11. Hari Terakhir

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Ratu sangat bersemangat untuk berangkat ke Blok M Square karena hari ini merupakan pameran terakhir. Itu artinya dia akan menerima gaji sebagai SPG event untuk gadget merek Samsung selama tiga hari. Yah, meski tidak seberapa, tetap saja dia butuh uang untuk keberlangsungan hidup keluarganya. Bagaimanapun juga dia merupakan tulang punggung keluarga yang harus selalu terlihat kuat walaupun tubuhnya sudah menjerit ingin istirahat.

Wanita yang masih setia mengenakan kaus bertuliskan Meteor Mobile itu menambahkan kardigan berwarna putih untuk melindungi diri dari dinginnya AC di mal. Sejak bangun pagi tadi, dia sudah merasa tidak enak badan. Namun, demi komitmen yang sudah dibuatnya, dia harus menyelesaikan kewajiban pada hari terakhir.

"Tu, lo pucet gitu. Masih tetep mau berangkat? Nggak bisa izin aja?"

Ratu yang sedang mengikat tali sepatu di teras menoleh ke arah kakaknya. "Ini hari terakhir, Kak. Masak iya pas nerima gaji gue malah nggak masuk? Gue udah minum vitamin, kok, tadi. Pasti kuat, deh, sehari lagi."

"Dianter Putra, kan? Jangan maksain motoran sendiri."

"Iya."

Keduanya menoleh ke depan rumah saat terdengar bunyi klakson.

"Nah, itu orangnya udah dateng." Ratu berdiri dan mencium tangan kakaknya. "Gue berangkat dulu, Kak. Salamin buat Mama kalo nanti udah bangun. Bela biar di rumah aja hari libur gini. Nanti pulang dari pameran gue beliin makanan kesukaan dia."

"Jangan boros-boros. Nggak usah dibiasain manjain Bela terus."

Ratu hanya mengangkat satu jempolnya dengan mengedipkan sebelah mata sebelum berbalik menuju mobil Putra.

Mereka tiba di mal pukul 09.55 WIB. Selama perjalanan, Ratu sempat memejam dan terlelap beberapa saat. Lumayan, bisa membuatnya sedikit lebih segar.

"Nanti aku jemput Bela dulu atau langsung ke sini?" tanya pria itu saat Ratu hendak turun.

"Langsung ke sini aja, Mas. Bela biar di rumah aja. Kamu hari ini ada acara?"

"Ada. Ngisi materi di acara outbond satu perusahaan gitu. Tapi, sore udah selesai, kok."

"Ya udah. Aku turun, ya. Kamu hati-hati di jalan."

Ratu mengecup pipi kekasihnya dan tidak lupa mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya turun dari mobil. Dia memasuki mal setelah melihat mobil Putra menjauh. Wanita itu memeluk tubuhnya sendiri saat merasakan embusan dingin dari AC di dalam mal. Setelah acara pameran selesai, dia harus benar-benar istirahat jika tidak ingin tubuhnya ambruk.

Baru saja Ratu meletakkan tas, Belinda sudah datang dengan membawa setumpuk brosur yang diserahkan kepadanya. Dia hanya meringis sambil mengikuti temannya itu ke depan stan.

"Silahkan, mampir ke stan kami! Kami menyediakan segala kebutuhan gadget Anda. Dan tentunya dengan potongan harga yang sangat menarik dengan banyak hadiah langsung menanti."

Ratu membagikan brosur kepada setiap pengunjung mal yang lewat di depan stan. Dia terus memaksakan untuk tersenyum meski kepalanya terasa berat.

"Mbak, kalo tablet Samsung ada, nggak?" tanya seorang pengunjung yang baru menerima brosur dari Ratu.

"Oh, ada, Bu. Ibu mau yang model seperti apa? Mari ikut saya."

Wanita paruh baya bersama anaknya itu mengikuti Ratu ke dalam stan dan menuju meja Samsung. Di atas meja sudah ada beberapa contoh ponsel dan tablet yang bisa dicoba oleh pengunjung untuk menguji spesifikasi dari masing-masing tipe.

"Silahkan, Bu. Bisa diliat-liat dulu contoh dari tabletnya. Kalo boleh tau, tabletnya mau digunakan untuk apa, ya? Atau untuk siapa?"

"Untuk anak saya ini, Mbak. Sekarang sekolah itu, kan juga masih sering pakek aplikasi dan juga sekolah daring. Kalo ponsel kasian anaknya, terlalu kecil. Sama kalo buat tugas gitu biar lebih enak."

"Oh, baik, Ibu. Untuk anggarannya sampek berapa?"

"Kalo bisa yang di bawah lima juta aja, Mbak. Atau paling mentok sampek enam juta, lah."

"Baik, Ibu. Kami ada tablet Samsung keluaran terbaru 2022. Galaxy Tab S6 Lite. Harganya memang masih di atas lima juta. Tapi, kalo di sini nanti masih bisa dapet diskon dan hadiah langsung. Memorinya sudah 128 GB dengan RAM 4 GB. Kalo menurut saya untuk anak sekolahan ini sudah sangat mencukupi. Ibu bisa liat-liat contohnya ini." Ratu menunjukkan contoh barang dari tipe yang disebutkan.

Ibu dan anak itu langsung mengotak-atik tablet di hadapan mereka dengan Ratu yang menjelaskan cara kerja dari fitur di dalam benda tersebut. Wanita itu juga menunjukkan beberapa tipe tablet lain sebagai pertimbangan.

"Ada yang membuat Ibu tertarik dari beberapa tipe tablet yang saya tunjukkan tadi? Atau Ibu mau melihat tablet dari merek lain?"

"Enggak usah, Mbak. Anak saya maunya merek Samsung. Kayaknya yang pertama tadi itu aja. Anak saya suka."

"Baik, kalo gitu. Ibu jadi ambil Samsung Galaxy Tab S6 Lite 2022, ya?"

Ibu itu mengangguk dengan anak perempuan di sampingnya tidak berhenti tersenyum karena keinginan yang sudah tercapai. Ratu mengantar mereka ke kasir untuk melakukan pembayaran dan menerima barang yang masih bersegel.

Setelah kepergian pengunjung tersebut, Ratu pergi untuk makan siang selama waktu istirahat. Dia memilih bubur dengan teh hangat sebagai menu makan siangnya. Perutnya terasa mual lagi dan kepala makin berat. Wanita itu tidak lupa meminum obat yang dibawanya dari rumah setelah berhasil menelan beberapa suap bubur ayam.

Ratu kembali ke stan dengan kondisi perut yang masih terasa mual. Dia melihat Belinda mendekat dengan wajah khawatir.

"Lo sakit, Tu?"

"Cuma mual aja, Kak. Emang udah nggak enak badan dari pagi."

"Ya ampun, gitu nggak mau bilang. Gue malah biarin lo berdiri berjam-jam di depan stan. Mending sekarang lo di dalem aja. Nunggu di meja kita sambil duduk santai. Nanti kalo ada yang nanya-nanya, langsung gue kirim sama lo."

"Makasih, ya, Kak. Lo jadi repot gara-gara gue."

"Nggak usah dipikirin."

Ratu menyerahkan sisa brosur yang dibawanya kepada Belinda. Kemudian, dia duduk sesuai instruksi temannya untuk menunggu kedatangan pengunjung. Dia berhasil menjual satu produk lagi kepada seorang pria. Tepat pukul tujuh malam, namanya dipanggil untuk menemui Galih.

"Makasih, Pak Galih," ucapnya saat menerima amplop berisi gaji selama tiga hari itu.

"Oh, iya. Kamu ikut acara perayaan kecil-kecilan sebagai penutup nanti, kan?"

"Hem, maaf, Pak. Saya nggak ikut aja, ya. Dari pagi kurang enak badan. Saya mau langsung pulang dan istirahat aja."

"Loh, kamu sakit? Kenapa nggak minta izin aja tadi?"

"Enggak apa-apa, Pak. Alhamdulillah saya masih kuat."

"Ya udah, kalo gitu. Kamu langsung pulang aja nggak apa-apa. Makasih, ya udah dibantu selama tiga hari ini. Jangan kapok kalo kami ada pameran lagi. Dengan senang hati nanti saya terima kamu."

"Makasih, Pak." Ratu menunduk sambil tersenyum manis.

Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di Toko Meteor Mobile, Raja sedang bersiap untuk mendatangi perayaan kecil-kecilan setelah pameran selama tiga hari di Blok M Square itu. Dia makin bersemangat ketika mengingat keberadaan Ratu. Setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya menemui dan menyapa teman lama. Pria itu sudah memutuskan untuk bertemu langsung dengan Ratu malam ini.

Tiba di mal, Raja bergegas menemui Galih. Para sales berkumpul sebelum pindah ke tempat makan di luar mal.

Raja mencari-cari sosok Ratu di tengah para sales yang berdiri di hadapannya. Namun, dia tidak bisa menemukan wanita itu.

"Galih, ini udah semua sales-nya? Kok, cuma segini? Kayak ada yang kurang."

"Oh, iya, Pak. Tadi Ratu langsung pulang soalnya nggak enak badan dari pagi. Jadi, dia nggak ikut acara makan-makan."

Raja mengangguk-angguk dengan wajah kecewa. Sepertinya alam tidak mengizinkan mereka untuk bertemu langsung dan saling menyapa. Pria itu menyesal karena tidak datang lebih awal. Dia sudah tidak bersemangat lagi mengikuti perayaan tokonya setelah pameran berakhir. Pikirannya kini tertuju pada Ratu yang sedang sakit.

Jumlah kata: 1172

Bersambung

~~~

Duh, Ratu sakit. Raja nggak jadi ketemu Ratu. Nasib, nasib!🥲

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top