BAB 21: FANTASI
Ranum terbangun dari tidurnya. Ia baru saja tidur di sofa, ada suara ketukan di pagar rumahnya. Ranum melihat, siapakah gerangan yang datang? Ranum membuka pintu dan hatinya terenyuh ada Thomas yang berdiri di depan pintu. Thomas terlihat tampan di sana. Ia melambaikan tangan kepada Ranum.
Ranum membukakan pintu. Thomas memasukkan motornya. "Aku berencana mengajak kamu jalan-jalan, di rumahku sedang ada keponakan jadi bingung mau ngapain."
Ranum mengangguk, ia memeluk Thomas saking rindunya, Ranum merasa terhibur dengan keberadaan Thomas di rumahnya.
"Kita mau ke mana?" tanya Ranum.
"Ke tempat makan kesukaan aku aja. Di sana ada soto enak banget, kamu harus nyobain."
"Waah, boleh banget, aku siap-siap dulu ya."
Thomas mengangguk ia masuk ke dalam rumah Ranum, duduk di sofa, lalu menunggu Ranum berganti pakaian. Ranum keluar beberapa menit kemudian. Ranum tampak cantik, rambutnya pendek, Thomas merasa dirinya melayang. Ia telah mabuk kepayang dengan penampilan Ranum yang memakai T-shirt berwarna merah muda. Thomas mencium bibir Ranum, Ranum membalasnya. Keduanya saling mengecup lalu mereka bergandengan tangan.Thomas, menaiki motornya lalu di belakang Ranum duduk sambil memeluk tubuh Thomas.
Keduanya tampak bahagia, tak lama di perjalanan mereka sampai ke tempat yang mereka tuju. Thomas dan Ranum duduk di sebuah meja. Sudah ada menu di sana. "Pesan gih yang kamu mau." Thomas berkata.
Ranum melihat menu yang ada, seorang pramusaji menghampiri mereka. Sang pramusaji itu tampak seperti seorang lelaki yang memakai anting, tapi menurut Ranum ia kalah dengan pesona Thomas yang lebih tampan dan lebih seperti bad boy kalau di luar supermarket.
"Saya pesan soto mie ya." Ranum berkata.
"Saya juga." Thomas menimpali.
"Baik saya ulangi, soto mienya dua, ada pesanan minum?"
"Es teh manis, dua."
Suara Thomas membuat perut Ranum seperti ada kupu-kupu terbang, ia membayangkan bercinta dengan Thomas dengan suara Thomas yang terlihat maskulin. Rasanya serasi sekali jika ada bad boy dan bad girl bercinta. Ia berharap keduanya mendapat predikat itu karena menurutnya ia dan Thomas sama-sama gila.
Thomas ingin mereka serasi, kalau mereka makan dengan keserasian maka rasanya dunia hanya milik berdua. Sambil menunggu makanan disediakan, mereka mengobrol.
"Eh kamu tahu nggak sih, si Dera tuh kemarin bikin aku kesal, dia tuh kayaknya yang ngadu tentang aku soal candaan ke Tania. Nggak jelas banget!" Ranum cemberut.
"Ya, Tania memang gitu, terima kasih sih aku soal dia mendengarkan ceritaku dahulu, tapi maaf, aku nggak mau balas budi sama orang itu."
"Balas budi? Kamu nggak perlu balas budi sama dia."
"Buktinya aku menjadi badut dan menghibur orang karena dia, kayaknya. Kayaknya dia cerita soal aku ke Pak Gavi."
"Iya, tapi bos supermarket kaya gitu banyak, sekarang banyak loh orang cari muka. Nggak usah kaget. Aku saja nih dilijatin sama temanku sendiri di Dera, eh tahu-tahunya besok dijahili. Maaf aku nggak bisa orgasme walau dijilat dia. Sekarang dia menjilat Tania dan Pak Gavi."
"Jilat-jilatan dong kayak kambing!"
Kedua orang itu tertawa, ledekan mereka terhenti karena ada makanan yang datang. Soto mie yang masih panas dengan es teh manis yang dihidangkan. Malam semakin ramai ada dua sejoli datang, Thomas mengenali Dera dengan pacarnya, keduanya tampak mengambil sebuah tempat untuk mereka makan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top