20. Awal, Arah Menuju Akhir
HARI semakin malam, tidak tadi pastinya pukul berapa Kayron dan Reno tiba di depan rumah Mika sesuai dengan yang diinformasikan oleh laman sekolah. Perumahan Abilion memang identik dengan rumah berukuran besar, halaman depan yang luas serta pagar yang menjulang tinggi. Di depan rumah Mika terparkir mobil-mobil bermerek terkenal di halaman rumah yang luas. Terlihat seperti banyak orang di dalam rumah, dan mobil-mobil ini milik para tamu.
Kayron berusaha menghubungi Mika sebelum akhirnya berniat masuk ke dalam rumah tersebut. Namun tetap nomor Mika tidak aktif, di luar jangkauan. Reno acap kali menguap karena mengantuk dan sedikit bosan duduk di atas sepeda motor menunggu kepastian yang tidak pasti dari Kayron.
"Mungkin Mika lagi sibuk di dalam sampai lupa kalau ponselnya mati," kata Reno kemudian menguap kembali dan mengusap tengkunya yang dingin.
"Mungkin, tapi Mika tadi tidak bilang apa-apa kalau di rumahnya ada acara seperti ini."
"Yasudah kita pulang saja gua sudah ngantuk berat nih, lagipula nih sejak kapan Mika suka cerita-cerita dia kan cuek orangnya."
"Yah juga sih, tapi bentar aku masih ingin bertemu dengan Mika. Kamu tahu, dia pernah berjanji akan selalu ada disampingku tapi sekarang malah menghilang tanpa kabar, dihubungi tapi tidak bisa dan parahnya dia mengikari janjinya disaat aku membutuhkannya sekarang."
"Mau apa sih lo Kay?" titah Reno, mengusap matanya yeng perih karena kantuknya.
"Pukulin Mika sampai dia kapok dan meminta pertanggungjawaban darinya."
"Pertanggungjawaban? Lo hamil Kay?" tanya Reno dengan sedikit terkejut.
"Apaan sih Ren. Serius." Kayron langsung memukul punggung Reno dengan telapak tangan sampao Reno melirih kesakitan. "Gara-gara dia gua sampai diusir dari rumah."
"itu juga salah lo, sudah tahu Mika itu cowok masih saja lo pacarin. Yasudah lo masuk saja sana," pinta Reno sedikit kesal.
Karon diam sejenak. "Tapi gua tidak yakin Mika ada di dalam, karena Mika tidak seberapa akrab dengan keluarganya. Pasti kalau ramai seperti ini Mika keluar rumah," kata Kayron menebak-nebak.
"Terus kita kenapa dari tadi di sini?" Reno langsung menengok ke belakang menatap Kayron kesal.
"Aku punya maksud lain kalau Mika tidak ada di rumah. Lo bantuin gua yah?" pinta Kayron memohon.
"Gua sudah terperangkap di sini, membantu makhluk yang mencari pacarnya yang menghilang entah ke mana. Secara tidak langsung selama ini gua sudah bantuin lo. Ditambah kalau jadi lo gua juga beri tempat menginap di rumah gua."
"Terimakasih Reno." Kayron langsung memeluk Reno dengan bahagia. "Lo sahabat gua paling jempolan deh pokoknya."
"Woi, peluk-peluk segala. Gua bukan Mika!" protes Reno, berusaha melepas pelukan Kayron yang begitu erat.
"Maaf, nanti lo gua bantu mengerjakan tugas sekolah deh. Lo pasti belum ngerjakan soal-soal Fisika!"
"Yah itu pasti wajib dan harus sebagai bayaran lo menginap di rumah gua. Kalau lo mau, besok sekolah pakai seragam sekolah gua yang satunya saja, gua punya dua."
"Okey, tapi lihat besok gua enaknya bagaimana. Mungkin nanti setelah Mika sudah ada kabar."
"Terus sampai kapan kita di sini?" protes Reno kembali.
"Sampai semua tamu-tamu di rumah Mika pulang. Tidak lucu kita merusak acara orang lain dengan kehadiran kita sebagai tamu tak diundang." Kayron menatap pagar rumah itu yang menjulang tinggi. "Kalau ada Mika yah gua beruntung kalau tidak gua ingin bicara dengan keluarganya saja."
"Serius lo ingin bicara dengan keluarganya Mika."
"Iya, mungkin nasib Mika sama seperti gua. Tapi, kalau bisa dirubah kenapa tidak siapa tahu orangtua Mika bersedia hadir besok di ruang BK."
"Terus orangtua lo bagaimana? Lagipula nasib lo ada di tangan gua. Kalau saja gua tidak bantuin lo sekarang mungkin lo sudah tidur di jalanan jadi gelandangan."
"Urusan orangtua gua... gua sendiri tidak tahu apa yang harus gua lakukan, yang terpenting orangtua Mika bersedia hadir dulu."
"Terserah lo." Reno langsung merebahkan kepalanya pada stir sepeda motornya.
***
PAGINYA Kayron terpaksa harus berangkat ke sekolah karena paksaan dari Reno. Semalaman Kayron tidak bisa tidur karena memikirkan keberadaan Mika dan dirinya kedepannya, baginya tidak mungkin terus-menerus tinggal di tempat Reno.
Di sekolah, sama seperti biasa walaupun rasa gelisah kian membelenggu. Apalagi saat seorang guru masuk ke dalam ruang kelas walaupun bukan guru BK tapi Kayron masih tetap merasa gelisah. Hingga pada jam istirahat mendekati pukul sepuluh, Kayron berharap bahwa orangtuanya akan menghadiri surat panggilan. Hopeless, batinnya.
"Kay, kantin yuk," ajak Reno saat Kayron berusaha menghubungi Mika lagi. "Gua bayarin deh."
"Gua juga lah!" sahut Bayu.
"Lo tuh seharusnya sadar temen lo ini sedang banyak masalah," ujar Reno kepada Bayu.
"Yah deh nanti patungan sama gua buat bayarin makan dan minumnya Kayron."
"Eh, terima kasih kalian sudah baik sama gua, tapi maaf gua tidak ingin makan kali ini. Aku ingin Mika." Kayron langsung berdiri
"Kamu ingin makan Mika?" kara Reno.
Kayron mengabaikan, dia beranjak pergi meninggalkan kelas menuju ke kelas Mika, 11-IPS-2. Sampai di depan pintu ruang kelas 11-IPS-2, Kayron langsung di sambut oleh Galeh yang kebetulan hendak keluar kelas bersama Gideon, Ichal dan Reyhan.
"Eh lo Kay," sapa Galeh. "Lo pasti cariin Mika yah?"
Kayron mengagguk.
"Tasnya ada di kelas tapi sejak pagi dia gak masuk, tidak tahu tuh anak ke mana. Kemarin juga tidak ikut latihan band."
"Jadi Mika sekolah pagi ini?" tanya Kayron mengulang.
"Mungkin tapi dia tidak masuk kelas, yang sekolah hanya tasnya saja," jawab Galeh.
"Coba lo cari di basecamp olahraga siapa tahu ada di sana itu anak," sahut Reyhan mengusulkan.
Galeh, Reyhan, Gideon dan Ichal berlalu meninggalkan Kayron yang masih terpaku. Ingin hati mencari Mika di basecamp olahraga. Sekilas dibenaknya, ia lebih tertarik menuju ke atap sekolah. Niatnya sekadar mendinginkan suasana bersembunyi dari kenyataan yang begitu sulit dilaluinya.
Kayron langsung berlari ke tangga menuju ke lantai dua sekolah di mana Mika pernah mengajaknya dulu. Sampai di depan tangga kayu menuju ke atap Kayron terdiam sejenak. Dia tampak ragu namun tekadnya untuk naik ke atas. Kedatipun demikian akhirnya ia sampai ke atap.
Ternyata, dia di sana tidak sendiri ada seorang laki-laki duduk bersila di lantai. Pandangan lelaki itu kosong. Wajahnya terlihat kusam dan seragam sekolahnya terlihat lusuh.
"Mika?" kata Kayron setengah terkejut.
Laki-laki itu tersentaj dan segera menengok ke arah Kayron. Dan benar adanya bahwa dia adalah Mika. Ia langsung berdiri lalu berlari dan merengkuh Kayron dalam pelukan hangat, sedangkan Kayron masih tercengang tak menyangka akan menemukan Mika di tempat di mana mereka meresmikan hubungan.
"Kamu kenapa di sini?" tanya Kayron dengan ekspresi kesalnya, berusaha keluar dari pelukan hangat yang diberikan Mika.
"Kamu sendiri kenapa di sini?" tanya Mika balik, mengernyit.
"Seharian tanpa kabar dihubungin tidak bisa!" Kayron langsung medonorong bahu Mika. "Mana katanya kamu akan berada di sisiku tapi apa! Kamu malah tanpa kabar, dihubungi tidak bisa."
"Maaf Kay ponselku seharian mati."
"Terus kamu tidak ada usaha gitu untuk memberiku sedikit kabar, minimal posisi keberadaanmu. Kucari kamu ke MMY terus ke rumah kamu, juga gak ada."
"Kamu ke rumah?"
"Itu tidak ada hubungannya dengan semua ini." Kayron lagi-lagi mendorong bahu Mika. "Yang terpenting mana janjimu yang dulu. Katanya selalu ada di sampingku, tapi malah hilang tanpa kabar di saat aku benar-benar membutuhkan kamu."
Kayron mengambil jeda untuk bernapas
"Mika, kamu tahu semalam aku diusir dari rumah, aku berjalan sampai ke MMY tapi kamu tidak ada di sana. Beruntung Reno masih mau membantuku untuk mengantarkan ke rumah kamu. Dan lebih kecewanya lagi kamu tidak ada di sana, Aku hampir saja diusir oleh Mama kamu namun akhirnya berkat om Resky aku bisa masuk."
"Kamu bicara apa aja ke mereka?" tanya Mika maju satuh langakh mendekat.
"Mika!" Kayron menatap Mika dengan serius. "Beri aku penjelasan Mika dengan semua ini."
"Beri tahu aku apa yang kamu biacarakan dengan mereka." Mika malah memendang dengan serius dan meremas lengan atas Kayron dengan begitu erat.
"Mika hentikan kamu kenapa sih?" kata Kayron sambil melirih kesakitan. "Orangtuamu sudah berjanji kepadaku akan datang menghadiri surat panggilan itu."
"Itu tidak mungkin, mereka pasti mengingkari." Mika melepas remasannya dan berjalan menjauhi Kayron.
"Tapi mereka sudah berjanji, Mik," sanggah Kayron. "Aku yakin orangtuamu pasti datang."
"Kamu tahu apa soal mereka, Ha!" bentak Mika sambil mentap Kayron tajam.
"Seharunya kamu masih bisa bersyukur karena masih ada harapan, sedangkan aku? Sudah tidak bisa diterima lagi dari rumah. Aku akan jadi gelandangan," kata Kayron lemah. "Kamu tidak akan keluar dari sekolah ini percaya padaku."
"Ya, aku sekolah di sini atas keinginan dari Papa, kalau saja aku keluar dari sini..." Mika tidak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya. "Aku mungkin akan pindah ke sekolah elite di luar kota."
"Lihat saja nanti orangtua kamu akan datang menghadiri surat panggilan itu." Kayron terdiam sejenak karena ponselnya bergetar dan ia segera membukanya. Mendapati pesan yang di kirim oleh Reno.
From : Reno (IPA 4)
[Gw gak peduli lo di mana sekarang, gw saranin lo buruan ke ruang BK sebelum semuanya berubah.]
Pesan kedua berbunyi,
[Bagaimana dengan Mika, lo sudah bertemu dengannya? Jika sudah ajaklah Mika ke sana juga.]
"Kata Reno kita sebaiknya ke ruang BK," kata Kayron menyerahkan ponselnya kepada Mika. "Kenapa aku deg-degan ya?"
"Perasaan kamu mungkin?" sahut Mika. "Tapi sekarang sudah jam sepuluh."
"Lebih lima menit," koreksi Kayron.
Mereka pun turun dan menuju ke ruang BK. Sampai di sana mereka terkejut melihat dua sosok pria yang duduk pada sofa ruang tamu. Kedua pria itu adalah Resky dan Kuncoro.
"Ayah!" sapa Kayron setengah terkejut.
"Om Resky kenapa ke sini?" tanya Mika setengah kecewa.
Kuncoro hanya mengaggukan kepala. Namun, Resky menjawab, "Om diminta datang sama Mama kamu."
"Mama ke mana?" tanya Mika segera.
"Ke Bandung, semalam Kayron datang ke rumah, Mama kamu langsung cari tiket ke Bandung untuk mencari bu Tatik yang dulu mengasuh kamu semasa kecil."
Mika langsung mengernyit, menatap Kayron setengah bertanya-tanya. Namun, Kayron bergidik. Mika memutar bola matanya.
"Yasudah Bapak-bapak mari masuk ke dalam. Mika sama Kayron tunggu di sini saja."
Mika dan Kayron langsung mengagguk. Dan segera duduk di sofa selagi Kuncoro, Resky dan Mei masuk ke dalam ruangan khusus. Bilik hitam, tempat yang dulu Mika dan Kayron masuki.
Ruang BK lengang sejenak. Kayron setegah bertanya-tanya dengan kehadiran Kuncoro. Dia juga masih setengah kesal dengan Mika. Dengan perasaan bercampur itu Mika memegang tangannya, lelaki yang duduk di sebelahnya itu terlihat lebih tenang.
"Jadi kemarin kamu ke rumah? Sama siapa? Maksud aku tahu dari siapa alamat ruamahku?" tanya Mika.
"Kamu kan yang dulu memberitahu bahwa di laman sekolah, data semua siswa ada di sana," kata Kayron tangannya mulai berkeringat karena tangan Mika.
"Jadi?" Mika semakin penasaran. Dengan tatapan datarnya.
"Yah gitu deh, aku ceritakan semuanya mengenai masa lalu kamu," kata Kayron sedikit menjauh karena posisi Mika terlalu dekat dengannya. "Semua yang pernah kamu ceritakan kepadaku dan semua yang telah aku tangkap saat dekat dengan kamu. Aku sangat yakin mereka tidak tahu soal ini. Kamu pernah bilang bahwa aku orang satu-satunya yang mengetahui masa lalumu."
"Tapi aku masih tidak percaya bahwa Mamaku bisa melunak dengan kamu," kata Mika merebahkan punggungnya pada sandaran sofa yang empuk. "Walaupun kamu tahu aku sudah sangat kecewa pada kenyataan kalau Mama memang mengharapkan Papa meninggal."
"Kalau menurut pandanganku, Mama kamu bukan mengharapkan Papa kamu meninggal. Hanya saja dia tidak mengetahui kalau Papa kamu itu sedang sakit." Kayron menoleh ke arah Mika yang menegadah sambil memejamkan mata. "Kemarin dia cerita begitu.
Kayron melepaskan tangan Mika dan memindahkan tangan kecoklatan itu di paha Mika. "Jika saja memang benar Mama kamu ke Bandung hanya untuk menemui Bu Tatik, berarti dia berusaha mencari masa lalu kamu. Dia ingin membangun masa depan yang kamu harapkan. Cobalah berpikir positif. Buka pikiran kamu soal ini. Jangan batu."
"Kamu tidak tahu bagaimana kesalnya aku mendegar semua pengakuan dari Mama. Aku ragu kalau Om Resky datang kesi i karena permintaan dari Mama." Mika membuka matanya kembali bersamaan dengan seorang pria berkemeja merah dengan rambut kepala berwarna putih. Duduk di meja dengan tulisan Mirkandi. S.pd. "Kalau Ayah kamu kenapa bisa datang?"
"Yah begitulah, sejak tadi aku juga memikirkan itu," jawab Kayron. "Setiap kali aku mendapatkan jawaban setelah itu aku mulai ragu."
Lengang sejenak. Mika dan Kayron serasa telah habis berkata-kata lagi. Sejak tadi banyak cerita yang telah diceritakan sampai mereka bingung mana yang harus diceritakan lagi.
"Maaf yah kamu mencariku semalaman. Ponselku mati dan aku lupa tidak membawa charge. Semalam aku menginap di basecamp." Mika kahirnya memulai pembicaraan.
"Kamu belum ganti baju dari kemarin yah?"
Mika mengangguk.
"Bau!"
Sebelum Mika sempat merespon, tiba-tiba pria yang bernama Mirkandi itu bertanya kepadanya alih-alih ke Kayron. "Kalian berdua kenapa di sini?" Namun, sebelum Mika hendak menjawab Mirkandi sudah mengetahui jawabannya karena Mei berserta Kuncoro dan Resky keluar dari ruangan khusus. "Bu Mei, ini orangtuanya Mika dan Kayron?" tanya Mirkandi kepada Mei.
"Iya Pak," jawab Mei
Tanpa banyak bicara Kuncoro dan Resky menjabat tangan Mirkandi. Setelah itu mereka menuju ke sofa, di sana sudah ada Mika dan Kayron yang mengharapkan berita baik.
"Silakan duduk," kata Mirkandi duduk. "Saya kepala bidang bimbingan konseling."
Mei berpamitan untuk pergi meninggalkan ruangan.
"Mengenani Mika dan Kayron ini, mereka memang berprestasi di sekolah, menurut data dari walikelas mereka berdua selalu dapat ranking lima besar." Mirkandi memulai pembicaraan.
Kuncoro dan Resky mengaggukan kepala.
"Tapi sekolah juga merasa terkejut mendengar berita yang sudah tersebar di SMA Kalikuning Selatan ini. Sempat jadi bahan perbincangan gurung apakah mereka berdua harus keluar atau tidak. Sekolah tidak bisa menerbitkan surat DO."
"Terus untuk ke depannya ini bagaimana Pak? Apakah anak kami akan dikeluarkan. Jika menurut bu Mei tadi di dalam masih akan dipertimbangkan," tanya Resky mewakili Kuncoro.
"Iya, sekolah masih mempertimbangkan. Apakah nanti akan berdampak buruk atau tidak. Semoga tidak terjadi apa-apa. Karena hal ini bisa mencoreng nama baik sekolah karena jabatan Kayron yang menjadi ketua OSIS sangat memengaruhi juga."
"Apakah hanya itu saja Pak?" tanya Kuncoro. "Apa perlu surat pengunduran diri?"
Kayron terlihat cemas. Namun Mika cepat menggeleng saat Kayron melihat ke arahnya.
"Jangan buru-buru ambil keputusan pak," jawab Mirkandi. "Hanya ini yang bisa kami sampaikan, Pak. Mohon maaf selebihnya."
Semua orang mengaggukan kepala. Dengan bergelut dengan isi kepala mereka masing-masing. Hingga akhinya Rezky angkat bicara.
"Kalau begitu saya pamit dulu karena ada acara ke Surabaya," timpal Resky, berdiri sambil mengulurkan tangan.
Mirkandi juga ikut berdiri diikuti Kuncoro, Mika dan Kayron. Mirkandi mengantarkan sampai ke pintu ruangan lalu kembali lagi ke mejanya.
"Pak Kuncoro, mengenai Mika saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian ini," kata Resky mengulurkan tangan kepada Kuncoro.
"Tak apa namanya juga anak ABG," sahut Kuncoro menjabat tangan Resky dengan senyum lebarnya.
Mika dan Kayron hanya diam saja. Memperhatiakan kedua pria yang saling menjabat tangan. Kemudian kuncoro berbicara dengan Kayron.
"Kayron?" tanya Kuncoro.
"Iya, aku kemarin tidur di rumah Reno Yah, teman sekelas Kay," jawab Kayron ragu, pikirannya kembali teringat saat Kuncoro menyeretnya hingga keluar rumah.
"Ya, nanti pulanglah, Bunda semalaman menangis."
"Iya, Yah." Kayron mengangguk.
"Bagaimana kalau hari sabtu di rumah kami kita makan malam bersama? Bapak sekeluarga bisa datang ke rumah kami," kata Resky.
"Iya, bisa, kami sekeluarga akan datang," sahut Kuncoro. Sebelum ia pergi Kayron mencium tangannya. Kemudian Kuncoro pun pergi.
"Om boleh minta sesuatu?" tanya Mika sedikit ragu. "Aku lupa ambil uang di kartu ATM jadi tidak ada uang tunai di dompet. Semalam belum makan."
"Oh iya sebentar," kata Resky mengeluarkan dompetnya dari saku belakangnya, kemudian mengeluarkan tiga lembar uang bernominal Rp. 100.000. "Segini cukup atau kurang."
Mika menerima dengan menggelengkan kepala.
"Kalau begitu ini." Resky mengeluarkan selebar kertas lagi dengan nominal yang sama. "Siapa tahu Kayron juga lapar ya?"
Kayron hanya tersenyum, kemudian Resky pun pergi. Tersisa Mika dan Kayron berdiri di depan ruang BK.
"Jadi apakah hanya seperti ini?" tanya Mika.
"Tidak? Cerita ini akan terus berlangsung nanti kalau keluarga kita saling bertemu Sabtu malam nanti," jawab Kayron. "Mungkin ada sedikit tambaham nanti ketika aku pulang ke rumah, aneh kurasa padahal hanya sehari aku pergi."
"Yuk kembali ke kelas," ajak Kayron.
"Makan dulu di kantin yuk, apa kamu tidak lapar? semalaman aku tidak makan," sahut Mika memohon.
"Yasudah kamu makan saja aku tidak," jawab Kayron.
"Temani ya?"
Kayron hanya mengaggukan kepala. Mereka pun pergi ke kantin melewati koridor yang lengang karena jam perlajaran setelah jam istirahat telah dimulai. Sehingga tidak ada siswa yang berlalu-lalang.
Walaupun sedikit aneh dengan apa yang terjadi di ruang BK namun pikiran Kayron tertuju pada rumahnya, membayangkan kemungkinan yang terjadi ketia ia pulang ke rumah, selagi menatap Mika yang asik memakan nasi goreng.
((BERSAMBUNG))
Lamongan, 7 Desember 2017
Salam hangat. Aku sangat mengharapkan keritikan mengenai bagian ini kenapa? Menurut saya ceritanya sedikit kurang logis. Demi kelangsungan cerita yang berjudul Ketika Hati Bertindak minta tolong bantuannya dengan mengkritik secara kritis pada setiap bagian dalam cerita.
Kecupan manis AILA RADIT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top