23. Senyuman, Antara Gembira dan Rasa yang Terpendam

BEBERAPA orang tertawa ringan di samping dessert-table. Hanya dua orang yang duduk di samping meja makan, Kuncoro dan Resky. Billy langsung mengisyaratkan Mika dan Kayron duduk di sana begitu mereka bergabung. Suasana halaman belakang yang awalnya hangat kini lebih menegangkan.

Meja makan sudah bersih tanpa piring kotor dan sisa-sisa makanan, hanya ada empat gelas berisikan minuman soda berwarna biru. Saat satu piring kue cubit disajikan oleh Etik di atas meja, Mika dan Kayron duduk dalam ragu bersuara.

Resky berdeham kemudian memulai pembicaraan.

"Kalian dari mana? Lama sekali di dalam," tanya Resky.

Kayron tersenyum.

"Jangan tegang seperti itu, santai saja." Resky tersenyum. Ia berusaha meringankan suasana.

Jika melihat ekspresi Mika dan Kayron. Mereka masih terlihat kaku. Mereka sangat khawatir sekali akan terjadi buruk pada hubungannya.

"Yasudah." Resky memandang Kuncoro.

Kuncoro mengangguk. "Kemarin kan Ayah menghadiri surat panggilan bersama pak Resky." Ia melirik ke Resky kemudian melanjutkan. "Kalian mungkin tahu apa yang terjadi?"

Lengang sejenak. Orang-orang di sudut halaman belakang kini terdiam. Mereka mrngarahkan pandangan ke meja makan.

"Ayah tahu Adek pasti sayang sekali dengan Mika, Bunda tahu, pak Resky dan bu Ratna juga pastinya tahu. Jika Ayah meminta kalian putus. Pasti kalian tidak mau."

Mika mengangguk samar-samar. Sedangkan Kayron tangannya mulai berkeringat dan kakinya yang gemetar. Mika menyentuh tangan Kayron di bawah meja.

Kuncoro menoleh kepada Resky. Lelaki itu seperti paham yang dimaksudkan oleh Kuncoro. Karena Kuncoro tidak bisa melanjutkan percakapan.

Resky mengangguk paham. Ia Menata posisi duduknya. "Kalian juga pastinya tahu jika hubungan baik kalian ini sudah di luar batas, kami tidak bisa membenarkan dan juga tidak bisa menyalahkan kalian juga?"

"Iya Om," kata Kayron lemah. Matanya sudah terasa perih.

"Bukan berarti Ayah setuju dengan hubungan kalian," sela Kuncoro

"Kami semua membebaskan kalian memilih jalan kalian sendiri. Terserah kalian mau melanjutkan hubungan baik ini atau setelah ini kalian akan mengakhirinya dan tetap menjadi teman biasa." Resky menghela napas. Mika bukanlah anak kandungnya ini terasa lebih sulit untuk memberi nasihat. "Asalkan satu hal, kalian jangan sampai menggangu sekolah kalian." Resky melanjutkan.

"Apakah benar seperti itu?" tanya Mika segera. Kendatipun demikian ia menduka akan tiba hal sulit lain. "Jadi kami masih... melanjutkan?"

Resky dan Kuncoro langsung mengangguk dengan tersenyum dingin. Tidak ada orang tua yang bisa merelakan sepenuhnya mengenai penyimpangan seksual anak-anak mereka.

Mika dapat mendengar Kayrom mengembuskan napas penuh dengan kelegaan. Seketika ia langsung bisa tersenyum.

"Ada satu hal lagi," kata Kuncoro segera sebelum Mika dan Kayron benar-benar bisa tersenyum lebar.

Mika mulai was-was.

"Iya ada satu hal lagi yang ingin kami sampaikan," sahut Resky, menatap Mika dengan tenang. "Kamu ingat pesan almarhum Papa kamu mengenai perkuliahan?"

Mika langsung mengangguk.

"Papa dan Mama sudah berniat setelah lulus SMA nanti akan mendaftarkan kamu kuliah di Jakarta."

"Jakarta?" kata Mika terkejut. "Tapi, kenapa harus Jakarta? Kenapa tidak yang dekat saja seperti Surabaya misalnya?"

Resky menggeleng.

"Dan Adek kamu masih tetap ingin jadi dokter, kan? Kamu pasti tahu di Surabaya ada banyak sekolah kedokteran," kata Kuncoro kepada Kayron.

Kayron mengangguk. Tangannya kembali berkeringat jika tahu fakta yang akan terjadi. Ia akan berpisah jauh dengan Mika. Tinggal soal waktu yang menggantikan.

"Papa minta satu hal sama kamu, Mik," kata Resky tenang. "Setelah lulus SMA kamu sama Kayron tidak boleh berhubungan sama sekali. Dan itu berlaku sampai kalian lulus kuliah."

"Jika Papa menyetujui hubungan kami di SMA tapi kenapa kami harus melewati itu," sangal Mika namun dengan nada ramah. "Tidak setimpal."

"Kalian jangan salah paham dulu," kata Resky berusaha menenangkan. "Kami hanya ingin kalian fokus dengan kuliah kalian masing-masing. Kuliah itu tidak gampang."

Mika terdiam mencerna perkataan Resky dengan baik. "Kenapa kami dilarang berhubungan lagi? Bahkan bertukar pesan."

Kali ini Kuncoro yang angkat bicara. "Iya, seperti yang dikatakan pak Resky tadi. Hubungan kalian ini tidak bisa dibenarkan dan tidak bisa disalahkan, kalian sudah besar pasti tahu mana yang salah dan benar. Jika kalian masih ingin melanjutkan setelah kalian lulus kuliah juga silakan. Tapi, kalian tidak boleh berhubungan lagi saat kalian masih kuliah."

Mika menatap Kayron. Lelaki itu mulai mencoba tersenyum dan mengangkat kepalanya. Ia pun berusaha sama seperti Kayron. "Jika memang seperti itu. Kami akan membuktikan jika selama SMA ini kami tidak akan mengecewakan kalian." Kalimatnya itu diakhiri dengan senyuman percaya diri yang ditawarkan kepada dua pria di depannya.

***

SISA acara makan malam berakhir dengan canda, tawa dan sedikit drama itu pun berakhir. Keluarga Mika mengajak masuk dan duduk-duduk di ruang tamu yang luas hanya sekadar berbincang-bincang ringan. Hingga waktu sudah menunjukan pukul sembilan, keluarga Kayron berpamitan untuk pulang. Sebelumnya, Ratna memberikan bingkisan kepada keluarga Kayron berupa tiga kardus berisi kue-kue berlogo Rudi Bakery.

Ekspresi bahagia pada raut wajah Mika ketika Etik memperbolehkan Kayron menginap di rumahnya. Walaupun tidak terlalu kentara tapi Kayron bisa merasakan hati Mika yang sesungguhnya. Yaitu bahagia.

Saat mereka semua turun ke halaman depan, keluarga Kayron masuk ke dalam mobil, sedangkan Keluarga Mika dan Kayron melambaikan tangan. Mobil itu turun ke jalan lalu pergi meninggalkan rumah kediaman keluarga Mika yang mewah.

"Mik, nanti antar Kayron ke kamar atas ya, tapi kalau Kayron mau sekamar sama kamu juga terserah." Ratna mengusap rambut Kayron. "Tante masuk ke dalam dulu, ya."

"Kalau kalian mau jalan-jalan keluar juga tidak apa silakan," kata Resky sambil pergi mengikuti Ratna. "Besok kan libur."

Selagi melihat orang tua masuk ke dalam rumah ia pun mengatakan sesuatu kepada Kayron, "Jadi mau ke mana?"

"Kamu mengajakku pergi? Tidak Mik aku mengantuk!"

"Siapa yang mau mengajakmu pergi?" kata Mika terdengar bingung. "Aku hanya tanya kamu mau tidur di mana?"

"Oh, kalau di atas bagaimana?" jawab Kayron sambil menatap balkon rumah dari halaman. Namun Mika malah berjalan menuju teras. "Nyet kok aku malah ditinggal."

"Sudah ikut saja," jawab Mika tanpa menatap Kayron dan terus berjalan hingga masuk ke dalam rumah.

Setelah mengantar Kayron ke kamar di lantai dua Mika kembali turun untuk berganti pakaian santai di kamarnya. Setelah itu ia pergi ke dapur membuatkan sesuatu untuk dibawa ke kamar Kayron.

Saat Kayron keluar dari kamar mandi, ia mendengar ada suara mengetuk puntu kamar. Ia pun membukanya, menjumpai Mika dengan membawa dua cangkir cokelat panas ditambah senyum manis sang pembawa. Ia mempersilakan Mika masuk ke dalam sambil meraih secangkir ditangan.

"Tadi Mama membuat cokelat panas terlalu banyak jadi sisanya untuk kita," dustanya. Mika duduk di atas tempat tidur. "Kamu minum dulu kemudian segera pergi tidur."

Kayron mengangguk.

"Aku tidak akan pergi sebelum kamu menghabiskan cokelat panas itu dan benar-benar tertidur," kata Mika serius kemudian meminum cokelat panasnya sendiri. "Aku akan pergi ke MMY sebentar untuk mengurus sesuatu."

"Mengurus apa? Ini sudah hampir tengah malam," kata Kayron setengah heran. "Lagi pula memang ada yang berjaga di sana?"

"Gajiku di potong. Mas Farid sudah di sana." Mika meletakkan cangkirmya yang setengah kosong di atas nakas, sedangkan Kayron masih berdiri di samping meja rias. "Aku harus mengurusnya sebelum tengah malam atau gajiku akan benar-benar dipotong."

"Kenapa gajimu di potong? Apakah potonganya banyak?"

"Kalau kamu ingin tahu ikut saja," kata Mika sambil berdiri, berjalan beberapa langah mendekat ke arah Kayron. "Sini cangkirnya. Kamu tidak perlu ikut dan cepat tidur." Ia meraih cangkir Kayron yang hampir habis kemudian mengacak rambut Kayron dengan gemas.

Sebelum akhirnya Mika pergi mengambil cangkirnya di atas nakas, Kayron pun berkata, "Aku ikut."

Mika pun berbalik setelah mengambil cangkirnya. "Katanya kamu mengantuk. Aku cuma sebentar."

"Tapi ingin ikut, Nyet."

"Iya," kata Mika kembali duduk meletakkan dua cangkir itu di atas nakas dan mengambil ponselnya di saku celana. Kembali duduk di atas tempat tidur.

Kayron hanya memperhatikan apa yang Mika lakukan. Mika sibuk dengan ponselnya beberapa saat kemudian ia mendekatkan ponselnya ke telinga. Ruangan terasa lengang selagi menunggu balasan telepon.

"Hallo pak Bandio selamat malam, maaf ganggu malam bapak," kata Mika. "Saya bisa minta tolong tidak, pak?... iya, tolong siapkan mobil saya yang warna merah ada di garasi rumah sebelah timur... iya Pak saya ada urusan sebentar di kota... tidak perlu Pak, biar saya yang menyetir, bapak hanya perlu menyiapkan saja... Baik Pak terima kasih maaf merepotkan Bapak malam-malam seperti ini... Mari."

Setelah Mika mengakhiri teleponnya ia langsung melontarkan pertanyaan kepadanya. "Kamu telepon siapa? Kenapa harus pakai mobil memang motor kamu kenapa? Tapi... sebentar, mobil kamu kok berubah jadi merah satahuku warnanya hitam."

"Tunggu kabar dari pak Bandio baru kita akan pergi." Mika meletakkan  ponselnya di atas tempat tidur lalu menyambar dua cangkir itu dan hendak keluar kamar. "Aku ke dapur dulu, kemudian aku ambilkan jaket untuk kamu. Sebentar."

"Eh tapi pertanyaanku?" tanya Kayron kesal . "Kamu mengabaikan pertanyaanku!"

"Tidak penting untuk aku jawab." Mika langsung menghilang dari ambang pintu. Kayron berdecak.

Selagi menunghu Mika, Kayron tidak tahu hendak berbuat apa. Jadi ia pun mencoba mengambil ponsel Mika di atas tempat tidur. Tertera kata sandi yang harus diisi ia pun iseng dengan mengisi tanggal lahirnya dan ternyata benar. Tanpa banyak bepikir ia membuka album foto, ia tak banyak menjumpai foto bergambar Mika melainkan foto bergambar dirinya.

"Buat apa Mika koleksi foto-fotoku," umpatnya. "Dan ini tangkap layar pula dari IG."

"Buat apa juga kamu ingin tahu itu," sahut Mika yang sudah berdiri diambang pintu. "Mobil sudah di depan." Ia melemparkan jaket kepada Kayron. "Pakai ini jangan lama-lama. Mana ponselku." Ia menyambar ponselnya dan turun.

***

MOBIL merah berhenti di depan salah satu  mini market yang buka dua puluh empat jam. Tempatnya yang sepi namun cahaya yang cukup menyilaukan dari dalam sana. Terlihat hanya ada tiga pegawai yang bertugas dibalik kaca cendela. Dua di balik meja kasir dan yang satunya berkeliling menata barang di rak.

Setelah Mika berhasil memakirkan mobilnya dengan benar, ia segera melepas sabuk pengamannya lalu menoleh ke Kayron yang sibuk dengan ponselnya.

"Mau ikut ke dalam atau tunggu di mobil?" tanya Mika setelah mematikan mesin. Kayron langsung mematikan ponselnya dan melepas sabuk pengaman. Mika pun turun dari mobil.

Sesampainya di dalam, Mika dan Kayron terpisah. Kayron datang ke deretan makanan dan minuman. Sedangkan Mika datang ke area sabun dan alat-alat mandi.

Kemudian saat di kasir Kayron membawa tiga makanan ringan serta dua kaleng minuman bersoda. Mika baru bergabung membawa sikat gigi dengan gagang berwarna kuning.

"Kuning?" kata Kayron mengerling. "Padahal kamu tidak suka warna kuning."

"Itukan buat kamu nanti di rumah. Mulutmu biar bersih," jawab Mika sinis. "Sudah Mas, ini semua berapa?" Ia langaung mengarahkan padangan ke arah penjaga kasir.

"Pulsanya sekalian Mas, atau mungkin rotinya lagi promo masa kadarluarsanya masih panjang karena masih baru," kata petugas sedangkan Mika hanya menggeleng. "Jadi cuma ini saja ya Mas. Saya hitung dulu."

"Tapi kalau Mas mau beli pacar saya juga tak apa," kata Mika melirik ke arah Kayron dan si petugas hanya tersenyum setengah terkejut.

"Mik, jangan bikin malu," bisik Kayron mencubit pinggul Mika.

Sambil mengusap pinggulnya karena cubitan dari Kayron, ia pun berkata kepada petugas kasir. "Jadi semua berapa Mas?"

"Semuanya tiga puluh delapan ribu sembilan ratus rupiah," jawab petugas setelah menghitung semua yang dibeli oleh Mika. Kemudian Mika mengeluarkan uang empat puluh ribu dari saku celananya. "Seratus rupiahnya boleh didonasikan."

"Nggak perlu Mas, saya langsung donasikan ke pacar saya yang ada di sebelah saya ini," kata Mika percaya diri, namun Kayron malah mencoba mencubit tetapi Mika berhasil mengelak. Sedangkan petugas kasih terlihat bingung.

Petugas hanya tersenyum, memberikan uang kembalian serta dua kantong barang yang di beli. Mika mengambil uang kembalian dan langsung pergi. Sedangkan Kayron mengambil katong keresek itu sambil mengucapkan terima kasih kepada petugas. Segera ia mengikuti Mika keluar.

Sesampainya di MMY Music School yang sepi hanya terdapat satu sepeda motor milik Farid terparkir di depan gedung. Setelah masuk mereka tidak menjumpai Farid di meja resepsionis.

"Lah, mana mas Farid?" tanya Kayron saat Mika sudah duduk di sofa.

"Dia sedang makan nasi goreng di ujung jalan," jawab Mika merebahkan kepalanya pada sandaran sambil menutup matanya.

"Kamu sudah kabari dia kalau kamu di sini," kata Kayron meletakkan kantong kresek yangvia bawa di atas meja sambil duduk di samping Mika. "Ini sudah lewat tengah malam, loh."

"Santai saja semua sudah diurus, gajiku tidak akan dipotong." Mika menegakkan kepalanya. "Tadi kamu beli dua kaleng soda kan? Aku minta satu." Hampir saja tangannya menyentuh kantong kresek itu namun Kayron sudah menangkis tangan Mika dengan kasar.

"Enak saja! Kan aku yang beli," protes Kayron. "Kalau kamu mau minum itu ambil di lemari es." Kayron menunjuk ke arah lemari es yang diri di sofa.

Mika masuk ke dalam menuju ke studio dua tanpa banyak bicara.

"Mulai drama," kata Kayron mengambil dua kaleng minuman soda, meletakkan di meja dan membuka salah satunya. "Mika cepat kembali, sudah jangan drama!"

Tiba-tiba lampu padam. Seseorang berbaju putih berdiri di pintu masuk. Sekitar setengah menit kemudian lampu menyala kembali dan seseorang berbaju putih itu menghilang dari ambang pintu. Seketika itu hati Kayron berdetak dengan kencang. Ia teringat pada saat melihat manusia berbaju putih di gudang belakang sekolah. Saat itu sedang bersama Mika namun saat ini ia Duduk sendiri dengan ruangan yang sepi. "Mika, where the hell are you?! Don't freaking me out!"

Kemudian Mika kembali dengan membawa gitar di tangan. Merasa heran ekspresi Kyron yang ketakutan setengah kesal. "What? What wrong?"

"Are you kidding me. it's not funny," kata Kayron sebal meletakkan kaleng sodanya dengan kasar ke atas meja.

"Kay, What happened?" kata Mika meletakkan gitar di sofa lalu duduk di samping Kayron. "I dont know what you mean. Okay, Tell me why you are so scared!"

Kayron menatap Mika kesal. "I hate you," umpatnya kesal.

"Oh." Mika terdiam sejenak. "Because the lights are suddenly extinguished, and you accuse me of it?" Mika mengambil gitarnya. "I know because you're afraid for sure."

"Hello, kalian dari planet mana? Bicara yang aku paham." Suara laki-laki datang melalui pintu masuk. Dan laki-laki itu adalah Farid. "Maaf, ada sedikit masalah dengan instalasi listrinya, besok akan diperbaiki."

"Apakah mas Farid yang berdiri di depan sana tadi saat listrik padam?" tanya Kayron kepada Farid. Karena Farid mengenakan baju berwarna putih pula.

"Yah, setelah tahu listrik padam aku kembali keluar untuk memeriksa kotak listriknya."

"Kamu takut seseorang berbaju putih? Lagi!" bisik Mika. "Oke, aku tahu sekarang."

"Kamu mau bermain gitar?" tanya Farid.

"Yah, aku akan memainkan gitar." Mika memetik gitarnya. "Dan judul lagunya adalah Gitar dari Ify Alyssa."

Mika memainkan nada-nada awalnya dengan begitu sempurna. Mendinginkan suasana hati Kayron yang baru saja terguncang hebat karena listrik padam. Tak perlu lama menunggu Mika menyelesaikan nada pertamanya, ia pun memulai bernyanyi pada malam yang sunyi walaupun jemarinya menari-nari sembari memetik gitar suaranya pun membuat semuanya terasa lebih tenang dan terasa lembut.

Mungkin hanya bintang yang tahu kemana kita melangkah
Jangan tanya hujan yang tak tahu kemana arahnya
Terjebakku di dalam rasa

Memandangmu dalam khayalku
Bagai petikan gitar yang syahdu
Seolah kuterbuai asa hatiku masih untukmu kasih
Semoga kau pun begitu

Terjebakku di dalam rasa
Memandangmu dalam khayalku
Bagai petikan gitar yang syahdu
Seolah ku terbuai asa hatiku masih untukmu kasih
Semoga kau pun begitu

Bila semesta tak ingin kita bersama lagi
Kunikmati kisah lama kita
Bagai petikan gitar yang syahdu
Seolah ku terbuai asa hatiku masih untukmu kasih
Semoga kau pun begitu

Ia pun mengakhiri lagunya dengan menyisakan euforia ketenangan hati yang tidak ada habisnya bagi Kayron. Namun kemudian ia teringat pada kejadian di meja makan tadi saat orang tuanya akan memisahkan mereka.

"Setelah aku mendegarkan lagu yang kamu bawakan, aku teringat akan satu hal." Kayron terdiam sejenak kemudian melanjutkan saat Farid masuk ke dalam ruangan di depan meja resepsionis. "Bagaimana saat hari itu tiba? Apakah kamu yakin jika kita sanggup menghadapi perpisahan itu."

"Apakah lagu itu membuatmu sedih?" tanya Mika. "Aku hanya ingin membuatmu tenang agar kamu tidak ketakutan lagi."

"Iya kamu berhasil akan itu... tapi?" kata Kayron bingung menata kalimat di kepalanya. "Aku tak ingin hari itu terjadi."

"Okay, Kayron lihat aku," kata Mika meletakkan gitarnya di atas meja. Kayron pun menata duduknya menghadap ke Mika. Mata mereka saling bertemu.

Mika menarik napas panjang. Kemudian mengembuskan sekali waktu. "Jika memang hari itu terjadi," katanya selagi tangannya mencari untuk memegang tangan Kayron. "Di saat tubuh kita sudah tak berdaya lagi. Sudah saatnya giliran hati yang bertindak untuk menentukan takdir berikutnya." Ia mengarahkan tangannya ke dadanya besama dengan jari Kayron yang terikat. "Bukan karena aku tidak mau memikirkan hari itu, tapi sekarang yang terpenting bagaimana kita untuk selalu bersama. Entah itu sekarang, besok, ataupun lusa. Aku dan kamu hanya dua jiwa yang kebingungan, takut menghadapi perpisahan yang tidak diinginkan namun harus dilakukan."

Kayron pun memberikan senyuman hanyak kepada Mika. Saat Farid kembali mereka buru-buru menata duduknya dan melepas genganggaman tangan. Agar Farid tidak mengira aneh-aneh kepada mereka berdua.

"Hem... semoga aku terbiasa dengan percitaan kalian," sindir Farid.

((BERSAMBUNG))

Aku bingung, ini sudah melebihi. Aku hanya bisa menawarkan kisah ini yang hampir berakhir. Aku tidak berharap kalian akan menyukainya sampai di akhir. Tapi aku akan terus mencobanya.

Semoga kalian suka dan memberikan Vote. Atau abaikan saja jika kalian tidak suka dan silakan tinggalkan komentar.


🎵🎵GOODBYE DAY - CHEN🎵🎵

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top