15. Lowongan Baru

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Ratu hanya menatap tangan yang terulur di hadapannya itu tanpa ingin menyambut. Dia tersenyum sambil menyelipkan tangan ke lengan Putra. Wanita itu menoleh kepada kekasihnya sambil mengangkat alis.

"Mas!" panggilnya.

Putra yang tertegun segera menatap wanita di sampingnya itu. "Oh, iya. Sayang, dia Tari peserta di kelas mentoring aku. Dan Tari, kenalin ini calon istri aku. Ratu."

Ratu tersenyum mendengar pria itu memperkenalkannya sebagai calon istri. Tidak ada yang perlu dicurigai dari calon suaminya itu. Dia beralih menatap Tari yang menunduk sopan sambil tersenyum kaku.

"Ah, kalo gitu gue permisi dulu, ya, Mas, Mbak. Gue tadi ke sini cuma mau ngasih kue buat Mas Putra. Soalnya, kemarin udah bantuin gue pas pindahan. Unit gue di sebelah sana." Tari menunjuk unit yang berjarak dua pintu dari tempat Putra. "Sekali lagi, makasih, ya, Mas."

"Sama-sama. Kalo butuh apa-apa ke sini aja." Putra meringis saat Ratu mencubit pinggangnya sambil melotot.

Ratu tersenyum manis melihat wanita yang merupakan tetangga baru calon suaminya itu melambai sebelum pergi dari hadapan mereka.

"Memangnya ada apa, Mas? Tumben nyuruh aku ke sini buat ngasih kabar? Biasa juga lewat telepon." Ratu langsung bertanya dan mengambil alih kue pemberian tetangga baru yang dibawa Putra setelah mereka masuk.

"Aku mau kasih kabar soal lowongan di toko Meteor Mobile. Toko yang kemarin pameran di mal itu. Yang kamu ikut."

"Oh, terus gimana?"

"Ya makanya aku minta kamu ke sini biar sekalian bikin lamaran. Nanti aku kasih sama kepala tokonya. Soalnya dia minta aku kasih rekomen buat pegawai baru."

"Beneran bisa, Mas? Aku bisa langsung masuk? Tapi, nggak enak, ah."

"Kenapa mesti nggak enak? Kamu juga udah beberapa kali ikut pameran mereka, kan. Jadi, aku yakin mereka pasti nerima kamu."

"Hem, ya udah, deh aku coba. Aku pinjem laptop kamu, ya."

"Nah, gitu, dong. Mereka butuh buat awal bulan. Jadi, kamu bisa ngundurin diri dari swalayan."

"Cepet banget?"

"Mereka emang butuh cepet. Soalnya sales dari Samsung yang kami taruh di sana baru ngalamin kecelakaan."

Ratu mengangguk-angguk lalu berjalan ke meja yang biasa Putra gunakan untuk bekerja. Dia duduk di kursi, membuka laptop, dan mulai menulis surat lamaran beserta daftar riwayat hidup. Sesekali dia mencomot kue pemberian wanita tadi sambil terus mengetik. Setelah selesai, dia meminta bantuan Putra yang sedang membaca buku di sofa untuk mencetak hasil ketikannya.

Putra meletakkan buku tentang merketing yang dibacanya ke meja lalu mendekati Ratu dari belakang. Pria itu menahan kekasihnya agar tetap duduk saat wanita itu mencoba menyingkir. Dia justru memenjara Ratu dalam kungkungan kedua lengannya. Pria yang mengenakan kacamata itu tidak memedulikan protes dari kekasihnya dan tetap fokus menggerakkan tetikus untuk mencetak surat lamaran tersebut.

Selesai menekan tombol cetak di layar laptop, Putra memutar kursi yang diduduki Ratu agar menghadapnya. Pria itu mulai tersenyum nakal sambil menatap kekasihnya lalu mendekatkan wajah mereka.

Ratu ingin segera pergi dari kursi itu ketika melihat letupan gairah dari mata calon suaminya. Tangannya mengepal erat saat merasakan embusan napas Putra di sekitar leher. Dia memejam merasakan sentuhan tangan pria itu di bibirnya. Wanita yang mengenakan blus abu-abu itu membuka mata dan melihat Putra makin mendekat hendak menciumnya. Seketika, dia mendorong dada kekasihnya dan langsung berdiri dari kursi.

"Maaf, Mas. Udah malem. Aku balik dulu, ya."

Ratu bergegas mengambil barang dan tidak lupa menandatangani surat lamarannya. Tanpa menoleh kepada Putra yang terduduk di kursi sambil tercengang, wanita itu keluar dari unit apartemen.

Wanita itu berjalan sambil memegangi dadanya yang masih berdegup kencang. Dia mengelap keringat yang tiba-tiba menetes di pelipis. Semenjak lamaran malam itu, dia merasa Putra ingin memonopoli dirinya dengan sentuhan berlebihan dari kesepakatan awal. Ratu takut kekasihnya itu berubah, apalagi setelah melihat wanita yang bernama Tari tadi. Meski di luar dia tampak baik-baik saja, di dalam hatinya timbul kekhawatiran.

Ratu menggeleng di dalam lift. Dia berkaca sambil menata rambut. "Lo cantik, Ratu. Mas Putra nggak akan semudah itu berpaling dari lo. Dia laki-laki terbaik yang pernah lo temuin. Lo harus tenang dan percaya kalo hubungan lo akan baik-baik aja." Dia mengangguk meyakinkan diri sebelum keluar dari lift.

Keesokan harinya di Meteor Mobile, Raja kedatangan seorang wanita yang tiba-tiba menerobos ke ruangannya sambil mengomel. Pria yang sedang mengobrol dengan pegawainya itu meminta sang tamu untuk duduk tenang. Kemudian, dia mengakhiri diskusinya lalu mempersilakan wakil kepala toko untuk keluar dari ruangan.

Pria itu menghampiri wanita yang masih menekuk wajah. Raja sangat hafal dengan kelakuan sepupu paling manja dari keluarga besarnya itu.

"Kesel sama siapa lagi lo?" tembak Raja setelah duduk di samping wanita itu.

"Kesel, kesel, kesel! Gue kesel banget sama cewek yang gue temuin semalem. Gila! Gayanya selangit banget. Mentang-mentang dia calon istri dari gebetan gue, dia bahkan nggak nerima uluran tangan gue. Bikin kesel nggak, tuh?"

Raja hanya diam sambil bersedekap melihat sepupunya itu mencak-mencak. Hal seperti itu sudah bukan pertama kalinya bagi pemilik toko tersebut. Wanita yang masih terus mengomel di depannya itu sudah melakukan hal yang sama sebanyak tiga kali dalam bulan ini. Jadi, pria itu cukup membuka telinga selama tiga puluh menit untuk mendengarkan segala keluh kesah.

Setelah menghabiskan makan siang yang cukup banyak ditambah dengan ocehan panjang lebar dari sepupunya, membuat Raja menguap berkali-kali.

"Jelas-jelas masih cantikan gue ke mana-mana. Bisa-bisanya cowok itu lebih milih cewek dengan tampang biasa-biasa aja dan dari keluarga biasa-biasa juga. Liat aja nanti! Gue bakal rebut calon suaminya itu. Gue nggak bakal lepasin gebetan gue yang satu ini. Gue bakal lakuin segala cara buat dapetin dia!"

Wanita itu mendengkus lalu duduk kembali di samping Raja yang berusaha tetap membuka mata.

"Ja, lo dengerin gue, nggak, sih?"

"Iya, Tar. Gue dengerin lo dari tadi."

"Ih, kok, lo diem aja? Kasih saran, kek, atau hibur gue, kek, atau ngapain gitu."

Raja menghela napas. "Terus gue harus gimana? Entar kalo gue kasih saran, lo malah marah?"

"Ya, tergantung saran lo apaan."

"Gini, ya, Tari. Sepupu gue yang paling cantik sedunia. Lo, kan, sadar banget kalo lo itu cantik dan dari keluarga terpandang. Ngapain lo ngejar-ngejar laki-laki yang udah punya calon istri? Lo mau dijadiin simpanan? Mending lo cari cowok lain, deh. Masih banyak cowok di luar sana yang single dan pastinya mau sama lo."

Raja memutar bola mata saat melihat wanita bernama Tari itu bersedekap sambil menatapnya sinis. Hal itu yang membuat dia malas memberikan saran kepada sepupunya itu. Percuma diberi saran, jika wanita itu sudah merasa benar dengan apa yang dilakukan.

"Tuh, kan, apa gue bilang? Lo nggak bakal suka sama saran gue. Mending lo pergi dari toko gue. Ke mana gitu? Jalan-jalan buat jernihin pikiran lo yang butek itu."

"Lo, tuh, bener-bener sepupu kurang ajar, ya, Ja! Bukannya belain gue, malah ikut-ikutan belain cewek sok kecantikan itu. Bikin gue makin kesel aja, ya!"

Raja menarik sepupunya agar keluar dari ruangan saat terdengar ketukan. Dia membuka pintu dan melihat Galih berdiri di sana. Pria itu segera meminta Tari pergi dan mempersilakan kepala toko untuk masuk.

"Tari, mending lo pulang sekarang. Kerjaan gue masih banyak. Oke?"

"Awas, ya, lo! Dasar sepupu resek!"

Raja tidak peduli dengan omelan Tari dan tetap meninggalkan wanita itu lalu menutup pintu ruangannya.

"Sori, ya, Gal. Sepupu gue emang agak resek."

Galih tersenyum sambil menyerahkan berkas kepada bosnya itu. "Ini surat lamaran dari Mas Putra, Pak. Saya sudah mengeceknya. Mas Putra mengajukan Ratu untuk membantu di toko kita."

"Ratu? Yang ikut pameran kemarin?" tanya Raja sambil membuka berkas di tangannya.

"Betul, Pak. Kalo menurut saya, dia sudah memenuhi kriteria untuk menjadi sales di toko. Penjualannya selama pameran juga lumayan tinggi dibanding beberapa sales lainnya."

"Hem, oke kalo gitu. Saya setuju sama penilaianmu. Kalo memang dia layak, bisa diterima. Lagian, kita juga butuh cepet, kan."

"Baik, Pak. Kalo gitu lusa saya minta datang ke toko buat interviu."

"Oke, atur aja. Saya percaya sama kamu."

"Makasih, Pak. Kalo gitu saya permisi dulu."

Raja kembali ke meja sambil membawa berkas lamaran milik Ratu. Dia membukanya sekali lagi dan membaca daftar riwayat hidup dari wanita itu. Pria yang melirik ke ponsel di meja itu tersenyum. Kali ini, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan alam kepadanya.

Jumlah kata: 1311

Bersambung

~~~

Mari kita berharap lagi, ya, Ja. Semoga beneran bisa ketemu Ratu.🥰🤗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top