BAB 3: TANGGUNG JAWAB TANIA


"Ah kalah! Kampungan sih lo! Makanya jangan bodoh kalau main!" teriak salah seorang teman judi Thomas. Thomas merasa disinggung.

"Eh enak saja, gue main dengan benar ya! Ini duit punya gue! Lo mau apa? Mau mencurinya ya? Dasar lo!"

Si teman mengalah, ia tidak mau mencari keributan dengan Thomas, ia tahu Thomas adalah sosok yang nekat di bangku judi jika ia mengamuk, pernah ia memukul orang karena kalah main judi dan ketahuan orang itu adalah seorang penjudi yang tidak pernah mengakui kekalahan, Thomas pun memukul hingga hampir membunuh orang itu.

"Ya sudah Thom, ini buat lo saja. gue ikhlas kok. Jangan petakilan ya jadi orang."

Thomas menoleh dengan kesal, ia pergi meninggalkan temannya dengan perasaan jengkel. Thomas pulang ke rumah di pagi hari. Ketika bangun sekitar jam delapan pagi ia tahu harus segera siap-siap karena supermarket hendak buka, ia harus segera berangkat agar tidak telat.

Sampai ia di supermarket ia segera mengganti pakaiannya dengan seragam kasir, hari ini ada promo, beberapa harga akan diskon dan ia harus berhati-hati memilih barang yang mana diskon dan tidak.

"Gue paling malas kalau begini nih, ada harga yang harus diatur, kan repot kalau begini. Jadi malas kerja kan." Thomas mengeluh.

***

Sementara itu Tania sedang di parkiran mobil, ia sudah rapi memakai seragam dan hendak menemui kekasih sekaligus atasannya. Tania masuk ke dalam ruangan Gavi. Gavi tampak sedang membaca buku.

"Sayang, lagi baca apa?"

"Buku bisnis, biasa. Sambil memantau keadaan saham perusahaan aku ini. Sini duduk, pangku-pangkuan dulu."

Tania tersenyum, menyunggingkan bibirnya yang terlihat sensual, wangi parfumnya membangkitkan gairah Gavi. Tania lalu meluncur ke pelukan dan berpangku-pangkuan dengan atasannya itu. "Jam kerja sebentar lagi, Sayang." Gavi tersenyum kepada Tania yang menatapnya mesra.

Tania menyapu bibirnya ke bibir Gavi, keduanya tenggelam ke dalam kemesraan. Tania menjambak rambut pendek Gavi yang wangi. "Aku cinta kamu Sayang, pengen nikah cepat-cepat sama kamu. Biar rahimku penuh dengan cinta kamu."

Gavi menahan napas, ia memberikan kecupan yang mematikan, membuat Tania semakin gila dengan kemesraannya dengan Gavi. Ia membalas ciuman Gavi lagi dengan ciuman yang lebih keras. Mata Tania yang tegas membuat Gavi ingin cepat-cepat menikahi kekasihnya agar ia bisa terus berdua di kamar dengannya.

"Sayang jangan lama-lama, aku takut semakin liar dan nanti seragamku jadi penuh dengan kecupan cintamu."

"HAHAHA!"

"Ih kamu jangan keras-keras ketawanya." Tania menepuk pundak Gavi. Tania memanyunkan mulutnya lalu pergi melambaikan tangan kepada Gavi.

"Sampai nanti Sayang."

Tania tidak membalas, ia segera ke mejanya, sekitar siang hari nanti ia akan mengawasi supermarket, kini ia menulis beberapa laporan dan juga meneliti beberapa program yang akan dilakukan beberapa bulan ke depan. Supermarket yang sangat pesat kemajuannya ini harus mampu memberikan program-program yang menarik agar supermarket mereka semakin eksis.

Gavi meminta Tania untuk memikirkan program-program yang akan datang, ia menulis beberapa program yang ada di kepalanya, sebuah ide yang menurutnya brilian dan ide dari eksekusinya harus dipersiapkan secara matang kalau tidak hasilnya akan berantakan.

Di samping sebagai sekretaris, ketika menjadi pengawas supermarket, ia harus mengawasi eksekusi dari beberapa kasir dan juga karyawan yang berlalu-lalang di supermarket, jangan sampai ada kesalahan fatal atau keributan, mendadak Tania mengingat peristiwa kemarin ketika Thomas memarahi pelanggan. Ia harus berdiskusi dengan Gavi tentang performa karyawan dan karyawati ke depannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top