BAB 5: TAWARAN
Tania mengetuk pintu ruangan Gavi, terlihat sang kekasih sedang memeriksa laporan harian yang ditulis Tania. "Tan, duduk sini, lihat laporan sama aku." Ajak Gavi. Tania lalu duduk, "Gimana kerjaan kamu tadi, sebentar lagi kamu mau keliling supermarket lagi?"
"Iya, tadi aku ajak Thomas bicara, dia sepertinya punya masalah keluarga, dia cerita tadi. Itu yang menyebabkan dia sulit melakukan banyak hal, beban keluarga. Dia nggak hanya harus nanggung keluarganya namun juga keluarga pamannya."
"Kasihan betul ya, sepertinya aku harus berikan keringanan pekerjaan, gimana suruh dia menghibur diri, bikin sulap atau apa gitu, pertunjukan di supermarket kita."
"Kamu serius?"
"Yaa, aku serius dong. Nanti suruh dia ke sini habis kerjanya beres."
Tania tersenyum, ia kagum dengan kebaikan hati Gavi. Gavi adalah sosok yang penuh dengan rasa kasih sayang kepada para anak buahnya. Sore harinya, setelah Thomas selesai bekerja, ia masuk ke ruangan Gavi. Thomas duduk lalu mendengarkan segala ucapan atasannya itu.
"Saya lihat kamu penuh dengan masalah dan juga butuh hiburan, saya pikir saya ingin mencoba kamu untuk mencoba di bidang penampilan. Kamu coba jadi badut di supermarket kita, ada kostum badut dari brand kita, besok silahkan kamu pakai untuk menghibur pengunjung."
Thomas tersenyum sumringah, ia mencoba menyemangati diri, mencari kebahagiaan untuk esok hari, menurutnya masih ada harapan agar ia bahagia dan bisa menjadi seseorang yang bergelimang harta tanpa harus khawatir dengan beban dari keluarga besarnya.
"Kalau kamu bagus dalam performamu saya akan kasih tambahan untuk gaji bulan ini, pokoknya kerjakan sebaik mungkin." Gavi berkata.
Pembicaraan diakhiri, Thomas menyalami Gavi, tampak keduanya menjadi akrab, Thomas lalu pamit, pulang ke rumahnya.
Di rumah ia langsung mengabari ibunya lewat telepon, ia katakan tentang tugasnya menjadi badut besoknya.
"Ya ampun Nak, kenapa jadi badut di supermarket? Kenapa nggak di pantai, di sana mah lebih banyak pengunjung."
"Di supermarket juga banyak pengunjungnya juga loh."
"Iya, tapi kamu nanti jadinya gak lucu, kamu mau jadi apa badut di supermarket? Jarang ada yang mau beli barang yang pake badut."
"Kok ibu pesimis begitu?"
"Ya gimana ya, soalnya kalau pergi ke supermarket di sini, badut-badut gitu jarang ada yang ngambil. Mereka lebih suka ambil barang yang ada di rak daripada yang dipegang si badut."
"Pokoknya aku harus semangat Bu, untuk besok. Ini demi kesehatan jiwaku."
"Kamu kenapa? Depresi, ke psikolog sana."
"Bu, duit untuk ke psikolog butuh biaya besar, uangku habis sebenarnya untuk psikolog, dipakai untuk membiayai paman dan bibi."
"Dasar anak lancang! Terus kamu mau lepas dari tanggung jawab itu! Ingat ya Thom, paman dan bibi kamu itu butuh biaya, anak mereka nggak tahu tuh mau biayain apa tidak, dan mereka sudah baik sama kita. Kamu harus balas budi dong sama mereka!"
Thomas menutup telepon, dirinya sudah muak, harus menuruti tuntutan ini dan itu dari ibunya, kadang ia berpikir, orang tuanya ingin materi saja, kedudukan yang akan membuat mereka terlihat lebih hebat, bisa membiayai paman dan bibi lewat dirinya, ibunya kerap mendoktrin tentang balas budi kepadanya, padahal itu merusak mentalnya. Saat ini memang tidak ada pilihan lain, ia harus bekerja sebaik mungkin agar ia bisa dianggap oleh paman dan bibi dan tidak perlu menanggung mereka lagi.
"Kalau perlu aku bikin mereka kaya sekalian." Thomas berkata sendiri sambil memegang ponselnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top