BAB 25: PANIK


Ternyata di sisi lain downnya aplikasi internal dari supermarket membuat Thomas kewalahan, ia mulai misuh-misuh dengan keadaan yang terjadi di depannya. Beberapa pelanggan protes dengan keadaan yang tidak menentu ini.

"Aduh gimana Mas? Kok berubah-berubah?"

"Aplikasinya down Kak, maaf ya? Jadi berubah-berubah angkanya."

"Memang nggak ada tim IT?"

"Iya, masa nggak ada timnya?" sahut pelanggan lain.

"Maaf ya Mbak, para tim IT sedang berusaha untuk membetulkan aplikasinya, jadi saya meminta semuanya harap bersabar. Semuanya sedang diatur agar tidak menimbulkan kendala yang lebih lias lagi." Thomas menjelaskan dengan berusaha agar ia terlihat pintar.

Sepertinya keadaan tidak menolongnya, beberapa orang malah pergi dari antrian kasir dan mereka mengembalikan barang-barang yang mereka tadi ambil. Di sisi lain ada orang yang mencoba memprovokasi untuk menjarah supermarket.

"Udah jarah saja daripada repot-repot!" seorang pria tua memprovokasi. Thomas tidak bisa tinggal diam. Bapak tua itu akan membuat gaduh keadaan. Thomas langsung meminta penjelasan.

"Maksud Anda ngomong gitu apa?"

"Bercanda Pak."

"Bercanda apanya? Itu udah pada mulai ngambilin! Eh kalian semua! Kembalikan atau saya panggilkan satpam! Buat Anda ya Pak! Jangan bercanda yang nggak-nggak deh! Nggak semua bisa dibercandain! Bapak memang nggak mampu ya sampai minta orang-orang pada buat jarrah?"

"Nggak mampu apa? Jangan bikin saya marah ya kamu!"

"Bapak kok nggak tahu diri kayak gini? Belanja tuh yang benar jangan main asal nyuruh jarah saja! Sana pergi dari pada saya banting badan Bapak!" ucap Thomas semakin tidak sabar melihat wajah si bapak tua.

***

Gavi melihat aplikasi kembali, ia panik, uang sebanyak satu ,ilyar hilang dari aplikasi perusahaan. Gavi benar-benar tidak menyangka, bisa kebobolan seperti ini. Gavi terduduk, ia kembali menangis setelah ditenangkan Tania tadi.

"Uang kita hilang! Uang perusahaan kita! Supermarket kita!" Gavi panik.

"Sebentar Gav, jangan panik dulu, tahan dulu. Kita akan usahakan aku panggil tim IT, sebentarjangan panik."

Gavi tak kuasa menahan tangis lebih kencang, uang satu milyar tidak sedikit, ini akan menjadi sebuah kehebohan. Tim IT masih berjuang menyelamatkan uang dan data-data perusahaan. Tania keluar dari ruangan Gavi lalu sebuah telepon berdering kencang.

"Halo Mbak Tania, saya mau update kalau website kita down, tidak hanya aplikasi kita saja yang rusak!"

"Usahakan yang terbaik ya Pak." Tania juga hendak menitikkan air mata karena memikirkan Gavi yang mulai rapuh.

***

Thomas pulang dari supermarket dengan perasaan gundah gulana, ia tidak langsung ke rumahnya namun ke rumah Ranum. Ranum sedang di rumahnya terlihat sedang menyapu halaman. Tampak rok mini menjadikannya terlihat sensual. Thomas tidak tahan, ia merasa kelelakiannya berdiri tegak. Thomas ingin tampak biasa saja ia pun menyapa Ranum.

"Ranum, bagaimana kabarmu? Di supermarket aku berkelahi dengan bapak-bapak. Ide kamu merusak aplikasi membuat harga jadi berantakan."

"Hahaha! Tapi uang satu milyar sudah di tangan kita. Bagaimana kalau sebagian uang itu kita ambil untuk main judi." Ranum mengusulkan.

Mendengar judi disebut-sebut Thomas tersenyum, ia langsung mendorong Ranum ke dalam, sapu di tangan Ranum terjatuh. Thomas mendorong Ranum ke sofa. Thomas menutup pintu. Ranum tertawa sambil menggigit jarinya. Terlihat menggoda, Thomas langsung memeluk Ranum. Menidurinya di sofa lalu melepas T-shirt yang menutupi tubuh Ranum.

Ranum tampak seksi dengan beha hitam. Thomas mencumbunya, ia melempar seragam supermarket hingga tubuh atletiknya terlihat. Mereka berdua pun bermanja. Malam harinya, mereka ke tempat judi. Ranum memijat-mijat punggung Thomas ketika berjudi, membuat para lawan Thomas merasa kalau lawan mereka tidak bisa diremehkan apalagi hasilnya, Thomas menang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top