16. Detak Jantung, Terdengar Menangkan Daripada Nyanyian
SUARA bel sekolah pertanda sekolah telah usai berbunyi nyaring. Kayron memasukkan semua buku-buku miliknya ke dalam tas. Lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Mengetik sesuatu, tapi sebelum menekan tombol kirim Seli datang kebangkunya.
"Kay," sapa seli. "Sudah tahu kan kalau ada rapat dadakan?"
"Loh?." Kayron terkejut. "Tapi tidak ada pemberitahuan. Siapa yang mengadakan? Mita?"
Seli hanya terdiam menatap Kayron dengan tatapan kecewa bercampur keraguan.
"Semuanya berharap lo dateng. Eh, sampai ketemu di ruang OSIS." Seli langsung pergi.
Bersamaan Reno yang menepuk pundak Kayron sambil berkata, "gua balik dulu, sudah sob jangan terlalu dipikirkan mengenai foto-foto yang beredar itu. Banyak yang mengaggapnya hoax karena banyak yang masih peduli dengan Mika."
"Tapi itu tidak hoax," sangkal Kayron.
"Lo pasti tahu kalau risikonya akan seperti apa kan?"
Kayron terdiam, Reno menatap Kayron lamat-lamat kembali berkata, "Mika pasti punya cara buat ngelewati semua ini." Kemudia ia pun pergi.
Kayron langsung melanjutkan mengetik untuk di kirim ke Mika.
To : Nyet-nyet
[Hari ini hari yang berat, aku kangen tapi sepertinya keadaan semakin parah. Satu kelas menanyakan semua foto-foto yang beredar itu. Aku sendiri tidak tahu itu foto apa? Bagaimana dengan kamu hari ini?]
[Aku ada rapat OSIS kamu bisa pulang. Aku nanti nebeng Wahyu. Kalau kamu mau menunggu jangan di depan ruang OSIS.]
Kayron menekan tombol kirim dan segera pergi menuju ke ruang OSIS. Di pertengah perjalanan ponselnya bergetar dan pendapatkan pesan dari Mika.
From : Nyet-nyet
[Yah, aku akan ceritakan kalau kita bertemu nanti aku tunggu di MMY.l
[Kamu tak apa kan?]
Namun Kayron belum sempat membalasnya ia sudah masuk ke dalam ruang OSIS. Semua pasang mata memandang ke arahnya. Semua kursi yang tersedia terpenuhi, kecuali kursi di samping meja dengan tulisan KETUA UMUM OSIS. Ia duduk dengan ragu, suasana kali ini menjadi lebih suram karena tidak ada suara yang terucap walaupun sesekali di bagian pojok berbisik.
"Gua tidak tahu kalau ada rapat dadakan seperti ini?" kata Kayron membuka percakapan, memecah kesunyian.
"Seli langsung bacakan agenda rapat siang hari ini." Mita langsung berkata dengan tegas bernada introgasi.
Dengan ragu dan sedikit gemetar Seli membuka buku agendanya. "Notulen Kegiatan hari rabu. Pimpinan rapat Kayron Triwicaksono. Moderator Rahmat Eko Wahyu Pramudiya. Pemateri Sulistiani Mita. Rapat akan membahas tentang Persiapan acara Dies Natalies SMA Kalikuning Selatan."
"Sebentar!" potong Kayron segera.
"Tolong jangan ada yang menyangga sampai Seli selesai bicara dan sebelum moderator mempersilahkan," sangkal Mita.
Kayron pun terbungkam.
Seli melanjutkan, "Yang akan disampaikan oleh pemateri. Untuk selanjutnya saya persilahkan kepada moderator."
"Terima kasih," kata Wahyu. "Sebelum memulai rapat pada siang hari ini marilah kita bedoa terlebih dahulu. Berdoa dimulai."
Semua anggota OSIS yang mengikuti rapat menundukan kepada sejenak untuk berdoa sesuai agama dan keyakinannya masing-masing.
"Selesai," kata Wahyu kembali. "Langsung saja saya serahkan kepada Kayron selaku pimpinan rapat, waktu dan tempat dipersilakan."
Kayron masih terbungkam. Ada sesuatu yang tidak diketahuinya kali ini. Rapat kali ini menurutnya ialah sebuah rapat ilegal yang bergerak tanpa ada persetujuan darinya.
"Silakan Kayron." Wahyu mempersilakan kembali.
"Eh, mohon maaf sebelumnya jika saya di sini menjadi pimpinan rapat tetapi tidak tahu kalau sebenarnya diadakan rapat, karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan," kata Kayron berusaha tenang. "Tanpa menunggu lama langsung saja saya serahkan kepada pemateri, Mita."
Dengan angkuhnya Mita berdiri dari kursinya berjalan mendekat ke layar yang memaparkan rencana tambahan acara.
"Terima kasih," katanya dengan serius. "Saya di sini sedikit memaparkan rencana baru untuk acara yang sebulan lagi akan berlangsung."
Kayron langsung angkat tangan. "Permisi? Apakah rencana ini direncanakan secara sepihak atau ada persetujuan dari pengurus inti acara?"
"Moderator tolong." Mita tak menghiraukan Kayron dan malah menatap wahyu dengan ekspresi sengaja memohon.
"Kayron tolong biarkan pemateri menyampaikan sampai akhir," bisik Wahyu yang duduk di samping Kayron.
Kayron lagi-lagi terbungkam. Ia merasa kalau jabatannya sebagai ketua OSIS mulai tak berarti lagi di ruangan tersebut. Mita terus saja menyangga setiap apa yang dikatakan Kayron. Walaupun rapat kali ini sedikit aneh Kayron masih tetap berusaha setenang mungkin bersikap bijaksana.
"Acara sudah sebulan ini kita persiapkan," ucap Mita dengan lantangnya. Semua pasang mata menatapnya alih-alih kepada layar. "Dan sebulan lagi acara akan dilaksanakan. Tapi, sebelum itu saya ingin bertanya kepada kalian semua berhubungan dengan rapat kali ini yaitu persiapan acara dan apakah kalian siap menjalankan acara ini?"
Semua mengaggukan kepala. Ada juga yang menyauti "iya."
"Terima kasih atas kesiapan kalian," sahut Mita kembali. "Terimakasih juga atas partisipasinya dalam persiapan acara ini ini. Satu lagi saya ingin bertanya apakah kalian masih ingin menjadi anggota OSIS setelah melihat foto-foto ini?"
Layar kemudian berubah. Kayron memandang lamat-lamat layar tersebut yang menampilkan beberapa foto yang disatukan. Ia langsung menyadari bahwa foto-foto tersebut adalah dirinya yang sedang dirangkul oleh Mika.
Jadi ini foto yang beredar itu, batin Kayron hatinya terpekik. Seketika hatinya berdetak dengan kencang seperti sesuatu ingin keluar dari dalam dadanya. Aku berharap ada Mika di sini. Namun kemana dia sekarang?
"Baru sehari foto-foto tersebut beredar dan sudah menjadi trending-topic di sekolah kita. Dua cowok paling hits di sekolah ternyata menjalani hubungan yang freak di luar logika kita." Mita langsung menatap Kayron tegas.
Ini saatnya, batin Kayron. Menarik nafas kuat-kuat. "Moderator minta izin berbicara," katanya sambil berdiri.
"Iya silakan." Wahyu mengagguk setuju.
"Mohon maaf sebelumnya. Sejak saya datang dan masuk ke dalam ruangan ini suasana sudah sedikit berubah. Setelah saya coba mengikuti rapat ini dengan tenang saya akhirnya tahu ke mana arah tujuannya." Kayron langsung berbicara dengan lantang. Yang sebelumnya semua menatap ke arah layar sekarang teralih menatap Kayron.
"Jadi berita yang beredar bersamaan dengan foto tersebut mengenai hubungan lo dengan Mika itu benar?" tanya Bintang.
"Saya tidak berani menyangkalnya. Mungkin kalian bisa tanyakan saja kepada Mika," sahut Kayron.
Plok... plok... plok... Mita bertepuk tangan dengan memamerkan senyuman manisnya.
"Tampaknya ketua OSIS kita pengecut tidak ingin berterus terang," katanya menantang.
"Kita semua datang ke sini ingin tahu tentang kebenaran yang terjadi. Ini mengenai nama baik anak OSIS sekaligus sekolah kita. Gua pribadi tak ingin berita ini sampai tersebar ke sekolah lain sebelum berita ini dipertanggungjawabkan," tambah Bintang kembali.
"Setuju," sorakan dari segala arah.
Seketika Kayron lupa bagaimana cara berbicara. Ia terbungkam. Bibirnya tertutup rapat. Sesekali ia membasahi bibirnya dengan lidah.
"Jika ketua OSIS kita ini terus saja diam tidak menutup kemungkinan berarti berita itu benar adanya. Dan Kayron lah orang yang selama ini dicari oleh ratusan siswi di SMA kita ini," titah Mita.
Lagi-lagi semuanya terpekik kaget berharap ada pembelaan dari Kayron namun nihil.
"Kalau seperti ini," lanjut Mita. "Saya sebagai ketua pelaksana acara Dies Natalis SMA Kalikuning Selatan mengundurkan diri dari jabatan saya karena saya tidak ingin lagi bergabung dengan OSIS jika ketuanya merusak nama baik sekolah kita dengan menjalani hubungan yang freak seperti itu. Jujur gua malu."
Tak banyak yang mengagguk setuju, tak banyak juga yang masih berharap mendapatkan jawaban dari Kayron sendiri mengenai masalah yang sedang terjadi.
Mita langsung menyambar tasnya di atas kursi dan segera meninggalkan ruangan tanpa permisi. Walaupun Wahyu sudah mencegahnya tapi tidak dihiraukan.
***
PERASAAN bersalah menyelubung ke dalam hatinya. Walaupun ia tahu hal semacam ini akan terjadi namun apalah daya sekarang jika semua telah terjadi. Hampir separuh lebih anggota OSIS mengundurkan diri. Tersisa lima belas orang yang masih bertahan yaitu OSIS Inti. Rasa putus asa kian membelenggu menjadikan semuanya terasa lebih sulit apalagi sebulan lagi acara Dies Natalis akan dilaksanakan namun dengan lima belas anggota saja tidaklah cukup untuk melaksanakan acara besar tersebut.
Kayron berjalan melewati terotoar menuju MMY untuk menemui Mika. Walaupun rapat sudah berlalu masih terngiang dipikirannya, kejadian yang diluar dari ekspetasinya selama ini.
Sampai di tempat parkir ia melihat sepeda motor bermerek Scoopy berwarna merah milik Mika terparkir di antara beberapa sepeda motor lainnya. Kayron pun masuk ke dalam gedung menemui Farid, bertanya tentang keberadaan Mika. Namun Farid meminta untuk menunggu di ruang tamu, duduk di sofa hitam di samping meja reception. Tak lama Mika datang lalu duduk di sampingnya.
"Ada apa? Sepertinya ada yang sedang kamu pikirkan?" tanya Mika. "Bagaimana tadi rapatnya?"
"Bisa kita pergi dari sini?" ajak Kayron langsung.
"Kemana?"
"Terserah. Aku ingin bercerita banyak tentang hubungan kita."
"Di sini saja tak apa?" kata Mika.
Kayron menarik nafas kuat-kuat lalu berkata, "Kalau masuk di dalam studio yang kosong boleh tidak?"
Mika mengaggukan kepala lalu berdiri. "Kita ke studio empat saja, yuk."
Sampai akhirnya mereka berdua saja di ruangan yang biasanya dipakai untuk latihan Band. Mika duduk di kursi di depan piano sedangkan Kayron berdiri di samping Mika.
"Mulai lah!" kata Mika memohon.
"Tadi aku sudah bilang ke kamu kalau hari ini adalah hari yang berat. Kita berdua menjadi perbincangan satu sekolah akhir-akhir ini."
Mika mengagguk. Ia bahkan sudah menyadari itu.
"Kurasa memang saatnya mereka tahu, bukannya begitu?" tanya Kayron tapi itu bukan sebuah pertanyaan yang perlu untuk dijawab. "Tapi, semakin mereka semua tahu aku semakin ketakutan."
Setelah mendengar apa yang dikatakan Kayron Mika langsung memegang tangan Kayron dengan lembut. Agar Kayron sedikit merasa tenang.
"Separuh lebih anggota OSIS keluar dari keanggotaan, mereka semua berhenti lantaran malu memiliki ketua OSIS sepertiku."
Sontak Mika langsung berdiri menatap mata Kayron serius. Tak percaya atas apa yang dikatakan Kayron kepadanya. "Bagaimana ceritanya?"
"Ini ada hubungannya dengan hubungan kita Mik," kata Kayron matanya sudah memerah tapi airmatanya tak bisa keluar.
"Ini sungguh tidak etis. Tidak ada sangkut-pautnya dengan hubungan kita dan anggota kamu. Sekarang mengenai hubungan kita apakah pernah merusak kinerjamu. Tidak kan?" Mika sedikit menaikan nadanya melepas tangan Kayron. Berjalan sedikit menjauh untuk berpikir.
"Tapi seperti inilah keadaan yang sebenarnya. Aku sudah tidak bisa berkutik lagi. Sebulan lagi acara OSIS yang terdekat ini dilaksanakan tapi bagaimana bisa berjalan dengan anggotaku yang tinggal lima belas itu. Sedangkan ini acara besar."
Mika masih terdiam. Kayron hanya bisa melihat punggung Mika yang sepertinya ia sedang marah.
"Aku ingin hubungan kita berakhir saja. Kurasa ini langkah yang pas agar anggota OSIS kembali lagi."
"Tidak," sangkal Mika tegas berbalik arah menatap Kayron. "Walaupun kita putus itu sama sekali tidak merubah keadaan."
"Mik!" sahut Kayron dengan sedikit berteriak. "Ini masih di lingkup teman-teman kita, bagaimana kalau sampai di lingkup bapak-ibu guru dan parahnya sampai ke orangtua kita masing-masing?"
Sejenak Mika berpikir lalu berkata, "Kita sudah hampir sampai di puncak. Di sinilah keseriusan hubungan kita diuji. Kalau kamu benar-benar suka padaku, mungkin tidak akan mengambil keputusan dengan mengakhiri hubungan untuk menyelasaikan masalah. Kalau memang aku terkesan memaksa aku akan berhenti memaksamu untuk tetap mencintaiku."
Kayron menggertakkan gigi. Tangannya mulai berkeringat pada ruangan yang dingin itu karena terdapat pendingin ruangan di atas di dekat ventilasi udara yang tertutup jaring-jaring kawat.
"Yah, dari awal sampai saat ini kamu memang tak bisa diajak berjuang. Terakhir waktu aku akan dikenalkan kepada keluarga kamu. Kamu ingin putus juga. Sekarang juga kamu ingin putus, dan aku semakin meragukan keseriusan kamu terhadap hubungan ini."
Tak satupun kata terucap dari mulut Kayron setelah Mika bermonolog. Ia mulai gemetar, jantungnya berdetak dengan kencang. Kebingungan melanda dalam hatinya. Menurutnya ini bukan tentang mempermasalahkan mengenai hubungan akan tetapi mengenai bagaimana anggotanya bisa kembali lagi.
"Kalau itu mau kamu silakan aku akan mencoba melupakanmu walaupun itu terasa sakit." Mika langsung berjalan mendekat ke arah Kayron dan langsung memeluknya dengan erat mencium puncak kepala Kayron.
Ia merasakan detak jantung Mika yang terdengar merdu, lebih dari ketika Mika sedang benyanyi. Seketika hantinya sedikit merasa tenang karena itu. Sejenak ia melupakan segala masalah itu, walupun sebenarnya masih terikat untuk mencari jalan keluar.
"Lantas aku harus bagaimana? Semuanya telah tejadi?" ucap Kayron dalam pelukan Mika.
"Maksudnya?" tanya Mika sembari melepas pelukannya.
"Yah kamu harus tanggung jawab. Ini semua gara-gara kamu. Andai saja waktu itu kamu tidak menciumku mungkin keadaannya beda lagi," perotes Kayron sekarang wajahnya terlihat sedikit bahagia.
"Yah aku akan pikirkan itu nanti."
"Jangan nanti sekarang harus kamu pikirkan!"
"Iya bawel." Mika mengacak rambut Kayron. "Jadi ceritanya kita jadi putus atau tidak nih?"
"Kalau pribahasa berkata jika sudah basah sekalian saja jebur ke kolam."
"Bisa jadi lah." Mika langsung berjalan menuju pintu untuk keluar dari ruangan tersebut.
"Eh, malah pergi sih?" kata Kayron mengikuti langakah Mika. "Jadi bagaimana teman sekelas kamu mengenai hubungan kita?"
"Tidak seribet anak OSIS," jawab Mika. "Tapi aku tahu siapa yang menyebarkan foto-foto itu?"
"Siapa?" Kayron bertanya dengan antusias.
"Kamu tebak sendiri lah siapa yang sirik dengan hubungan kita?"
"Yah banyak lah satu sekolah terutama yang cewek jelas sirik lah sama aku," protes Kayron. "Sebentar?" Kemudian terlintas di pikiran Kayron satu nama, kamudian dia bergumam, "Kirana?"
Mika mengangkat kedua alisnya menatap Kayron.
"Tuh kan kamu sih nolak perjodohan. Eh bukan hanya perjodohan itu tapi juga kamu menolak cintanya. Kamu tahu kan kalau dia tuh suka sama kamu. Kamunya saja malah milih aku. Padahal cewek satu sekolah bahkan diluar sekolah pun banyak yang suka sama kamu."
"Jangan bawel, inget keseriusan kamu mengenai hubungan kita itu masih diragukan, tahu tidak!"
((BERSAMBUNG))
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top