Episode 11
Zafir duduk di belakang mejanya, menatap dua perempuan yang terlihat kacau di depannya. Rambut mereka berantakan walau sudah lebih baik dari sebelumnya, ada garis-garis bekas cakaran di wajah mereka.
Zafir mengambil nafas, dua perempuan di hadapannya ini termasuk pegawai yang rajin. Mereka jarang sekali telat dan tidak sekalipun absen tanpa alasan jelas.
"Jelaskan kenapa kalian bertengkar?"
"Dia nyerang saya duluan!" ucap Shiren.
"Nuduh lu?!" Vanessa tidak terima. Digulungnya lengan blazernya sampai ke siku.
"Kamu yang nuduh saya murahan!"
"Emang kenyataan kan? Lu selalu cari perhatian pak Zafir!"
"Kamu bela Gio , yang udah dipecat pak Zafir!"
"Gio tuh temen gue!"
"Temen walaupun salah jangan dibela! "
"Itu solidaritas namanya!"
"Stop, gak akan ada habisnya kalau saya nanya kalian! Saya sudah lihat cctv pertengkaran kalian, dan Vanessa kamu yang mulai menjambak Shiren!"
"Mulut Shiren berbisa, Pak."
"Saya gak peduli dengan apa yang kalian ributkan, CCTV ini bukti Vanessa yang menyerang lebih dulu." Zafir memutar layar laptop di mejanya memperlihatkan pada Vanessa dan Shiren rekaman pertengkaran mereka.
CCTV yang ditayangkan Zafir tanpa suara, di situ jelas terlihat Shiren yang diserang terlebih dahulu.
Senyum kemenangan mengembang di bibir Shiren. Sebaliknya wajah Vanessa pucat karena takut. Ia bisa saja bernasib seperti Gio.
Zafir menegakkan duduknya, "kalian seharusnya menjadi contoh bagi pegawai lain, sudah cukup lama kalian bekerja di perusahaan ini. Kinerja kalian tercoreng dengan adanya insiden ini, terutama kamu Vanessa!"
"Iya, Pak." Vanessa menunduk.
"Saya akan ambil tindakan tegas."
"Jangan pecat saya, Pak!"
Rasa takut menyelimuti Vanessa ia menengok ke arah Shiren yang tersenyum mencibir seakan Shiren berkata 'rasain lo!'
"Saya sudah lihat track record kamu selama bekerja di sini. Tidak ada pelanggaran, karena itu hukuman kamu adalah pemotongan gaji. Gaji pokok akan tetap jadi milik kamu namun tunjangan dan lain-lain tidak akan kamu dapatkan selama 3 bulan."
"Kenapa hanya saya yang dihukum, Shiren juga berbuat salah. Dia yang memancing saya bertindak kasar."
"Kamu yang tidak mampu menahan emosi. Bagaimanapun tindakan kekerasan tidak bisa ditolerir!"
Vanessa tertunduk lesu, ingin sekali ia protes lagi namun khawatir jika protes keduanya justru akan berujung pemecatan.
_______
Zafir menatap layar macbooknya, grafik pendapatan perusahaan terus menurun. Ia memijat pelipisnya. Jika begini terus perusahaan bisa gulung tikar atau dijual dengan harga murah pada pihak lain.
Kenapa masalah datang berbarengan, mommy sakit dan perusahaan bermasalah?
Ia berpikir keras, harus ada terobosan untuk menangani dua masalah ini dengan cepat dan tepat. Berbagai ide bermunculan di kepala Zafir.
Zafir menuliskan ide-ide itu pada selembar kertas lalu menimbang-nimbang baik buruknya dan efektivitas dari tindakannya. Pulpen ia ketukan ke mejanya berkali-kali sambil berfikir.
Beberapa daftar ide ia coret karena terlalu beresiko ataupun membutuhkan ongkos yang tidak sedikit.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Shiren datang membawa map berwarna biru di tangan kanan, " ini data yang bapak minta!"
"Terima kasih."
30 menit sebelumnya Zafir meminta data-data penting perusahaan yang tersimpan rapi di ruang file.
"Ini Caramel Machiato buat bapak!" Shiren menyerahkan satu gelas Carame Machiato berlogo wanita dalam lingkaran hijau. Minuman yang paling banyak dipesan di coffee shop tersebut.
"Saya tidak pesan ini," Zafir menolak, keningnya berkerut, ia tahu harga minuman itu lebih dari biaya makan siangnya di warung padang dekat kantor.
"Ini dari saya, tanda terima kasih."
"Terima kasih untuk?"
"Membela saya di hadapan Vanessa."
"Itu cuma hal kecil Shiren, kamu memang sekretaris yang bisa diandalkan. Kalau harus memilih antara kamu atau Vanessa saya pasti pilih kamu."
Ucapan Zafir membuat hati Shiren berbunga. Sejak bekerja di perusahaan itu Shiren selalu mengagumi Zafir. Berbagai cara dilakukannya untuk menarik perhatian Zafir.
"Terima kasih sekali lagi, Pak."
"Ya."
Lumayan dapat Caramel Machiato gratis
"Permisi, pak." Shiren meninggalkan ruangan Zafir.
Zafir menyesap minuman yang diberikan Shiren. Rasanya benar-benar nikmat, pantas saja minuman ini sangat laris.
Zafir terus berkutat mempelajari data-data perusahaan sampai matahari terbenam. Melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, Zafir merapikan meja. Ia ingin pulang dan makan malam bersama mommynya.
Makan malam dan sarapan bagi Zafir wajib dilakukan di rumah bersama sang mommy. Selain alasan kebersamaan, juga untuk menghemat pengeluaran pastinya.
Perjalanan dari kantor menuju ke rumah terasa amat panjang karena kemacetan yang Zafir alami. Zafir benci macet karena membosankan dan membuatnya terlambat selain itu bensin menjadi lebih boros. Zafir tidak suka pemborosan dalam bentuk apapun.
Zafir tiba di rumah saat langit sudah gelap, perutnya keroncongan minta diisi. Pak Naryo menyambut kedatangannya seperti biasa.
Turun dari mobil Zafir langsung menuju ruang makan ternyata mommynya masih ada di sana. Lina dengan telaten menyuapi Misha.
"Mommy!" seru Zafir dari jarak 2 meter.
Menyadari Zafir datang, Lina memutar kursi roda Misha. Zafir kini tepat berada di depan Misha.
Zafir membungkuk mencium tangan Misha, "mommy udah makan?"
"...dah."
"Mommy bilang apa tadi?"
"Dah."
"Lina kamu denger tadi?" Zafir melihat ke arah Lina dengan mata berbinar.
"Iya, Mas."
Binar bahagia terlihat di wajah Zafir, ibunya mengalami kemajuan. Ini sungguh suatu kabar baik diantara sekian banyak masalah yang dipikirkan Zafir hari ini.
"Alhamdulillah!"
Zafir memeluk ibunya penuh sayang.
"Mommy udah mulai bisa ngomong, sebentar lagi mommy pasti sembuh." Zafir mencium kening ibunya.
Mata Misha berkaca-kaca, ia sendiri tidak percaya kalau barusan ia bisa mengeluarkan suara.
Zafir berdiri lalu mendekati Lina, tangannya memegang bahu Lina. Jantung Lina berdetak cepat menatap Zafir yang begitu dekat dengannya.
"Terima kasih Lina, mommy mengalami kemajuan pesat berkat kamu." Zafir menatap netra Lina dalam-dalam.
"Ini karena mommy punya keinginan kuat untuk sembuh, Mas." ucap Lina sambil menahan jantungnya yang berdebar tak menentu.
Pesona Zafir telah merasuk ke dalam kalbu. Zafir perlahan menjadi pria spesial bagi Lina.
Mommy? Mas? batin Misha bertanya, tanya.
Kenapa Lina memanggilnya dengan sebutan yang Zafir sematkan padanya bukan panggilan yang biasa diucapkan para pegawai?
----
Sskkrrrrtteeuu! Hai! Balik lagi dengan cerita KHM! Kali ini kalian di kanjakan oleh tulisan dari kak BahiyaPadmi
Terima kasih karena masih bertahan dengan cerita ini, salam kenal dari etvlbplr99 semoga kita bisa berteman melalui tulisan-tulisan yang ada di Akun ini.
Salam hangat dari Jakarta💙
Yun!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top