Episode 23
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Dimana pun kita berada.
#STAYATHOME
#DiRumahAjaBarengKHM!
-----
Zafir duduk di kursi kerjanya, mulai hari ini perusahaan ia liburkan sesuai himbauan pemerintah. Virus Corona sudah menyebar kemana-mana, kalau satu saja pegawainya terjangkit virus lalu menyebar ke pegawai yang lain maka akan menimbulkan kerugian besar. Belum lagi para pegawai akan menyalahkannya jika mereka tetap masuk dan ada yang tertular. Libur selama dua minggu memang mengurangi pemasukan perusahaan namun akan lebih aman untuk jangka yang lebih panjang.
Work from home itu yang Zafir lakukan sekarang di ruang kerjanya. Berkas-berkas bertumpuk di meja kerjanya. Layar laptopnya pun menyala, ia sedang melakukan koordinasi dengan para pegawai dengan aplikasi zoom. Rapat jarak jauh.
Zafir menghela nafas, aplikasi zoom telah ia matikan. Rapat baru saja selesai.
Tok! Tok!
"Masuk,"
Lina datang membawa sebuah nampan yang berisi secangkir kopi dan sepiring pisang goreng hangat.
"Istirahat dulu, Mas."
"Iya, ini juga baru selesai rapat."
Lina menaruh kopi dan pisang goreng di bagian meja yang masih kosong. Zafir memperhatikan gerak-gerik Lina.
"Cape ya, Mas?"
"Lumayan, kinerja perusahaan jadi melambat."
"Namanya juga lagi wabah, Mas. Semua kena dampaknya."
Zafir menatap Lina, senyum tulus Lina entah kenapa membuat rasa lelah Zafir sedikit berkurang.
"Mommy gimana?"
"Tidur, Mas."
"Makasih ya kopinya, padahal aku gak minta."
"Sama-sama, Mas. Lina liat mas dari tadi kerja terus, ya walaupun di rumah pasti cape juga kan."
"Kamu pengertian banget, makasih ya, Sayang."
Tiap kali Zafir mengucap kata sayang pada Lina hati Lina selalu bergetar. Kata-kata itu seperti mantra.
Zafir menyesap kopinya. Nikmat banget, beda sama buatan Wasti.
"Saya mau mengecek mommy dulu, permisi, Mas."
"Mas juga mau kerja lagi."
"Semangat, Mas!" Lina mengepalkan tangannya yang membuat Zafir tersenyum tanpa sadar.
Zafir kembali menekuni laptopnya, beberapa berita online dibacanya.
Wabah makin meluas, gimana kalo mommy kena? Zafir berpikir keras. Ia tidak rela jika mommy terkena virus Sars-CoV-2 atau yang dikenal sebagai Corona, apalagi usia mommy yang sudah kepala 5, sangat berbahaya. Zafir sudah kehilangan ayahnya dan ia belum siap jika harus berpisah dari ibunya.
Zafir menimbang-nimbang, keselamatan mommy adalah yang utama baginya. Ia mengambil keputusan.
***
Keluarga Lina telah berkumpul di rumah Zafir termasuk Ari yang terus bermuka masam.
Ari tak bisa berbuat apapun saat Lina dan Zafir memutuskan menggelar acara akad nikah di kediaman Zafir secepat mungkin. Keduanya berkeras sementara Ari belum memiliki cukup bukti yang kuat.
Sempat terjadi perdebatan diantara Ari dan Lina namun kekerasan hati Lina membuat Ari mengalah.
Zafir menggunakan wabah sebagai alasan untuk mempercepat pernikahan. Rumah Zafir menjadi pilihan karena masjid ditutup dan dilarang untuk mengadakan keramaian.
"Sah!" Seru pak Naryo dan ketua RT yang menjadi saksi pernikahan Zafir dan Lina.
Ayah Lina duduk terdiam di samping Ari dengan tatapan yang tak dapat dipahami siapapun. Sementara Ari tak tersenyum sedikitpun.
Mommy duduk di samping Wasti yang tak henti-hentinya memgumpat tanpa suara. Kebenciannya pada Lina semakin menjadi.
Sang mempelai pria, Zafir tampak tersenyum di depan penghulu. Baju koko putih berbalut jas berwarna coklat tua yang dikenakannya membuatnya terlihat makin tampan.
Lina keluar dari kamar bersama Rani yang menggamit tangannya. Ia memakai gaun putih yang dibeli Zafir sehari sebelum pernikahan mereka. Make up tipis menghiasi wajah manis Lina, Rani yang membantu Lina berdandan. Tidak mudah mendapatkan make up artis di saat wabah seperti ini dan dalam waktu yang singkat, itulah alasan Zafir saat mereka melakukan persiapan pernikahan.
Lina melangkah perlahan disambut Zafir yang berdiri. Zafir merasa seakan dunia berhenti, ia terpukau melihat Lina. Ia tidak mengerti perasaannya padahal tiap hari ia berjumpa Lina, namun setelah mengucap akad tadi dan melihat Lina melangkah ke arahnya, ia seperti tidak punya fokus lain pandangannya hanya pada Lina.
"Mas," suara Lina mengalun merdu di telinga Zafir. Menyadarkannya dari otaknya yang sempat blank melihat Lina.
Zafir mengambil cincin pernikahan warisan neneknya dari dalam kotak beludru berwarna hitam. Zafir memilih untuk memberikan cincin bermata berlian itu pada Lina daripada harus memberi cincin yang baru yang pasti harganya selangit. Lina justru sangat senang menerima cincin tua itu, menandakan dirinya diterima di keluarga Zafir.
Tangan Lina memegang tangan Zafir hendak mencium punggung tangannya. Zafir melemaskan tangannya membiarkan Lina melakukan salim pertamanya sebagai seorang istri. Setelah itu Zafir mencium kening Lina, ia kembali merasa blank saat bibirnya memyentuh kening Lina.
"Ehem!" deheman Ari mengembalikan kesadaran Zafir.
Setelah prosesi akad nikah selesai, mereka meminta restu dari mommy dan ayah Lina. Baru kemudian mendapat ucapan selamat dari mereka yang hadir saat itu, yang jumlahnya hanya 10 orang.
Zafir kemudian mempersilakan mereka untuk makan. Wasti telah menyiapkan makanan ala kadarnya yaitu menu makan siang untuk 10 orang. Ini keuntungan terbesar menikahi Lina di saat wabah menyerang, Zafir tidak perlu memesan katering cukup Wasti saja yang memasak. Tidak ada siapapun yang mesti diundang cukup keluarga Lina, mommy, pak RT, penghulu, Wasti dan Pak Naryo saja yang dijamu.
Semua tamu menikmati hidangan kecuali Ari. Ia masih saja kesal tak rela kakaknya menikah dengan Zafir. Ari mengambil sebuah jeruk dan membawanya ke halaman belakang jauh dari keramaian.
"Sekarang dia jadi nyonya, gak rela aku. Pake pelet itu pasti," gerutu Wasti di halaman belakang.
"Shiren lebih pantes jadi nyonya dari pada si jelek Lina. Udah jelek, miskin, bapaknya juga sakit. Mesti cuma mau hartanya Zafir aja itu," Kaki Wasti menendang kerikil yang ada di hadapannya.
Ari yang mendengar gerutuan Wasti menjadi emosi, "Heh, yang ngotot mau kawin sama kakak gue tuh majikan lo, si Zafir medit!"
"Jangan sembarangan ngatain kamu, bocah cilik!"
"Denger ya, keluarga gue emang miskin tapi punya harga diri. Kakak gue gak minta sepeser pun harta majikan loe!"
"Maling mana ada yang ngaku,"
Emosi Ari naik, ia jejali mulut Wasti dengan jeruk di tangannya hingga mulut Wasti tersumpal sempurna.
"Hmpt ..."
"Kalo bukan nenek-nenek udah gue hajar loe!"
-----
Aowkwkwkwk di part ini suka banget sama sikapnya Ari yang tubir sama Wasti 😂 bahagia nya bener bener dobel tapi semakin penasaran gimana melanjutkan kisah hidup Zafir sama Lina :(
Buat yang penasaran, disini aja! Jangan pindah ke cerita lain, apalagi ke hati yang lain karena sikapku:( *hih, keju!
Episode 23 di ketik oleh Kak BahiyaPadmi enjoy semuanya! 💚
Jaga kesehatan, sering sering berjemur di bawah sinar matahari, jangan dibawah lampu terus tiduran di atas kasur ya, itu namanya tidur:( sering sering cuci tangan dan makan makanan yang bergizi, olahraganya di dalam rumah dulu ya, kayak push up sit-up ya, lari di tempat juga termasuk olahraga, asal jangan lari kehati yang lain aja:( apalagi lari dari kenyataan:( jangan! pokoknya jangan! TETAP SEHAT SEMUANYA! di mohonkan jangan keluar rumah terlebih dahulu kalau nggak terlalu urgent! jangan nongki nongki santuy dulu ya, sampai Pemerintah keluarin kabar bahagia kalau virusnya udah hilang dari muka bumi! pokoknya kalian ikutin apa yang udah di perintahkan oleh pemerintah kita ya.
kalian nggak ngumpul sekarang ini, temen temen yang sering nongki nongki santuy sambil jajan sama kalian nggak bakalan berubah jadi demit, serius. sayangi dirimu, keluargamu, dan teman-temanmu, biar nanti pas nongki bareng bisa ketawa bareng! nggak ketawa sendirian! kalau kangen bisa ketemu, tampol-tampolan, ledek-ledekkan, nggak cuma bisa liat foto sambil nangis! ingat itu! hidup kalian semua berharga, jangan nekat, jangan nyepelein, ini virus yang serius, bukan bercandaan.
sayang kalian semua!
#DiRumahAja!
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top