BAB 4: CERITA THOMAS
Lagu galau berkumandang di seisi supermarket, mengiringi kegiatan Thomas di kasir, ia menghindar untuk menghayati lagi itu, bila ia akan galau dan malah tidak konsentrasi bekerja. Thomas sesekali bernyanyi ketika ada pelanggan yang datang untuk menyerahkan barang-barang yang mereka beli.
Suara barcode yang discan terdengar di telinganya, ia mencoba tersenyum kepada pelanggan meski wajahnya terlihat lelah, entah mengapa ia mulai tidak menikmati pekerjaan yang ia geluti saat ini.
"Mas maaf, ini diskon nggak?" tanya seorang pelanggan yang tiba-tiba muncul.
"Sebentar Mbak. Diskon Mbak."
Kemudian ia mengambil barang itu dari pelanggaan lalu memasukkannya ke daftar struk. Pelanggan demi pelanggan muncul sampai waktu istirahatnya datang. Thomas lalu keluar dari bilik kasir setelah memajang papan bertuliskan 'Istirahat'
Ketika ia hendak ke kantin untuk makan, Tania datang memanggilnya, Thomas menengok lalu menghampiri Tania.
"Makan yuk, sambil ngobrol."
Thomas merasa bingung, mengapa Tania mengajaknya makan, tidak biasa ia diajak makan bersama, tidak enak untuk menolak ia pun menerima ajakan Tania. Kedua orang itu lalu menuju kantin dan memesan makanan mereka masing-masing.
"Kenapa lo ajak gue makan? Ada apa?"
"Nggak, gue sebenarnya pengen nanya, kok akhir-akhir ini lo kelihatan nggak konsentrasi."
"Sok tahu lo."
"Gue tahu dari mata lo. Lo nggak mungkin begitu kalau lo gak ada yang dipikirin. Pasti ada yang dipikirin, muka lo murung tiap hari soalnya. Terus sering numpahin barang sama kepeleset."
"Gimana ya Tan, sebenarnya gue tuh punya gaji tapi ternyata kurang buat gue karena gue harus nanggung paman dan bibi gue. Gue udah nanggung keluarga gue aja bingung. Sebenarnya lebih dari cukup, tapi paman dan bibi gue itu yang bikin jatah gaji gue berkurang untuk menikmati apa yang gue hasilkan dari keringat gue."
"Maaf sebelumnya gue harus tanya ini, apa mereka punya anak?"
"Anak mereka sukses tetapi nggak tahu kenapa mereka nggak dikirimin uang, anak mereka di luar negeri, gue kasihan sama mereka tapi gue nggak bisa nanggung mereka terus. Benar-benar deh mereka beban banget buat gue, kadang gue capek Tan. Mana gue pengen jadi karyawan teladan Tan."
"Gue tahu apa yang lo rasain Thom. Tapi Thom, dalam hidup kita kadang harus menanggung apa yang orang lain tanggung, sebenarnya nggak usah."
"Kalau gue nggak menanggung beban mereka gue bisa dimaki-maki sama orang tua gue karena gue nggak mau nanggung beban mereka."
"Saran gue, lo coba bicara baik-baik sama orang tua lo. Lo juga punya kebutuhan yang harus dipenuhi di sini. Lo hanya bisa menanggung keluarga lo, bukan keluarga yang lain."
"Nanti gue bicarain. Oh ya gue mau tanya, maaf sensitif, kenapa ya Pak Gavi galak?"
"Ya kita nggak tahu, kenapa? Galaknya hanya sama lo saja? Apa sama yang lain juga?"
"Kadang sama yang lain, tapi sebenarnya baik, tapi gue bingung kenapa gue dimarahi?"
"Apa karena kejadian kemarin? Gue marahin pelanggan?"
"Ya Pak Gavi kaget lo marahin pelanggan kali, ya nggak seharusnya sih lo gitu, tapi dengan apa yang lo ceritain gue jadi mengerti, namun gue tegasin sama lo ya, dalam bekerja kita harus bisa mengontrol pikiran lo, jangan sampai lo kepikiran sama masalah di luar. Nanti kerjaan lo nggak beres." Tania memberi nasihat agar Thomas bisa berinteropksi diri.
"Terima kasih Tan."
"Kalau lo butuh bantuan apa-apa nggak usah tanya gue. Gue orang yang tegas Thom, gue bakal ngaswasi lo kalau lo masih mikirin masalah lo di luar sana, lo harus bahagia Thom."
Mereka menyelesaikan makan lalu kembali bekerja setelah berpisah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top