BAB 7: HASUTAN RANUM
Thomas memanyunkan wajahnya, sudah jam istirahat, ia harus kembali menjadi badut lagi seharian, ya, kadang ia merasa menjadi seseirang yang dibodohi, dunia seakan mentertawakan dirinya yang tidak mampu bersaing dengan keadaan. Orang-orang lain bisa dibilang mempunyai uang sangat banyak untuk membahagiakan orang lain, namun tidak dia. Dia seperti orang yang tidak berprestasi apapun di bidangnya.
"Kenapa? Lo baper ya sama anak tadi?" goda teman seprofesinya, seorang kasir, dia adalah seorang wanita. Namanya Ranum. Ranum memang dikenal suka menggoda Thomas.
"Ya, baper, kenapa lo? Mau ledekin gue juga?"
"Gue jadi ingat seseorang deh, eh tetangga gue punya anak, gitu tuh kelakuannya suka godain yang lebih tua."
"Tapi nggak gitu juga kali, untung gue bisa nahan diri, ampun deh tuh anak. Benar-benar deh."
"Ya, Thom, anak sekarang nggak tahu adab."
"Lo jangan diskriminatif gitu, nggak boleh."
"Eh, tapi gue lihat tadi kayaknya Mbak Tania negur ibunya si anak, tapi lo jangan senang dulu, bisa jadi tuh orang cari muka sama lo."
"Apa? Cari muka?" Thomas mencoba berpikir.
"Ya, masa lo nggak ngeh."
"Dia memang ngeselin."
"Suka ngejilatin pantat Pak Gavi. Serius gue nggak bohong, tipe penjilat gitu. Hati-hati deh itu orang munafik."
"Lo tahu nggak kenapa dia tegas sama anak-anak kayak lo, gue juga kena sih. Itu karena dia tuh dapat beberapa semacam apa sih namanya, kelebihan dari Pak Gavi."
"Lo tahu dari mana?"
"Dari beberapa teman gue, gue lihat pernah Pak Gavi bicara soal bisnis gitu ke Tania. Rasanya nggak wajar ya curhat-curhat gitu."
"Namanya juga sekretaris sama pengawas supermarket, mau apalagi."
"Pokoknya lo hati-hati deh sama Tania. Itu nasehat gue. Gue suka kasihan sama lo, kayaknya lo tersiksa banget gitu. Gue hanya peduli sama lo."
Thomas merasa diperhatikan Ranum. Setelah puas beristirahat ia melanjutkan pekerjaannya kembali sambil memikirkan perkataan Ranum.
***
Gavi bosan di ruangannya, ia pergi keluar untuk mencari udara segar, ia melihat Thomas sedang giatnya bekerja, menawarkan barang-barang sambil menari-nari. Ia sebenarnya sayang dengan Thomas, namun apa daya, kadang perilaku Thomas membuatnya menggelengkan kepala, ia hanya ingin memberi kesempatan semenjak kejadian di kasir kemarin.
Seorang anak menghampiri Thomas, ia meminta barang, anak yang lucu, Thomas melayaninya dengan sepenuh hati, tak sengaja anak perempuan itu berlari dan menabrak seseorang, kekasihnya, Tania.
"Eh adek, nggak apa-apa? Mau ngapain?"
"Mau ambil es krim."
Tania tersenyum, ia memberi kode kepada anak kecil perempuan itu untuk mengikutinya, Tania membuka lemari es krim yang bening. "Nih pilih yang mana?"
Si anak kecil menunjuk.
"Yang itu Kak." Si anak perempuan menunjuk.
Tania mengambilkan es krim yang ditunjuk si anak lalu memberikannya.
"Terima kasih Kakak. Semoga Kakak diberkati Tuhan."
"Sama-sama."
Tania menghampiri Thomas, ia memberi kode agar tetap semangat, lalu tak sengaja Tania berpapasan dengan Gavi. "Kakak ambilin es krim yang enak biar aku makin cinta."
"Ya ampun Gavi, aku sekretarismu loh. Ini juga lagi di depan umum, nggak boleh gitu ah." Tania ketakutan.
"Ya deh ya, tapi ambilin es krim nanti, aku lapar. Makan di kantor sama kamu."
"Kamu tuh minta aku tegas sama orang lain tapi kamu sendiri godain aku."
"Nyuapin es krimnya dengan tegas dong nanti."
"Terserah kamu." Tania berbisik lalu melambaikan tangan, mengawasi supermarket sambil mencari pelanggan yang membutuhkan bantuan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top