Kertas Dan Pena Bertemu

Bagaimana jika kertas dan pena bertemu? Pastilah di atas kertas itu si pena akan menulis dan bercerita banyak hal. Begitulah Ali dan Prilly yang tak sengaja bertemu. Dari ketidaksengajaan itu, kini mereka sedang melepas rindu dan bercerita tentang masa lalu di sebuah kafe.

"Pril, sorry ya, atas sikap gue yang dulu," ucap Ali malu-malu sambil menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawah.

Prilly tersenyum dan menggelengkan kepalanya, tak kalah malunya jika mengingat masa lalu yang terkesan konyol dan tak pantas dia ingat-ingat lagi.

"Sudahlah Li, jangan dibahas lagi. Gue malu banget kalau membicarakan masa SMA kita. Berasa jadi cewek bodoh dan tolol. Ah! Sudahlah! Jangan dibahas lagi. Sumpah, gue malu banget!" ujar Prilly lantas disusul dengan kekehan mereka.

"Oh iya, gue dengar lo kuliah di luar negeri?" tanya Ali mengalihkan obrolan mereka agar Prilly merasa nyaman berbincang dengannya.

Sebelum menjawab, Prilly menyedot jus alpokat float-nya dulu. Suasana rooftop di kafe ini sangat tenang dan nyaman. Cocok untuk hang out bersama teman-teman ataupun berduaan saja bersama pasangan.

"Iya, Li. Gue sedang liburan, jadi daripada di sana nggak ada kegiatan, lebih baik pulang kan? Secara gue sudah hampir tiga tahun nggak pulang. Kangen suasana di Indonesia," jawab Prilly selalu menghindari tatapan Ali yang tak biasa.

Entahlah, mengapa Ali sangat sulit menyembunyikan rasa bahagianya saat ini. Di saat dia hampir putus asa mencari kabar Prilly, Tuhan memberikan jalan padanya yang tak terduga. Sejak bertemunya dia dan Prilly tadi, tak hentinya senyum manis menghiasi bibir keduanya. Sungguh indah takdir Tuhan itu, di kala hambanya sudah berusaha keras, dia memberikan hasil di waktu yang tepat.

"Sama gue, lo nggak kangen, Pril?" goda Ali menyeringai genit.

Prilly melirik Ali sekilas dan tertawa renyah.

"Apaan sih, Li. Biasa aja!" dusta Prilly. Padahal dalam hatinya, dia juga sangat merindukan lelaki yang sudah banyak menyita hati dan pikirannya selama ini.

"Kirain, gue termasuk yang lo kangenin. Padahal gue juga mau bilang, kalau lo masuk di daftar orang yang gue kangenin, loh," ucap Ali sangat jujur.

Prilly semakin tergelak dan tak percaya dengan ucapan Ali.

"Ah, selain ramah, lo juga berubah jadi cowok perayu ya, Li? Lo sudah banyak berubah, Li," puji Prilly menatap wajah Ali yang semakin tampan meski pipinya kini tirus.

Ali terkekeh kecil. "Perubahan itu pasti selalu ada, Pril. Banyak hal yang membuat gue berubah. Semua butuh proses, dari hal yang paling menyedihkan dan menyakitkan sampai hal yang mampu membuat lo menyadari suatu hal."

Prilly sangat tertarik dengan ucapan Ali itu. Dia merasakan Ali, pangeran es-nya dulu saat SMA, kini telah menjelma menjadi pangeran kerajaan yang baik hati dan penuh kehangatan.

"Apa hal yang membuat lo berubah begini?" tanya Prilly penasaran menatap mata sendu Ali.

Ali menghela napasnya dalam, dan menghembuskannya berat. Dia menegakkan duduknya dan membalas tatapan mata meneduhkan miliki Prilly.

"Salah satunya lo dan keluarga gue," jawab Ali mengerutkan dahi Prilly.

"Gue???" tunjuk Prilly pada dirinya sendiri.

Ali mengangguk. "Iya, lo. Gue mulai sadar, setelah lo pergi, ternyata cewek bawel dan cerewet yang selalu mengganggu ketenangan gue itu, sangat berarti dalam keseharian gue. Mendengar lo pergi, hati gue itu, rasanya aneh, dan ada hal yang ikut pergi bersama lo."

Prilly tertawa hingga menutupi mulutnya. Dia masih tidak percaya Ali berbicara seperti ini di depannya.

"Aduh, Li. Lo kesambet apaan sih, bisa berubah begini? Jangan ngacok deh," sangkal Prilly tak ingin berharap terlalu tinggi atas ucapan yang Ali lontarkan.

Ucapan Ali memang manis, tapi Prilly takut, Ali tak sadar mengucapkan semua itu. Dia takut akan sakit hati lagi karena mempercayakan cintanya kepada Ali.

"Gue serius, Pril," ujar Ali berusaha meyakinkannya.

Tapi sayang, Prilly tak mudah mempercayainya.

"Sudah ah, Li. Gue mau pulang, soalnya tadi gue pamit sama Mama cuma mau ke supermarket membeli shampo sama sabun," elak Prilly merapikan barang bawaannya ke dalam tas.

Ali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Gue juga mau lanjut kerja, nggak terasa keasyikan ngobrol, lupa waktu," timpal Ali berdiri dari duduknya.

"Kerja???" tanya Prilly terkejut.

Ali menoleh dan menatap padanya. "Iya, kerja. Kenapa?"

"Loh, lo nggak lanjut kuliah?" tanya Prilly bingung, karena kata Rana, Ali kuliah, tapi mengapa dia bilang bekerja?

Ali tertawa kecil. "Gue kuliah sambil kerja. Bantu-bantu di tempat usaha Om Al, suaminya Mamora. Masih ingat kan, Tante gue yang kece dan gaul itu?" ujar Ali sambil melangkah meninggalkan meja beriringan dengan Prilly.

"Ooooh, iya. Gue ingat. Waaaah, jadi lo sekarang makin sibuk dong?"

"Yaaa... begitulah, Pril. Daripada gue pusing mikirin lo, alangkah baiknya, kalau gue mencari kesibukan yang bermanfaat. Iya kan?"

lagi-lagi Prilly hanya tertawa tak mempercayai begitu saja apa yang telah terucap dari bibir manis Ali. Saat mereka sampai di depan kasir, Prilly sudah siap mengeluarkan uang, namun kalah cepat dengan Ali yang sudah memberikan uang kepada kasir.

"Sudah, pakai ini aja," ujar Ali.

"Loh Li, kok gitu? Gue makannya tadi banyak loh. Entar kalau lo bangkrut gimana?" tukas Prilly sungkan diiringi candaan.

"Kalau gue bangkrut, lo harus mau membangun usaha bareng sama gue," sahut Ali.

"Usaha apa?" tanya Prilly serius.

"Berusaha membangun rumah tangga bareng gue lah...!" Ali tertawa kecil seraya menerima uang kembaliannya. "Terima kasih, Mbak," ucap Ali kepada seorang kasir wanita.

Prilly seolah ada taman bunga yang merekah-rekah di dadanya, rasanya dia dibawa terbang Ali ke langit ketujuh. Namun dia menahan kebahagian hatinya, dan menahan rasa agar tak terlalu percaya diri bahwa ucapan Ali itu nyata. Prilly selalu mengirim sugesti ke otaknya, jika perkataan Ali sedari tadi hanyalah sekadar gurauan dan tak serius. Padahal dari Ali sendiri, itu kata-kata yang tulus, jujur dari lubuk hatinya.

"Sama-sama Mas. Jangan lupa kembali ke sini ya Mas ganteng," balas sang kasir, menyeringai genit pada Ali.

Prilly tertawa kecil, padahal ada perasaan aneh di dalam hatinya saat Ali digoda seperti itu. Sesuatu rasa yang tak rela, mendengar orang lain menggodanya. Ali menghiraukan godaan kasir tadi, lantas dia keluar dari kafe dan Prilly mengikutinya dari belakang.

"Makasih ya, Li. Jadi nggak enak nih, sudah ditraktir. Lain kali lagi ya? Jangan bosan traktir gue," gurau Prilly.

"Santai saja, Pril. Tenang, gue bakalan traktir lo terus, kalau lo mau. Asal lo bersedia gue ajak kencan. Yaaaa... setidaknya makan malam, menebus masa lalu kita yang sudah gue sia-siakan," ujar Ali menyeringai menggoda Prilly seraya menaik turunkan kedua alisnya yang tebal.

Prilly menjadi salah tingkah, dia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Iya deh. Gampang, bisa diatur," jawabnya memberikan kesempatan untuk Ali.

Ali tersenyum penuh kemenangan, seolah dia mendapatkan semangat baru dalam hidupnya. Laranya atas meninggalnya Azka beberapa pekan lalu, terbasuh oleh kehadiran Prilly.

"Oh iya, Pril. Sorry, kebetulan gue nggak bawa motor. Gue pikir tadi cuma mau cari makan deket-deket kantor. Tapi nggak tahunya malah ketemu bidadari. Lo, tadi bawa kendaraan sendiri?" tanya Ali saat mereka berhenti di pinggir jalan.

Prilly tak lelah tersenyum dan selalu saja dibuat Ali tersanjung dan bahagia.

"Nggak, gue naik taksi kok, Li. Soalnya tadi gue pikir sekalian mau lihat-lihat dan jalan-jalan."

"Yah, sorry banget gue nggak bisa antar lo pulang. Gue cariin taksi ya?"

Tanpa menunggu persetujuan Prilly, Ali pun lantas berlari menghampiri taksi yang sedang berhenti menunggu penumpang di pinggir jalan. Ali melambaikan tangan agar Prilly mendekatinya. Akhirnya dia pun berjalan ke arah Ali.

"Pril, taksinya sudah gue bayar. Sorry ya, kali ini lo harus pulang pakai taksi. Tapi gue janji, lain waktu gue bakalan yang mengantar lo sampai di rumah," ucap Ali lagi-lagi meminta maaf.

"Iya Li, nggak apa-apa. Pertemuan pertama, gue sudah banyak ngereporin lo. Next time gantian ya?" ujar Prilly sambil masuk ke dalam taksi.

Ali membungkukkan tubuhnya menahan pintu mobil dan memerhatikan Prilly intens.

"Jadi, lo masih berharap mau ketemu gue lagi, Pril?" goda Ali mengerling menggoda.

Pipi Prilly memanas, merah merona. Ali pun tertawa terbahak-bahak melihat wajah malu Prilly.

"Sudah ah! Sana, kembali bekerja!" elak Prilly malu-malu sambil mencubit kecil perut Ali hingga dia terdorong ke belakang dan Prilly pun dapat menutup pintunya.

Ali masih saja sibuk tertawa bahagia, seraya memerhatikan kepergian taksi itu. Semakin jauh taksi itu, namun senyum Prilly tak sedikitpun pudar. Begitu dengan Ali, meskipun taksi yang dinaiki Prilly semakin jauh, namun dia masih setia memerhatikannya.

"Aiiisssh, bodoh!" umpat Ali teringat sesuatu. "Kenapa gue lupa minta nomor HP-nya? Gimana caranya kita janjian ketemu kalau kontak dia saja gue nggak punya," imbuh Ali menyesali kebodohannya. Akhirnya dia pun mengerutuki dirinya sendiri seraya kembali ke kantor.

Sesampainya di kantor, Ali tak henti-hentinya bersiul, tampak jelas raut kebahagiaan di wajah tampannya. Maulan dan Rafid yang bekerja satu ruangan dengannya terheran-heran dengan sikap Ali tersebut.

"Kenapa lo, Li? Kesambet ya?" cibir Rafid mengerutkan dahinya terus memerhatikan Ali.

Ali tersenyum lebar seraya menghempaskan tubuhnya di kursi. Dia melipat kedua tangannya ke belakang dan menjadikannya bantal. Ali memutar-mutar kursi kerjanya bahagia. Sangat terlihat sikap kasmarannya, dan itu juga semakin membuat teman-temannya heran.

"Li, kamu masih waras kan?" tanya Maulan mendekatinya dan menempelkan tangannya di dahi Ali.

"Gue lagi happy Bang, jangan diganggu!" ujar Ali memejamkan matanya membayangkan senyum manis Prilly.

Maulan dan Rafid saling berpandangan dan mereka sama-sama mengedikkan bahu.

Benar kata Titie Puspa, jatuh cinta sejuta rasanya. Itu yang saat ini Ali rasakan. Hanya kebahagiaan yang dirasakannya saat ini. Kebahagiaan yang mampu menutupi lara di hatinya.

########

Rex_delmora

Ciyeeeeeee... ngaku kalian. Siapa yang baca sambil senyum-senyum sendiri? Angkat kaki! *eh angkat tangan maksudnya? Kayaknya, aku juga ikutan gila kayak Ali deh, soalnya ngetik cerita ini sambil senyum-senyum sendiri. Wkwkwkwk lol

Terima kasih ya, yang sudah menunggu dan setia sabar menanti. Terima kasih juga sudah memberikan vote dan komentarnya. Semoga, selanjutnya nanti akan bahagia terus sampai ending ya? Aamiin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top