BAB14: PEMANGGILAN
Pintu dibuka dengan sangat keras, Gavi terkejut, ia melihat wajah kekasihnya pucat, seperti lelah. Gavi dengan penuh kepekaan mengambil gelas lalu menuangkan air putih ke gelas, memberikannya kepada Tania.
"Tan, minum ini, kayaknya kamu pucat banget." Gavi berkata.
"Itu semua karena si Ranum. Dia emang nggak niat kerja, dia malah main gim di tengah-tengah pekerjaan. Ada beberapa karyawan tidak masuk karena bercandaan Ranum."
"Bisa sampai begitu, kok keterlaluan sekali?"
Gavi tampak berpikir, apa ia akan memanggil Ranum atau tidak, sungguh ini sangat mengecewakan kalau benar-benar ia melakukan perbuatan tersebut, ini semua bisa jadi penyesalan di kemudian hari. Ranum bisa menjadi beban perusahaan. Karena itu, ia harus memanggil Ranum ke ruangannya.
"Tan, aku akan panggil Ranum ke ruangan ini."
Gavi menelepon Ranum, suara nada sanmung terdengar jelas di telinga Gavi. "Ranum, kamu di mana? Bisa ke ruangan saya sebentar?"
"Baik Pak."
Gavi menutup telepon, ia menunggu lama sampai akhirnya Ranum pun tiba. Ranum duduk di bangku yang disediakan. Mata Gavi terlihat tajam dan seperti ingin memakan Ranum. "Ranum saya mau tanya serius sama kamu, apa kamu mengajak anak-anak lain untuk bolos?"
"Iya, saya hanya bercanda."
"Kenapa bercanda seperti itu."
"Saya bingung Pak, di rumah saya kan kesepian terus saya ngerasa butuh cari sensasi aja gitu di tempat kerja. Itu caranya saya begitu. Lagipula saya merasa kadang malas gitu bekerja di luar rumah."
"Kamu ini tidak konsisten, katanya tadi bosan di rumah terus bekerja di sini, sekarang bilang kamu bosan. Yang benar yang mana? Kamu tahu nggak. Nggak ada yang maksa kamu unttuk kerja di luar. Nggak ada! Besok-besok kamu kalau lihat teman kamu goleran di kasur kamu bilang mereka pemalas. Yang benar saja kamu! Kamu bisa merugikan perusahaan!"
"Maaf Pak, maksud saya—"
"Kamu jelasin deh apa maksud kamu begitu."
"Saya tadi kan mau bilang saya tuh bercanda, sebenarnya saya butuh teman main gim."
"Terus kamu mereka suruh bolos? Kamu jangan gila dong! Mereka kan butuh makan juga, mereka bekerja juga! Kalau kamu begini mana ada perusahaan yang mempekerjakan kamu."
"Satu lagi!" Tania tiba-tiba bersuara.
"Ya, Tania ada yang kamu mau bicarakan?"
"Kamu menyogok teman-teman kamu dengan sesuatu, ada yang kamu manfaatkan kesusahan mereka, satu lagi kamu membuat beberapa karyawan bolos. Dari tadi saya pegang ponsel dan saya mendapat salah satu karyawan bolos karena kamu mengatakan dapat pesan dari saya untuk meliburkan teman-temanmu. Kamu pintar memanfaatkan situasi ya! Apa yang kamu mau? Kurang fasilitas kami kepada kamu? Kamu jangan bersilat lidah ya!" Tania memperingatkan dengan tegas.
Peringatan tegas dari Tania membuat Ranum terkejut, tubuhnya gemetar, dari teman-temannya ada yang mengadukan hal ini, namun ia masih berpikir positif, teman-temannya pasti setia dengan dirinya, tidak ada yang mungkin mengkhianatinya."
"Ini ada foto kamu sedang main gim, dan ucapan kamu sangat jelas meledek saya.
Suara rekaman terdengar kencang di seisi ruangan Gavi, Gavi sendiri terkejut dengan ucapan Ranum yang didengarnya lewat ponsel Tania.
"Mendingan main daripada kerja, mana Tania makin ngeselin ngecek-ngecek gue."
Selesai mendengarkan, Gavi lalu bertanya kepada Tania, "Menurut sumber kamu, berapa karyawan yang bolos?"
"Dua puluh Pak."
"Dua puluh? Kurang ajar kamu Ranum! Kamu mau bikin rugi saya?!" Gavi menggebrak meja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top