26. Kejutan Baru Lagi

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Seharian itu, Ratu memilih mengunci diri di dalam kamar. Ibu, kakak, dan keponakannya sudah mencoba mengetuk pintu untuk meminta agar diperbolehkan masuk. Namun, wanita yang menutup wajah dengan bantal itu tetap tidak mau ditemui dan justru menyuruh keluarganya pergi. Dia masih terlalu malu untuk bertemu dengan Rani dan Bela. Secara tidak langsung, orang yang pernah dia suka adalah penyebab kehancuran hubungan sang kakak dengan Adipati. Dia bahkan masih sempat tertawa dan bernostalgia bersama Raja.

Setelah puas menangis dan menyalahkan diri sendiri, akhirnya Ratu memutuskan keluar dari kamar pukul tujuh malam. Dia tidak masuk dan tidak memberi kabar apa pun kepada kepala toko. Wanita itu hanya butuh mengistirahatkan pikirannya sejenak.

"Ratu! Akhirnya, lo keluar juga. Kita semua khawatir sama lo." Rani yang berada di ruang tengah bersama Anggun dan Bela langsung berkomentar saat melihat adiknya berdiri di depan kamar.

Ratu tersenyum agar keluarganya tenang. Kemudian, dia mendekat dan duduk di antara ibu dan keponakannya.

"Sori, ya. Jadi bikin kalian semua khawatir." Ratu menoleh kepada Bela yang berada di sisi kanannya. "Bela beneran nggak apa-apa nggak tinggal sama Papa?"

Bela menggeleng sebelum menjawab, "Aku nggak apa-apa, kok, Momy. Meski aku nggak ngerti ada masalah apa antara Bunda sama Papa, tapi aku seneng udah bisa ketemu sama Papa. Aku lebih suka tinggal di sini. Aku takut nggak bisa ketemu Bunda, Momy, sama Eyang lagi kalo tinggal sama Papa. Kalo memang Papa sayang sama aku, pasti nanti Papa ngunjungin aku ke sini lagi. Iya, kan, Bunda?" Bela menatap Rani untuk mendapat jawaban atas pertanyaan terakhirnya.

Rani menarik kedua tangan Bela lalu menggenggamnya. "Iya, Sayang. Makasih, ya, udah jadi malaikat kecil Bunda yang pinter dan pengertian."

Bela segera memeluk Rani dan diikuti oleh dua orang lainnya. Mereka kembali menangis bersama.

"Udah malem, Bela tidur, ya. Besok harus ke sekolah, kan? Hari ini udah bolos."

"Sama kayak Momy."

Ratu tertawa mendengar Bela mengembalikan kata-katanya. "Kita sama. Kalo gitu, besok kita harus masuk. Oke?"

"Oke, Momy. Aku tidur dulu." Gadis kecil itu bergantian mencium pipi Anggun, Ratu, dan Rani lalu masuk ke kamar.

Ratu membantu kakaknya yang ingin duduk di sofa. Kini tinggal mereka berdua setelah Anggun menyusul Bela ke kamar. Awalnya, kedua wanita itu hanya diam sampai Rani menepuk-nepuk punggung tangan Ratu.

"Lo jangan terlalu benci sama Raja, ya. Gue tau dia nggak salah."

Ratu melirik kakaknya dengan mengerutkan kening. "Bukannya lo yang selalu ingetin gue buat nggak percaya sama cowok? Lo sendiri yang bilang kalo cowok itu sama aja. Nggak menutup kemungkinan itu berlaku juga untuk Raja, kan? So, kenapa sekarang lo jadi belain dia? Seharusnya lo marah, dong. Karena kalo dia terima perjodohan itu, lo sama Kak Adipati nggak akan berakhir kayak sekarang."

Rani tersenyum sambil menggeleng. "Lo salah. Lo lupa, kenapa orang tua Mas Adipati milih jodohin dia? Karena mereka udah nggak suka sama gue sejak keluarga kita bangkrut dan terlibat masalah. Jadi, kalopun Mas Adipati nggak dijodohin sama cewek yang harusnya dijodohin sama Raja itu, pasti mereka bakal cari cewek lain yang berasal dari keluarga kaya juga."

"Tapi, kan, tetep aja, Kak."

"Tu, gue akuin kalo gue udah salah nilai Raja. Setelah gue tau dia nolak perjodohan karena udah punya pilihannya sendiri dan lebih milih keluar dari rumah. Gue percaya dia orang baik. Dia sayang banget sama lo, Tu. Gue yakin, cewek yang dimaksud Raja itu ya lo. Hubungan gue sama Mas Adipati emang udah ditakdirkan bubar. Gue udah bisa terima semuanya. Gue udah bisa terima keadaan gue sekarang. Dan gue masih bersyukur karena punya lo, Mama, juga Bela."

"Terus sekarang gue harus gimana?"

"Gue tau lo juga sebenernya udah naksir Raja dari zaman kuliah, kan? Keliatan banget, tau, nggak."

"Kakak, ih!"

"Gue ikut seneng kalo lo juga seneng, Tu. Apa pun pilihan lo, gue bakal selalu dukung."

Ratu memeluk kakaknya erat. "Makasih, ya, Kak.

Keesokan paginya, Ratu bangun dengan mata yang sembab dan terpaksa menutupinya dengan riasan. Setelah berbicara dengan kakaknya semalam, wanita itu banyak berpikir mengenai hubungannya dengan Raja. Bisa saja pertemuannya kembali dengan Raja adalah bagian dari takdir mereka untuk bisa bersama dan membayar waktu yang telah terbuang selama beberapa tahun terakhir.

Ratu menatap pantulan dirinya di cermin sebelum mengantar Bela ke sekolah lalu pergi ke toko. Dia akan berbicara dengan Raja dan mengungkapkan perasaannya sebelum semuanya terlambat seperti dulu.

Wanita yang baru saja memarkirkan skuter matiknya itu melepas helm lalu berjalan memasuki toko. Dia menyapa beberapa pegawai yang sudah mulai membersihkan meja tempat pajangan.

"Pak Galih!" Ratu memanggil kepala toko saat melihat pria itu hendak menaiki tangga.

"Oh, Ratu. Ada apa?"

"Ini, Pak. Saya mau minta maaf karena kemarin nggak masuk tanpa kabar. Saya akui kalo saya nggak profesional dan saya terima konsekuensi apa pun."

Galih menepuk lengan Ratu sambil tersenyum. "Saya udah tau, kok. Pak Raja udah kasih izin kamu nggak masuk kemarin."

"Oh, gitu. Makasih, ya, Pak."

"Seharusnya kamu bilang langsung sama Pak Raja aja."

"Oh, iya. Nanti saya bilang langsung waktu ketemu sama Pak Raja."

"Eh, iya. Hampir aja lupa. Kamu tolong bantu saya buatkan laporan penjualan selama pameran di Bandung kemarin, ya. Septian ambil cuti soalnya. Jadi saya minta tolong sama kamu. Soalnya, kalo saya perhatiin, penyusunan laporan yang baik itu punya kamu. Nggak apa-apa, ya?"

"Siap, Pak. Nanti istirahat saya antar ke ruangan Bapak."

Galih mengangguk lalu melanjutkan manaiki tangga menuju ruangannya di lantai dua, sementara Ratu kembali membantu teman-teman yang lain menyiapkan buka toko. Wanita itu sempat menoleh ke atas berharap bisa melihat Raja, tetapi sepertinya pemilik toko tersebut belum datang.

Ratu menyiapkan laporan di sela-sela melayani pelanggan yang datang. Wanita itu berhasil menjual tiga ponsel dan satu tablet ditambah dengan aksesoris. Kemudian, dia menyerahkan penjualan kepada teman sesama sales Samsung, sementara dia menyelesaikan laporan yang diminta Galih. Dia berjanji selesai saat istirahat dan saat ini sudah pukul 11.30 WIB.

Wanita yang mengenakan jin dan kaus hitam bertuliskan nama toko itu menaiki tangga menuju ruangan kepala toko. Dia masuk setelah dipersilakan.

"Siang, Pak Galih. Saya mau menyerahkan laporan yang tadi pagi Bapak minta."

"Oh, iya. Biar saya periksa dulu."

Ratu menyerahkan laporan yang dibawanya kepada Galih. Pria itu segera memeriksanya dan meminta Ratu untuk duduk sambil menunggu. Lima belas menit kemudian, kepala toko tersebut membubuhkan tanda tangan pada laporan penjualan selama pameran lalu menyerahkannya kembali kepada Ratu.

"Sekarang tolong sekalian kamu serahkan laporan ini sama Pak Raja. Soalnya saya masih harus ngurus beberapa hal. Beliau ada di ruangannya. Makasih, ya sebelumnya."

"Baik, Pak. Kalo gitu saya permisi."

Ratu keluar dari ruangan Galih dan beralih ke ruangan yang paling besar di lantai dua tersebut. Wanita itu mengetuk pintu lalu masuk setelah mendengar suara dari dalam yang mempersilakannya.

"Maaf, Pak Raja. Saya diminta sama Pak Galih buat nyerahin laporan penjualan selama pameran di Bandung beberapa waktu lalu."

"Oke. Taruh di meja saya. Nanti saya periksa."

"Baik, Pak."

Saat Ratu meletakkan laporan tersebut di meja, seseorang menerobos masuk ke ruangan Raja. Wanita itu menoleh dan terkejut melihat tamu yang datang. Dia segera menunduk.

"Ja! Gue nggak mau tau. Lo harus tanggung jawab atas kehamilan gue!"

Raja langsung berdiri dan menoleh kepada Ratu yang juga berada di ruangannya. Wanita itu pasti telah mendengar perkataan dari tamu yang baru saja memasuki ruangannya itu.

Bagai disambar petir di siang bolong, Ratu merasa dunianya benar-benar hancur saat ini. Dia tidak mungkin lupa dengan wajah wanita yang berdiri di hadapan Raja itu. Wajah yang sama saat dia memergoki Putra tengah berselingkuh. Kenapa? Kenapa harus Raja? Kenapa dia tidak boleh merasakan kebahagiaan sedikit saja?

Jumlah kata: 1223

Bersambung

~~~

Makin cemberut, deh, Ratu. Tenang, Tu. Anak baik pasti bahagia.🤗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top