Episode 17
Semenjak kembali dari rumahnya Karlina sering kali memikirkan perkataan adiknya. Apa benar mas Zafir hanya memanfaatkanku?
Zafir pria tampan dan mapan, memiliki segalanya sedangkan Karlina hanyalah perempuan biasa yang hidup sederhana. Tetapi bukankah cinta tidak mengenal kasta?
Karlina berusaha mengenyahkan fikiran buruknya tentang Zafir, tetapi pikiran buruk itu sering kali datang tak diduga seperti saat ini.
"Aww," Karlina meniup jarinya yang mengeluarkan darah.
"Kalo kerja tuh jangan ngelamun, rasain jarinya kepotong!" Wasti menyindir Lina yang tak sengaja melukai tangannya saat sedang memotong semangka.
Lina menaruh semangka dan pisau lalu mengaliri lukanya dengan air keran. Hanya luka gores yang tidak terlalu dalam.
Lina mencari kotak P3K yang ada di dalam lemari di ruang tengah. Diambilnya kotak itu dan dibukanya, sebuah plester luka siap ia buka dari kemasan.
"Kamu kenapa?" Suara bass Zafir menghentikan Lina.
Lina menoleh ke arah Zafir yang berjalan mendekatinya,"Kegores pisau, Mas."
"Coba aku lihat!" Zafir memegang tangan Lina dan mengamati goresan di telunjuk kiri Lina.
Tanpa diduga Zafir meniup luka tersebut dengan lembut membuat detak jantung Lina menjadi jauh lebih cepat.
"Kenapa bisa luka begini?" tanya Zafir lembut sambil membuka kemasan plester dan memasangkan pada jari Lina.
"Gak sengaja kegores pas motong semangka."
"Hati-hati kalo pegang pisau atau minta Wasti aja yang ngerjain."
"Itu semangka buat mommy jadi udah tugas aku."
"Sayang, aku tau kamu perhatian ke mommy tapi jangan sampe kamu celaka karena mikirin mommy."
"I..ya, Mas."
Hal kecil begini aja mas Zafir peduli, masa iya dia mau manfaatin aku.
"Mas, hari ini waktunya mommy fisioterapi,"
Fisioterapi lagi, seminggu dua kali. Sekali fisioterapi habis 400.000. Batin Zafir bicara, seandainya ia bisa melakukannya sendiri pasti akan dilakukan demi menghemat pengeluaran.
Zafir menhembuskan nafas berat, "Kita ke rumah sakit!"
"Kalo gitu saya siapkan keperluan mommy,"
"Kamu juga siap-siap, setelah sarapan kita berangkat ke rumah sakit. Suruh Wasti saja yang menyiapkan sarapan!"
"Iya, Mas."
Percakapan mereka berdua ternyata disaksikan oleh Wasti. Ia kembali ke dapur dengan wajah kesal.
"Bu Wasti saya minta to-"
"Bilang aja mau nyuruh saya siapin sarapan. Gak sabar ya mau jadi nyonya, udah berani nyuruh!"
Karlina sudah malas meladeni Wasti yang selalu berprasangka buruk padanya seandainya bukan perintah Zafir ia tidak akan meminta tolong Wasti.
Selesai sarapan Karlina mendorong kursi roda Misha menuju ke luar dimana mobil telah diparkirkan.
Zafir menggendong ibunya dari kursi roda untuk masuk ke dalam mobil. Misha menatap tak suka pada Karlina yang telah siap membantunya di dalam mobil.
"Ga...!" Misha menolak uluran tangan Karlina.
"Mommy, biasanya juga tiap fisioterapi sama Lina, "
Itu sebelum perempuan licik ini mencuri hati kamu, "Ga...!"
"Lina cuma mau bantu mommy," Zafir berusaha merayu ibunya namun Misha tetap menggelengkan kepala.
"Suka gak suka mommy harus terima Lina!" Zafir berkata tegas, mata Misha mulai basah.
Anakku berani membentak sekarang semua karena perempuan ini!
"Mommy, Zafir minta maaf sudah membentak. Kita gak akan berangkat kalau mommy masih berkeras, ini demi kesembuhan mommy!"
Misha menunduk dan pasrah menerima bantuan Lina untuk duduk dengan posisi yang benar di mobil.
Di rumah sakit Misha melakukan fisioterapi bersama Zafir dan Lina. Berbagai terapi dilakukan diantaranya adalah terapi infrared dan TENS.
*Terapi Infrared
Fisioterapis akan memberikan fisioterapi stroke dengan menggunakan infrared untuk memancarkan sinar panas pada tubuh yang akan diterapi.
Pada terapi infrared, dosis yang diberikan berbeda-beda tergantung kondisi pasien dan hasil diagnosis fisioterapis.
Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Terapi TENS dilakukan oleh fisioterapis dengan menggunakan energi listrik bertujuan untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf sensoris melalui permukaan kulit pada pasien stroke.
"Terapi yang tidak perlu alat bisa dilakukan sendiri di rumah." Sang terapis berkata pada Zafir.
"Lina, tolong perhatikan betul-betul terapis itu biar nanti kamu bisa praktek di rumah."
"Iya, Mas." Lina menurut dan menyimak dengan serius apa-apa yang dikatakan dan dilakukan sang terapis pada Misha.
Kalo Lina bisa biaya fisioterapi bisa ditekan. Bagus!
________
Lina sudah beberapa kali mempraktekkan ilmu fisioterapi yang ia dapat dari sang terapis pada Misha dan ini membuat Zafir sangat senang karena bisa menghemat 50% dari biaya yang biasa dia keluarkan.
Kesehatan Misha juga mengalami perkembangan yang berarti, kemampuan motoriknya mulai membaik bahkan sudah mulai belajar berdiri. Ini semua berkat kesabaran Lina merawat Misha.
Zafir mengetuk pulpennya di atas meja. Dia sedang berfikir, keningnya berkerut. Sebuah keputusan besar telah dia ambil.
Zafir pulang agak malam hari itu. Misha sudah nyenyak di kasurnya saat Zafir masuk ke dalam kamar. Mencium kening ibunya lalu Zafir berlalu pergi untuk membersihkan diri.
Zafir mengirim pesan whatss app pada Lina
Saya tunggu kamu di taman belakang rumah
Lina yang baru saja merebahkan diri, membaca pesan itu.
Mas Zafir mau ketemu aku malem-malem begini?
Lina tidak menjawab pesan Zafir ia langsung memakai jilbab instantnya dan pergi keluar kamar. Untunglah ia memakai piyama panjang hingga tak perlu berganti baju terlebih dahulu.
Di taman belakang rumah, Zafir berdiri menunggu Lina. Cahaya bulan memantul dari kolam renang di hadapannya. Nyamuk yang mencari mangsa sempat hinggap di tangan Zafir yang tidak tertutupi kemeja lengan pendeknya.
"Ada apa, Mas?" tanya Lina sambil berdiri di pintu menuju halaman belakang.
"Sini mendekat, aku mau bicara."
Lina melangkah perlahan di gelapnya malam. Sumber cahaya di taman belakang hanyalah 2 lampu taman yang tidak benar-benar terang.
Lina berdiri tepat di hadapan Zafir yang memegang sesuatu di belakang tangannya.
"Aku mau berterima kasih atas kesabaran kamu mengurusi mommy. Kesehatan mommy mengelami perkembangan yang signifikan berkat kamu."
"Alhamdulillah, Mas. Itu juga nikmat dari Allah bukan semata-mata karena aku."
"Tapi kalo gak ada kamu, mommy gak akan seperti sekarang. Kamu sabar dan telaten. Kamu juga manis gak pernah membantah, saya suka."
Untunglah cahaya di sekitar mereka hanya remang-remang hingga mampu menyembunyikan rona merah di wajah Lina.
"Mas jangan terlalu memuji,"
"Itu benar sayang, kenyataan bukan pujian kosong. Dan kesabaran kamu itu telah menyentuh hati aku."
Jantung Lina berdetak kencang mendengar ucapan Zafir, saking gugupnya lidah Lina terasa kelu.
"Mas udah berfikir panjang dan memutuskan,"
"A...apa, Mas?"
"Mas ingin hubungan kita lebih serius, bukan sekedar pacaran."
"Maksudnya?"
"Mas ingin kita menikah, would you marry me Karlina Eka Putri?" Zafir berlutut sambil memegang coklat berbonus bunga promosi valentine yang ia beli di minimarket tak jauh dari kantornya.
--------
Cerita ini di ketik oleh BahiyaPadmi
Hayo kira kira di terima nggak? Apa Karlina lebih milih saran Ari? Hayooo penasaran nggak? Kira kira response wasti bakalan gimana ya pas tau Zafir sama Karlina?
Jangan lupa untuk ikutan PO loh kalian! Harus, lapak boleh sepi, siapa tau dari kalian pembaca ini berminat, gue bakalan promosi terus sampai kalian bosen terus beli novel dari Asean26
Cara untuk beli, dan model novelnya akan gue kasih dibawah iniiii, harus ikutan PO! Jangan sampe enggak!
Terima kasih sedulur-sedulur ku yang berbaik hati dan tydack sombong, see yaaaa di next cerita!
Salam hangat dari Jakarta, tadi sempat hujan gerimis tapi udahan 😅
Yun!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top