Episode 18

Karlina benar-benar dibuat tidak bisa tidur dengan tenang malam itu, rasanya waktu seakan berjalan lambat bahkan nyaris tak bergerak, seolah dua jarum jam tidak memiliki fungsi yang baik malam ini.

Ucapan Zafir tadi membuat hatinya berdetak 'tak karuan. Namun, ucapan adiknya terus mengiang di kepalanya.

Malam ini rasanya Karlina memberikan keputusan yang menurut nya benar dalam hati, namun fikirannya bertolak belakang. Maka dari iitu, Karlina memilih untuk memberikan jawabannya paling lama besok

Dia mengingat jelas ucapan adiknya Ari, bahkan mereka berdua sempat berselisih paham karena hal ini.

"Aku takut bos kakak cuma mainin kakak" kedua mata Karlina terpejam erat saat mengingat ekspresi Ari. 

"Aku nggak setuju, Kak. Nggak tau kenapa. Aneh aja. Kenapa orang kaya yang punya banyak uang mau sama kakak?" kedua matanya kembali terbuka dengan bibir yang bergetar, bahkan tanpa sadar kedua matanya mulai berkaca-kaca. "Benar, tetapi aku melihat jelas kesungguhan di mata Mas Zafir, aku yakin, Mas Zafir nggak punya niat buruk ke aku," ujar Karlina.

"Aku nggak setuju Kak. Orang kaya suka banyak tingkah. Aku takut kakak cuma di jadiin mainan. Kalo udah bosen, buang. aku takut kakak tersakiti nanti nya."

Karlina mengubah posisinya menjadi duduk diatas tempat tidur. Memeluk kedua kakinya erat, dia melirik bunga dan coklat pemberian Zafir.

"Kalau aku bilang aku menerima Mas Zafir ke Ari, bagaimana respon adikku? Apa dia akan membenciku?" tanya Karlina berbisik.

Tring.

Karlina mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja dengan kabel charger yang terpasang.

Dari : Rani
Kak, jangan terlalu di pikirkan ucapan Ari kemarin ya, wajar Ari bilang seperti itu karena berharap kakak mendapatkan pendamping yang terbaik.

Dari : Rani
Kalo nanti Bos kakak melamar, ikutin kata hati aja Kak, kakak berhak bahagia. Jangan lupa Sholat Tahajud ya kak semoga di berikan jawaban terbaik juga sama Allah, 💙

Karlina tersenyum, bersamaan dengan lelehan air mata yang turun. Hatinya sedikit lega setelah menerima pesan dari Rina.

Mengetik pesan jawaban, Karlina menyimpan kembali ponsel di atas meja, lalu bergegas mengambil air wudhu di kamar mandi.

Untuk : Rani
Iya Rin, kakak paham.. Makasih ya kamu udah buat kakak sedikit lega, iya. 💙

***

Pagi ini Karlina melakukan tetapi pada kaki Misha. Dengan berbekal ilmu yang pernah di pelajarinya, Karlina menggerakan perlahan lahan kaki kanan Misha.

Saat melihat raut wajah sakit Misha, Karlina akan berhenti sebentar, lalu melanjutkan lagi. Dia memutar audio yang memutarkan suara salah satu Ustad yang membaca kan ayat suci Al-Qur'an.

Misha awalnya terkejut saat Karlina meminta izin padanya untuk menyetel audio. Awalnya Misha sempat ingin menolak, namun saat Karlina menyebutkan salah satu nama Surah, Misha mengangguk dan melakukan terapi dengan hati yang lebih tenang di banding kemarin.

Misha diam-diam melihat kesungguhan di mata Karlina, untuk membuat nya sembuh. Tetapi saat mengingat ucapan Wasti, rasa tidak suka itu kembali hadir dan membuat Misha memalingkan wajah.

Karlina terus melakukan terapi di kaki kiri, perlahan namun pasti, Karlina berniat membuat Misha sembuh dan bisa berkumpul dengan Zafir, Pak Naryo, dan Wasti.

Karlina sering di ceritakan oleh Pak Naryo jika Misha senang bercengkrama bersama Pak Naryo dan Wasti, terlebih saat Pak Naryo menceritakan tentang Misha yang selalu menunggu Zafir pulang, ada suatu dorongan di dalam hatinya untuk membantu Misha segera pulih.

Pintu kamar terbuka dan menampilkan Zafir yang terlihat segar dengan Wasti yang ada di belakang pria itu.

"Good Morning mommy, Good Morning Lina." ujar Zafir semangat, lalu duduk di salah satu Floding chair berwarna coklat dan putih.

Misha penasaran, apa yang membuat wajah anaknya itu terlihat sangat segar dan aura bahagia yang tidak bisa di tutupi, aura bahagia anaknya sangat menyebar, memenuhi satu ruangan kamar Misha.

Zafir menyentuh tangan Misha lembut, lalu mencium punggung tangannya berkali-kali sebelum menempelkannya pada pipi tirus Zafir.

"Mom, aku bahagia.. Benar-benar bahagia," ujar Zafir.

"...Ke..Na..pa?"

Raut wajah Zafir semakin bahagia saat mendengar ucapan Misha. Wasti juga bahagia mendengar nyonya nya itu lambat laun semakin sehat.

Meletakkan makan pagi Misha di atas meja dekat Zafir, Wasti pamit undur diri setelahnya.

Memastikan Wasti sudah pergi, Zafir membisikkan sesuatu di telinga Misha.

"Zafir sudah menemukan calon pendamping hidup mom, maka dari itu, Mommy harus cepat sembuh ya!" ujar Zafir bersemangat.

Misha yang mendengar itupun menangis bahagia saat mendengar Zafir mulai serius dalam suatu hubungan.

Karlina mematikan audio yang sebelumnya menyala, selain sudah selesai, Karlina juga tidak enak karena terlihat Zafir ingin berbicara serius dengan Misha.

Zafir menoleh kearah Karlina yang menundukkan kepala, tersenyum bahagia, Zafir mengulurkan tangannya pada Karlina, membuat Misha mendadak bingung.

Sebentar, apa maksudnya? tanya Misha dalam hati.

Menerima uluran tangan Zafir, Karlina tersenyum lembut kearah Misha yang semakin bingung.

"Mom, nama calon pendamping hidup Zafir itu Karlina, semalam aku melamar Karlina,"

Misha yang mendengar nya, reflek menarik tangan yang sebelumnya di genggam oleh Zafir. Mungkin jika dia masih sehat, hal pertama yang akan Misha lakukan adalah menampar anaknya itu.

Zafir terdiam melihat respon mommy nya itu. Raut wajahnya berubah, mendadak gelap. Apa itu? Apa mommy nggak setuju? Tetapi kenapa, padahal Karlina sudah merawat Mommy dengan baik selama ini. ada perasaan tidak menerima dari dalam diri Zafir atas apa yang di lakukan oleh Misha barusan.

Karlina yang menyadari sesuatu segera melepas tangan yang sebelumnya di genggam oleh Zafir, namun reflek pria itu lebih cepat dari dugaannya.

Tangannya di genggam erat, seperti, jika di lepas maka Zafir akan kehilangan dirinya.

Menengok kearah Zafir, "Mas.." panggil Karlina pelan.

"Mommy, Zafir mohon, restui kami berdua," ujar Zafir dengan terselip nada memohon.

Misha menoleh kearah anaknya itu dengan tatapan tidak percaya, Apa barusan anakku meminta sampai memohon padaku? Seperti Zafir dulu sewaktu kecil? tanya Misha tidak percaya.

"Mom.. Zafir nggak pernah meminta sesuatu sampai seperti ini jika nggak punya alasan, dan alasan Zafir itu karena," Karena kita butuh Karlina, kita sangat membutuhkan Karlina di dalam hidup kita Mom.. lanjut Zafir dalam hati.

Menoleh kearah Karlina, Zafir menatap wanita itu penuh cinta. "Karena Zafir jatuh cinta dengan semua yang ada di Karlina, Mom. Maka dari itu, Zafir mohon, restui kami berdua."

Misha menatap kedua mata Zafir yang terlihat sangat bersungguh-sungguh saat mengatakan jika anaknya itu mencintai Karlina.

"Mom.. please, ya? restui kami, karena Zafir nggak mau menjadi anak durhaka jika menikahi Karlina tanpa restu mommy," ujar Zafir dengan suara yang bergetar.

Melepaskan genggaman tangannya pada Karlina. Zafir menundukkan kepala, "Jika mommy nggak memberikan restu pada kami berdua, jangan pernah mengharapkan Zafir menikah dengan orang lain." lanjut Zafir bersamaan dengan pria itu bangun dari  floding chair kemudian keluar dari kamar Misha, menyisakkan keheningan diantara Karlina dan Misha.

"Mommy, mommy makan dulu ya, terapi hari ini sudah selesai," ujar Karlina dengan membantu Misha untuk duduk dan bersandar pada sandaran tempat tidur.

Misha tidak menjawab, mendengar ucapan Zafir tadi, membuat hatinya sakit. Kenapa semua menjadi rumit seperti ini? Apa jika aku merestui anakku, dia akan bahagia dengan Karlina? Tetapi, jika aku tidak merestui, aku tidak mau, anakku hidup sendiri sampai dia mati. Misha mengalihkan pandangan kearah jendela kamar dengan pandangan sendu.

"Mommy..." Karlina menyentuh punggung tangan Misha dengan lembut, lalu mengusap nya pelan. "Mommy, jangan berpikir yang macam-macam dulu, mommy harus sembuh."

Misha menoleh kan kepala dengan tatapan datar, dia bisa melihat jelas jika kedua mata Karlina berkaca-kaca sebelum wanita itu mengedipkan mata dengan cepat.

Tersenyum hangat, Karlina mengambil piring yang sudah berisi makanan. "Kita makan dulu ya  Mom!"

Ya Allah, sebenarnya apa yang kurang pada anak ini? Kenapa aku tidak menyukainya sampai seperti ini? Apa Zafir benar-benar bisa bahagia dengan Karlina? Misha menerima suapan dari Karlina dengan kepala yang berisi seluruh pemikiran tentang keputusan yang akan di ambil nanti.

****

Zafir duduk di balik meja kerja yang ada di ruangan nya. Saat ini dia sudah berada di kantor, setelah mengatakan hal itu pada Mommy, Zafir memilih untuk langsung berangkat kerja dan hanya meminum kopi pahit yang sudah di siapkan oleh Wasti di meja makan.

Mengusap wajahnya kasar, Zafir merasa kelaparan karena melewatkan sarapan paginya, hanya karena Misha tidak memberikan jawaban yang sesuai dengan keinginannya.

"Haaah! Seharusnya mommy tinggal mengangguk kan kepala saat aku bilang Karlina yang akan menjadi istriku!" geram Zafir dengan mengacak acak rambut nya. "Aku nggak mungkin nggak menikah selama aku hidup! Kenapa juga aku berbicara seperti itu!"

Padahal tadi Zafir sudah bersikap sebaik mungkin, karena setelah Sholat Subuh tadi, Karlina memberikan jawaban setelah dia kembali menanyakan jawaban Karlina.

Setelah Sholat Subuh,

"Karlina, jadi bagaimana jawabannya?" tanya Zafir penuh harap.

Karlina berhenti berjalan lalu menatap Zafir lekat. "Iya Mas, ak-aku mau!"

Zafir terdiam, dalam hati tertawa puas saat mendengar jawaban Karlina.

Woah, nggak sia-sia selama ini pengorbanaku, aku tahu, tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Zafir, bahkan Karlina sekalipun.

Karlina melambaikan telapak tangan tepat di depan wajahnya saat dia terlalu berlarut dalam pikiran nya.

"Mas!" panggil Karlina, membuat Zafir tersentak kaget.

"Eh iya, kenapa?"

"Mas bengong, Mas nggak senang ya?" tanya Karlina dengan cahaya matanya yang meredup.

"Eh! Siapa bilang! Mas terlalu senang sampai merasa nggak percaya, kamu beneran mau?" tanya Zafir sekali lagi untuk mematikan.

"Iya Mas, Karlina mau."

Tersenyum bahagia, reflek membuat Zafir memeluk Karlina, membuat kedua pipi Karlina bersemu merah.

"Ya Allah, aku senang mendengar jawabnmu, terima kasih karena sudah mau menerimaku!" ujar Zafir sekali lagi dengan telapak tangan yang mengusap mukenah yang di gunakan oleh Karlina.

"Um, Mas, lepasin."

Kedua mata Zafir terbuka lebar, lalu melepas pelukan pada Karlina. "Maaf, Mas reflek saking bahagia nya."

Zafir tersadar dari lamunan, saat mendengar suara pintu yang diketuk dari luar.

"Hah! Aku berharap itu kabar baik!" ujar Zafir.

"Masuk!"

****

Misha duduk di taman dengan Wasti yang berada di sebelah nya. Karlina meminta tolong pada Wasti untuk menemani Misha selama dia mengambil buah di dalam.

"Nyonya, nyonya kenapa?" tanya Wasti.

"...Fir... Kah!"

Dahi Wasti mengerut saat mendengar ucapan Misha.

"Zafir... Ma..u.. Me..ni..kah!"

Wasti terdiam, tiba-tiba suhu tubuhnya turun drastis ketika mendengar ucapan Misha barusan.

"Yang benar Nyonya? " tanya Wasti sekali lagi, bahkan dia sampain mengorek telinganya, takut salah mendengar.

"Iya,"

"Alhamdulillah, itu kabar baik nyonya! Dengan siapa Pak Zafir akan menikah?"

"Lina."

"Astaghfirullah!"

Seperti tersambar petir di pagi hari, tubuh Wasti benar-benar membeku. Gawat! Aku harus menggagalkan ini! seru Wasti dalam hati.

"Nyonya setuju?"

"Nggak.. Tau."

"Nyonya, jangan mau di tipu daya sama Karlina, Nyonya harus membatalkan nya!"

Aku juga maunya seperti itu, tetapi mengingat ucapan Zafir tadi, itu terlihat bersungguh-sungguh! Itu sudah menjadi pilihan hatinya, Wasti.. jawab Misha dalam hati.

Wasti yang tidak mendapatkan jawaban pun dibuat geram sendiri. Lihat saja nanti, akan Ku buat nama kamu jelek Lina, dan aku memastikan itu!

------------

bagian ini adalah gue yang ngetik, hm.. banyak yang kurang di chapter ini, semoga bisa lebih baik ke depannya buat diri gue sendiri dan yang lain juga

see ya, selalu jaga kesehatan dan selalu bahagia, sedih secukupnya, jangan sombong, di atas langit masih ada langit, see di chapter selanjutnya!

Salam mendung dari Jakarta Selatan,

Ws-etv. 
(Ws - nama asli, etv - nama akun)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top