22. Khawatir, Hanya Kamu yang Mampu Menenangkan Hati
SIANG itu Kayron pulang ke rumah dengan tepat waktu, tanpa ada urusan lagi dengan OSIS. Ia menyapa Bundanya yang sedang mengepel di ruang tamu, sehingga ia harus menenteng sepatunya sampai ke rak sepatu di samping tangga menuju ke rooftop.
Tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung masuk ke dalam kamar melempar tas ranselnya di atas tempat tidur. Ia segera melemparkan tubuhnya di samping tasnya. Memejamkan mata sejenak, lalu kemudian tersadar akan sesuatu ia pun segera bangkit dari tidurnya dan langsung mencari ponselnya di dalam tas sekolahnya.
To : Nyet-nyet
[Aku mulai khawatir pertemuan makan malam keluarga kita akan lebih dari sekadar makan malam biasa.]
Setelah menekan tombol kirim, ia langsung berdiri dan mengambil pakaian bersih di lemari. Kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. Setelah selesai ia mendapati ponselnya yang menyala muncul notifikasi pesan masuk dari Mika.
From : Nyet-nyet
[Ya, positif.]
Namun Kayron tidak segera menjawabnya karena harus menjemur seragamnya di lantai rooftop rumahnya. Setelah kembali dari atap ia pun langsung menyambar ponselnya kembali.
To : Nyet-nyet
[Ya, aku sadar ketika kucoba mengingat. Keluargaku terlalu pendiam akhir-akhir ini.]
From : Nyet-nyet
[Iya.]
Kayron langsung meletakkan ponselnya di atas meja belajarnya selagi memindahkan tas sekolahnya di kursi. Tiba-tiba ponselnya menyala lagi. Dan mendapati pesan dari Mika.
From : Nyet-nyet
[Jika benar pertemuan ini membahas tentang kita, kamu siap menghadapinya? Mungkin ada hal sulit lagi.]
To : Nyet-nyet
[Cukup! Jangan membuatku gelisah]
Ia langasung meninggalkan ponselnya di atas meja dan beranjak pergi ke ruang makan untuk makan siang. Di sana sudah ada Tyas yang sedang merapikan meja.
"Mbak Tyas tidak kuliah hari ini?" tanya Kayron selagi duduk.
"Hari jumat hanya ada praktikum saja, tapi cuma sampai setengah hari," jawab Tyas mengambil piring kosong dan diberikan kepada Kayron. "Kamu mau makan kan?"
Kayron hanya mengangguk.
"Ambil nasi sendiri di dapur," pinta Tyas memberikan sendok nasi kepada Kayron.
Sebelum Kayron sempat berdiri Etik langsung mencegah agar Kayron tidak mengambil nasi sendiri. "Sini piring kamu Dek, Biar Bunda saja yang mengambilkan nasi," kata Etik mengambil piring Kayron dan sendok nasi.
Sejenak pikirannya kembali beranggapan mengenai makan malam keluarga, ingin hati memulai pembicaraan dengan Tyas namun urung karena terlalu ragu. Ia mengkhawatirkan atas hubungannya dengan Mika. Yang ia takutkan adalah orang tuanya memintanya untuk mengakhiri hubungan. Walaupun tidak ada sesuatu hal yang mengarah ke sana. Kayronpun menanam keyakinan bahwa pertemuan keluarga tidak mungkin membahas tentang itu. Akan tetapi tidak ada yang bisa membuktikan apakah benar terjadi jika itu belum terlewati.
Lamunannya langsung tersadar ketika Etik menepuk pundaknya. "Lauknya ambil sendiri yah, bunda mau angkat jemuran di atap," kata Etik mengusap ramput Kayron. "Neng, sok atuh bantuin Bunda angkat jemuran."
"Baik Bunda," kata Tyas bersemangat. "Memang cucian hari ini banyak ya, Bun?"
"Iya Neng lumayan banyak," kata Etik sambil berlalu, diikuti Tyas di belakangnnya.
Lain pula dengan Kayron yang makan dalam diam sambil pikirannya berlarian kemana-mana. Kembali mengira-ngira tentang makan malam keluarga besok malam di rumah Mika. Ia hampir tidak menyadari Billy yang juga ikut makan siang di meja makan dengan masih menggunakan baju kerja.
"Bang, ganti baju dulu," kata Kayron tenang. "Atau mungkin cuci kaki, cuci tangan biar setannya tidak masuk ke makanan."
"Jangan bawel," kata Billy pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan mencuci tangan kemudian kembali dengan nasi sudah berada di atas piringnya. "Tadi di sekolah lo tidak bertemu dengan Mika?"
"Iya bertemu, ada apa?" Tanya Kayron.
"Apakah dia menyinggung tentang makan malam di rumahnya?"
"Ya, katanya orang tuanya sudah siap-siap sekarang."
Billy mengaggukan kepala dan segera menyantap makanan setelah memindahkan lauk ke dalam piring makan. Dan Kayron pun juga melanjutkan makanannya yang hampir selesai. Mereka pun makan dalam diam.
***
SABTU sekitar pukul lima sore. Kayron sudah siap berpakaian rapi kemeja abu-abu dan celana jogger pants berwarna krim tak lupa boat shoes berwarna coklat muda menutupi kakinya. Sambil menunggu seluruh anggota keluarganya siap, ia duduk di ruang tengah dengan televisi yang menampilkan musik-musik video.
Sambil menikmati musik yang menggoda telinganya Kayron mencoba mengirim pesan kepada Mika. Hanya untuk menenangkan diri sebelum apa yang dia khawatirkan itu terjadi.
To : Nyet-nyet
[Kamu tahu mungkin tadi di sekolah aku seperti apa? Dan sampai sekarang aku bingung harus bagaimana.]
Saat itu Mika sedang sangat sibuk di halaman belakang menyiapkan acara makan malam. Atas usulan dirinya makan malam diadakan di halaman belakang di samping kolam renang yang sudah dihias dengan lilin yang diapungkan di permukaan kolam.
To : Kayron
[Iya, tunggu saja.]
Setelah menekan tombol kirim, ia segera bersiap diri. Karena ia telah menjumpai Mamanya yang sudah merias dirinya dengan dress hitam yang panjang sampai menutupi kakinya. Disebelah wanita itu sudah ada Resky yang siap dengan kemeja putih dan celana kanfas berwarna hitam serta the derby shoes berwarna biru padam. Pemandangan itu membuat Mika meninggalkan halaman belakang menuju kamarnya.
Seluruh anggota keluarga telah bersiap di ruang tengah kecuali Tyas yang masih di dalam kamarnya. Kayron masih saja merasa gelisah karena balasan pesan Mika sama sekali tidak membuatnya tenang.
"Si Eneng mana?" kata Kuncoro sambil memakai sepatu. "Ini sudah pukul enam tapi si Eneng belum keluar juga."
"Biar Billy yang tangani," sahut Billy beranjak pergi menuju ke kamar Tyas.
"Rumah Mika di mana Dek, Ayah lupa?" tanta Kuncoro kepada Kayron yang berusaha menikmati musik dari saluran televisi.
"Perumahan Albilion jalan Delima nomor tujuh," jawab Kayron. "Kay pernah ke sana. Nanti biar Kay yang arahkan saja"
Saat itu Tyas dan Billy datang ke ruang tengah dengan saling ejek satu sama lain.
"Maaf ya Bang, aku ini cewek pasti butuh banyak waktu untuk merias diri," protes Tyas kepada Billy selagi merapikan bibirnya dengan berkaca pada layar ponsel.
"Bunda saja tidak lama merias diri, itu memang kamu saja yang berlebihan," bantah Billy. "Kita hanya makan malam ya, bukan pesta atau semacamnya."
"Sudah, kita sudah telat ini akan ke rumah orang tuanya Mika," kata Kuncoro melerai. "Kunci mobil sudah kamu ambil Bil?"
"Apa!" kata Tyas terkejut. "Bang Billy yang bawa mobil? Yah, kumohon jangan bang Billy. Kenapa gak Ayah aja sih?"
Kayron saat itu hanya bisa diam tidak tahu mau menyahuti apa. Begitu pula Etik yang sibuk memperhatikan sepatu yang ia pakai.
"Sebenarnya Ayah juga tak percaya bahwa Billy yang harus menyetirnya, tapi tak apa."
"Caranya mendapatkan SIM sungguh keberuntungan yang besar." Tyas menghela napas. "Tuhan jangan ambil nyawaku karena kecorobohan Kakakku ini. Aku masih ingin bertemu dengan mertuanya Kayron."
***
SELAMA perjalanan menuju rumah Mika. Kayron duduk di dekat jendela di belakang kursi kemudi, ia bahkan cenderung bingung harus menata mukanya menggabungkan kejadian yang berlalu dan keadaannya akan ada pertemuan dua kelurga sekarang. Walapun rasa khawatir menggangg, ia tetap bisa mengarahkan Billy menyusuri jalan menuju rumah Mika. Billy sering kesal karena Kayron kurang fokus.
Sampai di depan rumah Mika, jatumgnya memompa keras. Napasnya tertahan. Kepanikan, cemas, dan bingung bercampur. Kepalanya terasa berdenyut.
Keluarga Kayron disambut hangat oleh keluarga Mika di beranda. Karena acara akan dilaksanakan di halaman belakang mereka langsung mempersilakan masuk keluarga Kayron untuk ke halaman belakang.
Makan malam berjalan dengan canda-tawa yang ringan. Saat piring makan mulai kosong dan Mika sudah selesai makan ia berbisik kepada Kayron yang duduk di sebelahnya.
"Kurasa semua tidak sesuai yang kamu khawatirkan," bisik Mika.
"Iya," kata Kayron mengangguk.
"Ikut aku," bisik Mika tegas.
"Nyet, tapi bagaimana?" bisik Kayron. "Tidak mungkin kita meninggalkan meja makan dengan keadaan seperti ini."
"Saya mau ke kamar mandi, ada yang mau ikut," ucap Mika cukup lantang. "Saya akan tunjukan."
Semua yang mengitari meja makan mewah itu sontak mengarah ke arah Mika. Karena tak ada semua hanya diam ia pun menendang kaki Kayron.
Auh, lirih Kayron sambil melirik Mika tegas.
"Ayo," kata Mika.
"Oh!" Kayron terdiam sejenak, tenggorokannya terasa kering lalu ia berbicara dengan lantang. "Aku ikut, Mik."
Mika pun berdiri diikuti Kayron, saat itu Tyas langsung bedeham dan Billy melirik Kayron dengan tatapan mengejek. Berbeda dengan Resky ia malah memanggil Mika sebelum akhirnya meninggalkan meja.
"Papa boleh minta tolong?" kata Resky kepada Mika yang langsung mengangguk. "Tolong periksa Macbook papa di meja kerja apakah sudah mati, jika belum tolong matikan."
"Siap Pa!" Mika langsung pergi sedangkan Kayron berjalan dibelakangnya sambil menunduk karena tidak ingin di lihat oleh keluarganya.
Mika dan Kayron masuk ke rumah. Mika langsung mengajak ke lantai dua. Berdiri tepat di depan ruang kerja Resky. Ia meminta Kayron menunggu sedangkan ia masuk untuk memeriksa Macbook milik Resky.
Selagi menunggu Mika dari luar ia melihat-lihat ke segala arah. Ada satu ruangan di samping tempat cuci-strika, dengan pintu berwarna putih yang paling membuatnya penasaran. Langkahnya pun mendekat ke pintu itu baru dan beberapa langkah ia sudah terhenti karena Mika memanggilnya.
"Kay," panggil Kayron. "Mau ke mana?"
"Eh tidak." Kayron berputar arah menghadap Mika dan berjalan mendekat. "Jadi kamu mau ajak aku ke mana?"
Mika langsung menunjuk pintu putih itu dengan dagunya. "Aku mau ajak kamu masuk ke ruangan itu."
"Ah, ada apa di sana? Kamar kamu? Tadi aku merasakan ada magnet di dalamnya," kata Kyron menatap pintu itu.
Mika pun memegang tangan Kayron dan menggandengan sampai masuk ke ruagan yang dimaksud. Kayron tercengang melihat ruangan serba putih itu hanya saja grand-piano ditengah ruangan berwarna hitan legam.
"Aku pernah bilang ruangan ini seperti studio musik."
"Kalau seseoranv bermain di sini pasti terdengar sampai bawah? Gak ada peredam suaranya"
Mika menggeleng. "Gak tahu?"
Kayron melepas gandengan tangannya. Berjalan menuju meja kayu berwarna putih yang di atasmya terdapat beberapa pigura di sana.
Mika langsung berkata sebelun Kayron sempat bertanya. "Itu foto aku dan Almarhum Papa. Aku menemukan di meja kerjanya kemarin."
"Ini foto kamu umur berapa?" tanya Kayron.
"Lima belas tahun, belum lama."
"Terima kasih sudah tunjukan akau almarhum Papa kamu yang selama ini membuatku penasaran. Maaf kalau ini membuatmu sedih."
"Tak apa," kata Mika menghampiri Kayron. "Setidaknya gara-gara hubungan kita selama ini aku merasakan punya keluarga yang seutuhnya."
"Aku boleh tanya sesuatu?" kata Kayron lagu.
Mika hanya mengangkat alisnya dan memegang pigora itu.
"Kamu sudah menerima kehadiran om Resky?"
"Sejak kamu bilang Jumat lalu di kantin, aku jadi memikirkannya."
"Tapi kamu tadi sudah memanggilnya Papa."
"Iya, kemarin. Papa mungkin bahagia saat aku bertanya apakah boleh memanggilnya Papa."
"Walaupun dia buka Papa biologismu tapi dia tetap Papa kamu. Oke." Kayron memegang lengan Mika. Kemudian ponselnya berbunyi karena ada pesan masuk. Buru-buru ia melepas dan mengmbil ponselnya di saku.
From : Bang Billy
[Woy, apa yang lo lakukan di kamar mandi lama benar. Ayah ingin bicara dengan kalian berdua. Cepat kembali.]
"Ayah ingin ngomong sesuatu ke kita?" kata Kayron gemetar. "Kira-kira mau ngomong apa yah?"
"Kita akan tahu," jawab Mika berusaha menenangkan. "Ayo turun."
((BERSAMBUNG))
Satu kata untuk chaptet ini
....
Fair
Lamongan, 2 Feb 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top