6. Malam, Nyanyian Sendu Memikat Hati

ACARA malam kesenian begitu memukau. Lampu-lampu hias seolah bersaing kecantikkannya dengan lampion berbagai bentuk. Tapi bintang di langit terlihat gengsi untuk menampakkan diri namun terwakili oleh kehadiran bulan sabit kedua.

Peserta malam kesenian dari perwakilan tiap kelas yang mendaftar berjumlah dua puluh telah menghias stand pameran sesuai tema yang ditentukan oleh masing-masing peserta itu sendiri.

Tak kalah dari ekstrakulikuler ArtClub juga ikut adil dalam meriahkan malam kesenian dengan menampilkan hasil kerajinan tangan secara kontenporer di tengah lapangan ditemani pencahayaan yang pas membuat nilai estetika menjadi bertambah. Juga menampilkan beberapa penampilan seperti Tari tradisional maupun modern, Teater dan Paduan suara.

Segenap panita terus menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban acara sesuai dengan tugasnya masing -masing. Mengenakan dresscode yang sama yaitu kaus berkera berwarna biru cerah agar mudah dikenali dengan dilengkapi headset yang terhubung dengan walkie-talkie untuk mempermudah komunikasi antar panitia.

"Lighting, Wahyu stand-by. Sound-system, Bintang stand-by. Penampilan ke dua dari Teater akan segera dimulai." Mita berbicara lewat walkie-talkie. Berdiri di samping panggung.

"Di sini Bintang sudah siap," sahut Bintang.

"Di sini Wahyu sudah siap," timpal Wahyu.

"Amankan lapangan sekitar panggung." Kayron menambahkan. Kemudian ponselnya bergetar di saku belakangnya. Buru-buru ia melihatnya.

From : Mika (IPS)
[Gua lagi di jalan sama rombongan. Jalan kaki]

Yang awalnya ia berdiri di tengah lapangan menghadap panggung di tengah keraimaian, ia langsung berlari menuju gerbang sekolah. Ternyata di sana sudah ada Seli yang akan menyambut tamu undangan.

Tak lama rombongan Mika sudah datang sekitar tujuh orang berbondong-bondong membawa alat musik dan ada yang tidak membawa apa-apa. Mika mebawa tas besar berisi piano elektrik, Galeh membawa tas berisi gitar di punggung sedangkan Rayhan membawa drumbox.

Kali ini Mika hanya mengenakan kemeja berlengan pendek berwarna biru padam tampak melekat pas berpaduan dengan celana jeans hitam lengkap dengan sepatu sneakers hitam-putih bersol tebal.

Laki-laki berkulit putih berseragam panitia itu langsung menghampiri rombongan. Terutama yang paling depan adalah Mika.

"Penampilan kalian setelah penampilan dari paduan suara. Masih ada waktu sekitar dua puluh menit untuk persiapan bisa di lakukan sekarang di panggung."

Kayron berserta rombongan berjalan bersama menuju ke belakang panggung. Sesuatu yang tak terduga ada suara perempuan berteriak sambil berlari mendekat menyebut nama seseorang dari salah satu rombongan yaitu Mika.

"Mita posisi... Mita posisi... gua di samping panggung di luar lapangan. d'UNOs akan persiapan chek sound." Kayron buru-buru ingin segera pergi karena tak lain dan tak bukan perempuan itu adalah Kirana. Sebentar lagi pasti perempuan itu melingkarkan tangannya pada lengan kiri Mika, mungkin tidak. Mungkin kali ini di lengan kanannya karena tangan kiri Mika sudah membawa tas berisi piano elektrik.

"Gua otw," sahut Mita.

Mita datang bersamaan dengan Kirana yang sudah melingkarkan tangannya di lengan kanan Mika. Tebakan Kayron ternyata tepat.

"Kalian aku serahkan ke Mita untuk chek sound," kata Kayron kepada rombongan. "Mita gua minta tolong tangani yah."

Mita mengaggukan kepala. Kayron langsung pergi hilir mudik.

"Kay!" Terdengar suara bariton yang khas dari belakangnya, Kayron langsung berbalik. Yang menyapanya adalah Mika.

"Selesai acara makan nasi goreng yuk di ujung jalan," kata Mika.

Kayron mengerling pada Kirana sejenak dengan tatapan ragu lalu menjawab, "Iya kalau ada waktu." Kemudian Kayron langsung kembali melanjutkan perjalanannya.

"Penampilan dari Paduan Suara sukses. Sekarang tinggal penampilan terakhir di puncak acara semangat buat kalian semua. Wahyu, Bintang terus awasi kondisi sekitar panggung." Mita berbicara pada walkie-talkie.

"Oke," sahut Bintang.

"Penampilan terakhir dari d'UNOs segera dimulai. Selamat menikmati semoga bisa menghilangkan rasa lelah kalian dalam melancarkan acara pada malam hari ini," timpal Kayron.

Cahaya di lapangan tiba-tiba padam. Yang ada hanyalah cahaya di luar lapangan yang bersumber dari koridor dan juga bulan sabit di langit.

"Monitor Wahyu... monitor Wahyu... tolong periksa ada apa dengan lampu di lapangan." Kayron langsung angkat bicara pada Walkie-talkie.

"Monitor Wahyu... siapa pun yang melihat Wahyu tolong memberi kabar!" Mita ikut menambahkan.

"Wahyu ada masalah apa ini." Kayron terus saja berlari ke sana kemari menanyakan pada panitia yang lainnya apakah menemukan Wahyu berada.

Namun seketika lampu sorot mengarah langsung ke panggung. Memberi cahaya pada seseorang yang menekan tuts piano menghasilkan alunan musik romantis. Dengan pelantang mengarah langsung ke bibirnya diletekan pada stand-mic.

Selagi jarinya menari-nari di atas tuts piano ia berbicara, "Lagu ini saya persembahkan untuk orang spesial berinisial K yang mungkin sekarang berada di sini ikut menyasikan."

Diam sejenak selagi tangannya terus menekan tuts piano. "Nathan Sykes, Over and Over Again." Kemudian dia memulai bernyanyi.

From the way you smile
Dari caramu tersenyum
To the way you look
Seperti yang kau lihat
You capture me
Kau pergoki aku
Unlike no other
Tak seperti yang lain
From the first hello
Dari pertemuan pertama
Yeah, that's all it took
Ya, itu semua harus
And certainly
Dan tentu saja
We had each other
Kita saling memiliki

Penonton langsung berbondong-bondong mendekat ke arah panggung berusaha ingin melihat siapa pengalun lagu yang begitu romantis itu. Termasuk Kayron tapi ia langsung menyadari bahwa lagu itu adalah untuk Kirana karena Kirana berinisial K. Karena ia melihat Kirana tersipu malu di sisi lain di samping panggung.

Cahaya lampu dan lampion kembali menyala seperti semula. Panggung mulai bercahaya menampilkan tiga pemusik yang sibuk menikmati lagu dengan alat musik masing-masing. Kayron langsung pergi menjauh dari sekitar panggung. Walaupun sebenarnya ada rasa terikat dengan lagu yang mangalun lembut itu.

And I won't leave you
Dan aku takkan meninggalkanmu
Always be true
Selalu setia
One plus one, two for life
Satu tambah satu, dua untuk hidup
Over and over again
Begitu seterusnya

Tepuk tangan serta sorakan langsung mengelegar sebelum lagu itu selesai dinyanyikan. Karena pembawaanya yang tenang menemani malam yang sendu.

So don't ever think I need more
Jangan pernah berpikir aku inginkan yang labih
I've got the one to live for
Aku punya satu kehidupan
No one else will do
Tak ada orang lain yang akan melakukannya
I'm telling you
Kukatakan padamu
Just put your heart in my hands
Hanya percayakan padaku
I promise it won't get broken
Aku janji tak akan menghancurkannya
We'll never forget this moment
Kita takkan pernah lupakan saat-saat ini
It will stay brand new
Itu akan tetap utuh
'Cause I'll love you
Karena aku kan mencintaimu
Over and over again
Begitu seterusnya
Over and over again
Begitu seterusnya

(...)

Satu lagu yang romantis itu pun berakhir dengan lembut, menyisakan euforia yang kebahagiaan karena pembawaan lagu tersebut dengan penuh penghayatan begitu dalam. Tepuk tangan dan teriakan penuh antusias berharap terus menyanyikan beberapa lagu sampai acara berakhir.

Tamu undangan pun menghamburkan senyuman bangga karena tak menyangka murid dari SMA Kalikuning Selatan memiliki bakat yang begitu membanggakan.

Namun Kayron tidak begitu mengharapakan Mika akan bernyayi lagi ia berharap semua segera berakhir. Apalagi lagu itu menurutnya dipersembahkan untuk Kirana yang mungkin membuatnya kesal dan ingin menutup telinganya supaya tidak mendengar kaliamat-kalimat romantis itu lagi.

Lagu kedua, ketiga dan terakhir sama terkesannya dengan lagu pertama membuat banyak orang penasaran siapa dari ketiga orang di atas panggung tersebut.

"Itulah lagu terakhir yang kami bawakan pada malam hari ini semoga kalian merasa terhibur. Sebelumnya tadi kami lupa untuk berkenalan bahwa kami adalah d'UNOs dari MMY Music School. Saya Mika W. Anggriawan, rekan saya Alfarisi Galeh Pramudia dan Putra Rayhan Renaldy kami semua dari kelas 11-IPS-4 yang diberi kesempatan untuk tampil pada acara malam kesenian yang menakjubkan ini."

Tepuk tangan menggelegar terutama yang paling meriah dari stand pameran 11-IPS-4. Mika, Galeh dan Rayhan pun turun dari panggung.

"Kay sumpah keren banget itu dari anak band," kata Mita dengan senyum bahagianya di depan Kayron. "Aku tak menyangka acara malam ini menjadi lebih sukses semenjak band itu memulai mengalunkan lagu. Apalagi tadi di awal ada efek sorot lampu. Sumpah benar2 keren."

"Iya," jawab Kayron singkat kemudian ia berbicara di walkie-talkie. "Monitor Cyntia tolong beri konsumsi kepada d'UNOs di ruang Guest Star."

"Siap delapan enam." Cyntia menanggapi dan langsung bergerak.

Penampilan d'UNOs adalah penampilan terakhir pertanda bahwa acara malam kesenian telah berakhir. Acara ditutup oleh si pembawa acara dengan mengucapkan banyak terimakasih buat semua yang berada di lapangan memeriahkan acara malam kesenian menjadi lebih berkesan.

Peserta mulai membersihkan stand-nya masing-masing termasuk juga panitia acara yang sedikit demi sedikit mulai melepas lampion dan dekorasi lapangan maupun panggung.

Tamu undangan pun juga satu persatu meninggalkan kursi menuju ke tempat parkir.

"Wahyu ada yang bisa gua bantu nggak?" tanya Kayron kepada Wahyu yang sibuk melepas lampu di sekitar panggung.

"Itu Kay di sana ada kardus isinya lampu-lampu yang sudah gua lepas bisa tolong bawakan ke gudang nggak?" pinta Wahyu sambil menunjuk pada posisi kardus itu berada.

"Oke...," sahut Kayron selagi mengambil kerdus cokelat berisi sekitar sepuluh lampu. "Ini aja nggak ada yang lain?"

"Iya itu saja yang lain biar gue saja," sahut Wahyu selagi tangannya sibuk menggulung kabel.

Kayron pergi dengan membawa kardus cokelat tersebut. Lumayan berat karena harus berhati-hati supaya lampu-lampu itu tidak pecah.

"Berat yah?" tanya seseorang laki-laki yang datang menghampirinya. Laki-laki mengenakan kemeja berwarna biru padam.

"Tidak, cuma perlu hati-hati saja," sahut Kayron setelah laki-laki itu tepat di sampingnya. "Lo sudah beres-beres?"

"Sudah," jawabnya. "Sini biar gua saja yang bawakan."

"Mika, ini nggak berat kok. Gua bisa...."

Laki-laki berkemeja biru padam itu langsung meraih kardus cokelat di tangan Kayron. "Dibawa kemana ini?"

"Eh, gudang," sahut Kayron kikuk.

Mereka berdua pun berjalan bersisihan melewati koridor utama menuju gudang yang letaknya berada di belakang sekolah. Suasana canggung Kayron terdiam dan Mika makin diam. Mereka berdua satu sama lain tak tahu haru mengatakan apa.

"Setelah ini jadi kan?" tiba-tiba Mika bertanya.

Apa jadian? Nggak salah dengar gua?

Sejenak Kayron mencerna pertanyaan dari Mika lalu ia menjawab, "Makan nasi goreng? Yah nanti kalau sudah beres semua."

"Gua uda lama nggak beli di sana."

"Tapi kemarin lo malah ajak gua ke terminal."

"Itu yang paling dekat."

Kayron terdiam, ia tak tahu harus menanggapi apa lagi begitupula Mika.

Sampai akhirnya mereka di gudang. Suasana yang mencekam perasaan tak enak. Cahaya lampu di depan gudang yang sepi tampak remang-remang. Apalagi di depan gudang tersebut tersusun bangku-bangku kayu yang usang dan rusak. Berdebu dan tempat bersarang labah-labah.

Sejenak Kayron merasakan tak enak dan merinding di bagian tengkuknya melihat susunan bangku usang itu. "Untung ada lo." Secara tak sadar Kayron sedikit merapatkan tubuhnya ke punggung Mika.

"Takut yah?" tanya Mika dengan nada menggoda dan sedikit menahan tawa.

"Bukan takut sih cuma merinding aja. Tadi siang nggak semenyeramkan ini loh padahal. Dan bangku-bangku usang itu..."

"Rasa takut itu tumbuh dari diri kita sendiri dan sebenarnya tidak ada apa-apa, lagipula tidak ada yang menakutkan kalau lo nggak berpikir aneh-aneh."

"Nggak usah ceramah di sini. Buruan lo masukan kardus itu di dalam." Kayron meremas lengan Kanan Mika dan pandangannya terjaga alih-alih semoga tidak melihat apa yang tidak ia inginkan.

"Buka dulu pintu gudangnya," kata Mika.

Kayron langsung membukakan pintu agar Mika bisa masuk. Karena kedua tangan Mika mengangkat kardus cokelat berukuran besar.

"Nggak ikut masuk?" tanya Mika yang terus manahan tawa melihat wajah Kayron yang ketakutan. "Ketua OSIS kok takut sama hal semacam ini. Nggak malu apa kalau nanti anggota lo lihat ekspresi lo yang ketakutan parah gini."

"Nggak, aku berani kok. Sudah sana masuk." Kayron berusaha tegar walaupun ada rasa takut yang menyelubung.

Mika pun masuk ke dalam gudang sedangkan Kayron berjaga di depan pintu gudang selagi matanya berlarian melihat suasana yang sepi dan sunyi.

Dari kejauhan Kayron melihat sosok perempuan yang berjalan mendekat, wajahnya tampak samar karena perempuan itu muncul dari tempat minim cahaya. Kaki Kayron bergetar melihat perempuan itu semakin dekat. Mengenakan baju putih dan rambutnya yang panjang di gerai.

"Mika buruan keluar, gua... gua... takut," lirih Kayron.

Tidak ada respon dari dalam. Yang ada hanyalah suara berkelontang barang-barang berjatuhan.

"Mika, are you okey?" Hatinya semakin bergetar. Selagi perempuan itu sudah cukup dekat.

"Bhaa!" kata Mika tiba-tiba menepuk kedua pundak Kayron dari belakang. Membuat Kayron berjingkat dan langsung berputar arah memeluk Mika. "Takut yah? Maaf" Mika mengusap rambut Kayron.

"Itu ada perempuan berbaju putih berjalan ke sini," katanya membenamkan wajahnya pada dada Mika.

"Oh Kirana."

Kirana? Tuh anak kenapa ke sini! sebentar gue ini peluk siapa?, batin Kayron.

"Kalian ngapain mesum di tempat sepi seperti ini." Terdengar suara perempuan.

Sontak Kayron langsung melepas pelukannya dan menata wajahnya agar tidak terlihat ketakutan di depan Kirana.

"Ada yang ketakutan Ki," celetuk Mika melirik Kayron yang salah tingkah. "Lo ngapain ke mari?"

"Aku cariin kamu, kata anak OSIS tadi lo ke gudang belakang," jawab Kirana. "Eh ketua OSIS kita takut apa?"

"Perempuan berbaju putih," sahut Mika menahan tawanya agar tidak meledak.

"Hahahaha... kelas kita drescode-nya warna putih jadi yah aku pakai warna putih."

Anjir, awas lo Mik sudah bully gue kek gini, batin Kayron di tengah perbincangan antara Mika dan Kirana.

"Kenapa cariin gue." Mika kembali bertanya kepada Kirana.

"Tadi aku nebeng sama Resti buat ke sekolah. Tapi, Resti sudah pulang duluan. Jadi, aku mau nebeng kamu."

Sejenak Mika melirik ke arah Kayron yang tampak tidak peduli.

"Motor gua ada di depan sekolah musik? Lagi pula gua sudah ada janji." Mika melirik ke Kayron lagi.

"Lah terus aku nebeng siapa?"

"Galeh?" kata Mika mengusulkan.

Gue seperti obat nyamuk bakar, Kayron lagi-lagi membatin.

"Galeh uda pergi tadi," kata Kirana asal. Ia sebenarnya hanya mencari alasan agar ia bisa pulang bersama Mika.

"Tapi gua sudah ada janji sama Kayron. Iya kan Kay?" Mika dan Kirana langsung mengarakan pandangan ke Kayron.

"Eh," kata Kayron mengusap temgkuknya. "Kalian pergi aja. Lagipula kasihan Kirana nggak ada yang ngenterin pulang."

"Tapi Mika aku lapar makan nasi goreng yuk di ujung jalan." Kirana langsung menggandeng tangan Mika dan menyeretnya menjauhi gudang.

Mika bahkan belum sempat berpamitan kepada Kayron. Sedangkan Kayron hanya melepas Mika pergi bersama dengan Kirana.

Rasa takut itu berubah menjadi rasa kecewa dan kesal menjadi satu. Tak menyangka Mika akan pergi begitu saja.

((BERSAMBUNG))

Anjiir, aku kok gemes sama Kirana yah?

Eleh... berlebihan yah soal Kayron ketakutan di depan gudang? Lagian kisah ketakutan di gudang sekolah tuh umum banget kali. Gak kreatif lo Dit.

Kayron alay sok peluk2 Mika segala. Modus tuh namanya.

Terserah deh kalian mau komentar apa. Aku sudah berusaha agar lebih soswit tapi apalah daya gua uda deg-degan bentar lagi masuk dunia kuliah sedangkan celen ini belum selesai. Vote kalau memang cocok untuk diberi bintang.

Lamongan, 4 September 2017

Aila Radit

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top