada Lina. Dan Lina selalu menerimanya dengan tersipu.
"Mas, aku ke dapur dulu ya?"
"Iya,"
Lina pergi ke dapur untuk memasak makan siang. Walau ada Wasti, Lina tetap berkutat di dapur baginya menyiapkan makanan untuk suami dan ibu mertuanya adalah hal yang menyenangkan.
Pukul 11.30 Zafir berpamitan pada Lina dan pergi mengemudikan mobilnya untuk menemui Shiren.
Sampai di sebuah restoran kelas menengah Zafir turun dari mobilnya dan disambut oleh Shiren. Shiren memakai rok mini yang memiliki belahan di samping kiri dan blouse yang pas dengan ukuran tubuhnya, dua kancing teratasnya dibuka. Lekuk tubuh Shiren terlihat jelas.
"Mas Zafir, dateng juga akhirnya. Shiren seneng deh." ucap Shiren sambil menampilkan senyum menggoda.
Zafir melihat tampilan Shiren yang berbeda. Di kantor, Shiren tidak pernah memakai rok sependek itu. Kaki jenjang dan belahan dada Shiren membuat Zafir menelan ludahnya.
Sexy, naluri laki-laki Zafir bicara.
"Mas ngeliatin aku mulu, suka ya?" Shiren mengatakan kalimatnya dengan nada manja.
"Kamu keliatan berbeda,"
"Beda gimana? Tiap hari juga kayak gini,"
"Di kantor kamu gak seperti ini kali ini kamu keliatan sexy,"
Yes, mas Zafir kepancing. Dia boleh jutek sama aku pas di rumahnya tapi di sini dengan penampilan aku kayak gini dia pasti bisa aku taklukan.
"Mas suka gak?"
"Mm ... suka." Zafir berkata sejujurnya, reaksi tubuhnya tak bisa memungkiri pesona keseksian Shiren.
"Aku pake baju gini khusus buat Mas,"
"Really?"
"Iya, kapan lagi bisa makan bareng Mas Zafir yang ganteng,"
"Yaudah kalo gitu ayo kita makan, aku udah lapar."
Shiren menggamit tangan Zafir, membawanya masuk ke dalam restoran. Zafir tidak menolak sama sekali.
Cekrek! Cekrek!
Di dalam restoran keduanya disambut pelayan yang menjelaskan bahwa sejak ada himbauan pemerintah untuk physical distancing, pelanggan tidak boleh makan di tempat hanya boleh delivery atau take away.
Mereka memesan beberapa menu dan membawanya ke mobil.
"Maaf ya, Mas, makannya jadi di mobil."
"Bukan salah kamu kok, situasi emang lagi kayak gini." Zafir melirik sekilas paha Shiren yang terlihat jelas. Posisi duduk membuat rok Shiren sedikit terangkat.
Mereka berdua asik makan sambil berbincang dan sesekali tertawa.
"Thanks ya Shiren traktirannya, makanannya enak dan aku juga jadi gak terlalu bosan di rumah terus."
"Apa sih yang enggak buat Mas Zafir."
"Bisa aja kamu,"
"Ada sisa saus tuh di sudut bibir," ujar Shiren sambil mengusapkan jempolnya pada sudut bibir Zafir.
Mata keduanya saling memandang, Shiren memberanikan diri mengecup bibir Zafir.
"Kok kamu cium saya?"
"Shiren cinta sama mas Zafir, miliki Shiren Mas. Shiren gak keberatan kok walau Mas udah nikah. Debaran ini nyata buat Mas Zafir." Shiren mengambil tangan Zafir dan meletakkan di dadanya.
Seketika itu juga darah Zafir berdesir, lelaki mana pun jika di posisi Zafir pasti tergoda. Seorang gadis cantik dan seksi menyerahkan diri padanya. Naluri kelelakian Zafir bangkit.
Shiren kembali melakukan aksinya, kali ini Zafir tidak menolak atau bertanya bahkan Zafir membalas ciuman Shiren.
Cekrek! Cekrek!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top