21. Rencana Pameran
▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya
~~~
Ratu baru selesai mengambil piring dan gelas lalu membersihkan meja pelanggan. Tiba-tiba, Adel yang baru datang karena masuk siang itu mengagetkannya. Beruntung, teman kerjanya itu sigap memegangi nampan yang dibawa oleh Ratu hingga mereka terhindar dari insiden memecahkan barang. Wanita yang hari ini mencepol rambutnya itu bernapas lega dan segera pergi ke dapur sebelum hal buruk lainnya terjadi.
"Sori, ya. Hampir aja tadi itu," ucap Adel saat berada di ruang ganti.
"Lagian, lo dateng-dateng main ngagetin orang aja."
"Ya, sori. Oh, iya, Tu. Pacar lo, kok, nggak keliatan udah semingguan ini? Kalian nggak apa-apa, kan?"
Ratu menghela napas berat. "Gue udah pisah sama dia." Wanita itu sudah bisa menceritakan tentang hubungannya dengan Putra yang sudah berakhir kepada orang lain.
"Serius? Gila, lo! Bukannya lo sendiri yang bilang kalo nggak ada cowok lain di dunia ini yang lebih sempurna dari Putra?"
"Yah, tapi ternyata dia nggak sesempurna itu. Gue nggak mau berhubungan lagi sama cowok yang udah selingkuh."
Adel berdecak sambil menggeleng-geleng. "Cewek secantik lo masih diselingkuhi? Apa kabar gue yang muka aja di bawah standar?"
"Hush! Jangan ngomong gitu, ah. Perjalanan hidup tiap orang itu beda. Gue lagi nggak beruntung aja sama kisah percintaan gue."
Adel mengusap-usap pundak Ratu. "Sabar, ya, Tu. Gue yakin lo pasti dapet ganti yang lebih-lebih-lebih baik dari Putra."
"Aamiin. Dah, ah. Gue mau cabut. Mesti lanjut kerja lagi, nih, gue."
"Gimana kerjaan baru lo? Asyik, nggak, jadi sales HP?"
"Asyik, dong. Gue ngerasa seolah nerusin perjuangan bokap." Ratu berjalan terlebih dulu, saat tiba di ambang pintu dia menoleh kembali. "Gue duluan, ya. Dah!"
Wanita yang sudah mengganti kaus kafe dengan kaus Meteor Mobile itu mengendarai motornya menuju pusat pertokoan di Kebayoran Baru. Sudah seminggu sejak kedatangan Putra yang menemuinya di depan toko, kini Ratu mulai bisa menerima semuanya dan berusaha untuk ceria kembali. Bekerja di toko milik Raja membuatnya lebih bersemangat karena bisa melanjutkan perjuangan sang ayah yang mengabdikan diri dalam bidang elektronik terutama gadget.
Tiba di Meteor Mobile, Ratu melihat beberapa teman kerjanya melakukan promosi di stan yang dipasang di depan toko. Setelah meletakkan barang-barangnya, wanita itu segera bergabung dengan yang lain.
Melihat kedatangan Ratu, rekan-rekannya langsung meminta wanita itu untuk berdiri paling depan dalam membagikan brosur. Hari ini merupakan gebyar promo kedua dalam Bulan Desember. Mereka sengaja menggunakan kecantikan Ratu untuk menarik pelanggan agar datang ke toko.
"Mari, Kak silakan mampir ke Meteor Mobile. Kami menyediakan berbagai merek gadget dengan model-model keluaran terbaru dan tentunya banyak banget promo yang bisa kami tawarkan." Ratu memulai promosi dengan berbicara menggunakan mik.
"Tenang-tenang. Nggak hanya promo besar yang kami tawarkan. Masih banyak hadiah langsung yang nggak kalah menarik bisa dibawa pulang," timpal rekan pria yang juga memegang mik.
"Betul banget. Nggak akan rugi mampir ke toko kami."
Kedua orang itu saling menimpali hingga satu jam kemudian dengan diselingi musik yang makin menambah kemeriahan gebyar promo akhir tahun tersebut. Ratu tertawa lepas menanggapi candaan dari sesama sales. Mereka melakukan segala cara untuk menarik pelanggan. Ada yang menjadi penyanyi dadakan, tukang sulap, ada pula yang menjadi penari latar.
"Mari, Kak. Silakan mampir, liat-liat dulu juga boleh. Siapa tau nanti kepincut dan akhirnya beli. Saya ada pantun, nih."
"Asek," sahut sales lainnya.
"Jalan-jalan ke Kebayoran Baru, jangan lupa mampir ke Meteor Mobile."
"Cakep," sahut mereka lagi.
"Kakak bisa liat-liat dulu, belinya bisa dicicil."
Semua orang yang ada di dekat Ratu ikut tertawa mendengar pantun dadakan buatannya itu.
"Wah, mantap, tuh! Ayo-ayo, kakak-kakak yang cantik dan ganteng mampir sini. Yang mau ganti HP model terbaru, bisa nyicil, loh," sambung pria yang berdiri di samping Ratu.
Berkat gebyar promo akhir tahun di akhir pekan ini, pengunjung Meteor Mobile meningkat drastis. Ratu berhasil menjual tiga ponsel dan satu tablet. Pukul delapan malam, wanita itu membantu membereskan stan.
Galih mendekati Ratu. "Tu, minggu depan ikut pameran di Bandung, ya? Untuk akomodasi dan penginapan udah diatur sama toko. Soalnya kamu udah biasa sama event pameran kayak gini, kan. Mau, ya?"
"Berapa hari, Pak?"
"Tiga hari. Dari Jumat sampek Minggu. Nanti yang mantau langsung ada Pak Raja. Kita bagi tugas sama gebyar promo di sini."
"Oke, Pak. Saya mau aja kalo memang ini tugas."
"Oke. Makasih, ya. Nanti bakal diumumin lagi siapa aja yang berangkat."
"Siap, Pak Galih!"
Ratu bersiap untuk pulang setelah menyelesaikan laporan hariannya. Saat memakai helm, dia melihat Raja baru keluar dari toko. Wanita itu segera menghampiri pemilik toko tersebut.
"Pak Raja!"
Pria yang dipanggil namanya itu menoleh dan sedikit terkejut mendapati Ratu berlari ke arahnya. Sudah hampir seminggu ini Raja sengaja menjauh dari Ratu. Dia tidak mau bermain api dengan istri orang dan nantinya justru menimbulkan masalah.
"Oh, Ratu. Kamu belum pulang?"
"Ini mau pulang, Pak. Baru selesai bikin laporan harian. Bapak ke mana aja nggak pernah keliatan?"
Raja menjadi kikuk sendiri ditembak pertanyaan seperti itu langsung dari orang yang bersangkutan. Tidak mungkin dia bicara yang sebenarnya jika memang sengaja menjauh dari wanita di hadapannya itu. Pria itu hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal.
"Biasalah, Tu. Sibuk ngurus kerjaan. Apalagi minggu depan toko harus pameran di Bandung."
"Oh, iya. Lupa kalo Pak Raja pemilik toko dan pengusaha muda sukses. Pasti sibuk banget sampek buat nyapa pegawai rendahan kayak saya nggak bisa." Ratu mencoba bercanda dengan mantan kakak tingkatnya itu untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung.
"Ya nggak gitu juga, Tu. Saya beneran sibuk. Bukannya sengaja nggak mau nyapa."
"Bercanda, kali, Pak. Nggak usah dianggep serius juga. Lagian tampang Bapak keliatan tersiksa gitu ketemu saya."
"Eh, masak?"
Ratu tertawa melihat ekspresi wajah Raja yang makin lucu itu. "Bercanda lagi, Pak."
"Kamu ini. Oh, iya. Kok, tumben suami kamu nggak pernah jemput lagi?"
"Suami? Suami siapa, Pak? Saya belum nikah, kali."
"Hah?"
Raja makin bingung dengan jawaban dari Ratu. Wanita itu menjawab serius atau bercanda seperti sebelumnya?
"Serius, Pak. Saya belum nikah."
"Jadi, siapa cowok yang nyamperin kamu minggu lalu?"
Ratu mengerutkan kening. "Cowok? Oh, maksudnya Mas Putra? Dia emang sempet jadi calon suami saya. Tapi, hubungan kami udah berakhir."
"Jadi, cowok itu Putra? Mentor Samsung?"
Ratu mengangguk.
"Terus anak kecil yang waktu saya temui di mal itu siapa?"
"Oh, jadi Bapak yang diceritain Bela waktu itu. Ih, jahat banget. Gitu nggak mau nyapa saya, malah main pergi aja."
"Ya, soalnya saya kira itu anak kamu. Jadi, saya nggak enak."
Ratu tersenyum. "Bela itu keponakan saya, Pak. Jadi, saya belum nikah dan belum punya anak."
Raja menahan senyumnya sambil bergumam, "Jadi, gue masih punya kesempatan, dong. Yes!"
"Kenapa, Pak?"
"Enggak. Enggak kenapa-kenapa. Jadi, kamu ikutan pameran di Bandung?"
"Kata Pak Galih tadi gitu. Kenapa, Pak?"
"Bagus, deh. Ya udah, kita makan malam dulu, yuk. Saya traktir!"
"Eh?"
Kini giliran Ratu yang bingung dengan sikap Raja. Pria itu tiba-tiba menarik tangannya dan berjalan ke arah mobil. Dia sendiri sampai lupa dengan helm yang sudah dipakainya.
Jumlah kata: 1114
Bersambung
~~~
Raja dah semangat aja. Mentang-mentang tahu Ratu masih single, langsung ngegas.🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top