BAB 33: KABUR
Thomas mencari cara agar Ranum tidak dipenjara, ia mempunyai ide. Bila Ranum sudah pulih, ia akan mengajak Ranum kabur dari rumah sakit. Itu adalah satu-satunya jalan untuk mereka bisa bersama.
Thomas terkadang mengutuk rencana Ranum yang menurutnya bodoh, lagipula buat apa balas dendam dengan cara seperti itu. Ia juga harus meminta bantuan Lindy yang menjadi pelaksana kegiatan pembajakan aplikasi supermarket sampai rusak.
Ranum masih belum sadar pascaoperasi. Thomas pun harus menunggu dan penantiannya terjadi beberapa jam ke depan. Setelah Ranum sadar, Thomas yang diizinkan untuk menemaninya, diam-diam memberikan rencana untuk mereka supaya kabur.
"Kita harus kabur, karena kita tidak salah. Mereka yang salah bikin kita kecewa. Mereka nggak bisa bikin kita bahagia." Thomas membujuk Ranum.
Ranum sebenarnya sudah pasrah, tapi apa boleh buat, Thomas mengajaknya. Ia dan Thomas diam-diam keluar lewat jendela dituntun Thomas berjalan di antar celah-celah agar mereka tidak jatuh. Thomas lalu melihat sebuah ruangan. Ternyata itu adalah ruangan dokter.
Thomas memecahkan kaca dengan tendangan. Thomas lalu lompat. Dokter terkaget-kaget, ada suster di sana. Kebetulan suster dan dokter tersebut punya keahlian bela diri, mereka hendak melawan Thomas.
Thomas mencoba menghajar sang dokter. Dipukulnya sang dokter dengan pukulan yang sangat keras hingga si dokter kesakitan. Dokter tersebut muntah darah. Thomas pun terkena lukulan juga.
Alih-alih ruangan tersebut jadi bagian dari rumah sakit kini malah menjadi ajang bela diri, Suster yang melawan Thomas, pantatnya ditendang Ranum hingga kesakitan. Ranum ketika menendang juga kesakitan karena dirinya belum sembuh total.
Keduanya pun berusaha kabur, Thomas menggunakan kecerdikannya, apalagi ia ingin hidup bahagia dengan Ranum. Ia harus mencari akal agar bisa mengelabui siapapun termasuk Gavi dan Tania serta polisi yang mengawasi Ranum.
Keduanya berhasil kabur dari rumah sakit, Ranum dan Thomas menaiki motor, mereka berdua keluar dari kota mereka tinggal. Mereka mencari penginapan. Thomas membayarkan sejumlah uang kepada resepsionis penginapan memina agar identitas merieka disembunyikan karena bila polisi datang mereka akan ditangkap.
Si resepsionis setuju, mereka dibolehkan menginap. Identitas mereka benar-benar dirahasiakan, mereka tidur berdua dengan aman di dalam kamar mereka. Keesokan harinya mereka bangun dengan tenang.
***
Di rumah sakit, Gavi dan Tania sedang berbicara dengan seorang polisi karena Ranum tidak ada di kamarnya, seorang dokter memberitahukan kalau mereka dihajar oleh dua orang. Gavi dan Tania memahaminya sebagai Ranum dan Thomas. Kejadian ini membuat kalut mereka berdua.
"Kita harus gimana Gav?"
"Kita serahkan kepada pihak kepolisian. Itu adalah satu-satunya jalan."
Tania menghela napas, ternyara sangat sulit membuat ini menjadi mudah, Ranum benar-benar lihai. Uang mereka benar-benar harus diikhlaskan rupanya. Namun Tania tidak menyerah. Ia meminta polisi membantu penyelidikan hingga selesai. Tania dan Gavi pamit untuk pergi dari rumah sakit agar mereka bisa menenangkan diri terlebih dahulu.
"Tan, kamu lelah."
"Ya? Sedikit Gav."
"Mau ngopi dulu?"
"Sebaiknya jangan, aku khawatir kalau di luar malah bahaya, di rumah aku aja Gav."
Gavi mengangguk, mereka pergi ke rumah Tania. Di rumah Tania, Gavi duduk-duduk mengambil majalah sementara Tania mengaduk kopi untuk mereka berdua.
Di majalah itu ada penyanyi dangdut, Susanti. Gavi ingin rasanya bertemu dengan penyanyi idolanya.
"Keren ya, Susanti." Gavi tersenyum sambil melihat majalah yang ia pegang.
"Ya dong. Kapan ya kita undang nyanyi di supermarket?"
"Kenapa nggak pas nikahan kita aja?"
"Ya, tapi kapan kamu mau dilamar?"
"Habis ini selesai Gavi. Aku tuh—"
Sebuah kecupan mendarat di bibir Tania. Tania membalas ciuman Gavi. Bibir Tania terasa panas karena Tania habis meneguk kopi.
"Panas ya?"
"Nggak, bibir kamu lebih panas daripada kopi."
Tania merangkul, memeluk leher Gavi, menciumi bibir Gavi, mereka saling berpelukan di atas sofa. Napas mereka terengah-engah. Mereka batuk. Kehausan, langsung mereka minum kopi yang ada di dekat mereka.
"Khawatir panasnya hilang." Gavi berkata.
"You make your secretary turn on!" bisik Tania di telinga Gavi. Tania langsung mencium daun telinga Gavi. Gavi tak mau kalah, percumbuan pun berlanjut disertai tawa mereka berdua.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top