BAB 2: BEBAN THOMAS
Entah disadarinya atau tidak, Tania adalah sosok yang memesona di mata Gavi. Gavi sangat menyayanginya, sebagai karyawati teladan ia pun dinaikkan menjadi pengawas dan sekaligus sekretaris di supermarket mereka. Gavi Segalanya adalah supermarket yang berdiri dengan megah dan membutuhkan karyawan yang berdedikasi tinggi, dan itu diraih Tania. Keunggulan Tania hingga ia bisa menyabet penghargaan membuat Gavi pada suatu malam bertanya kepadanya.
Pertanyaan yang mungkin akan sangat sulit dijawabnya, seorang Gavi memberikan sebuah tatapan penuh kasih kepadanya, untuk pertama kali. "Kamu mau menjadi pacar saya?"
Tania kala itu terkejut, di ruangan yang dingin, Gavi menyatakan cinta kepadanya, sungguh dunianya penuh kejutan pada hari itu, Tania masih ingat ada kiriman bunga di mejanya, tanpa pengirim, ternyata pengirim itu adalah Gavi sendiri.
"Saya jawabnya gimana ya Pak, saya ..."
"Nggak apa-apa, nggak usah buru-buru."
"Saya sekretaris Bapak loh, saya juga pengawas supermarket, membantu pelanggan kadang, kenapa harus saya yang—"
"Karena kamu pintar dan berdedikasi, saya perlu orang seperti kamu, lagi pula saya masih muda dan saya nggak mau menikah terlalu tua, kita bisa menikah lalu berlibur ke mana kita mau."
"Pak saya sebenarnya—"
"Ada apa?"
"Saya suka sama Bapak sejak beberapa bulan lalu, nggak tahu ke mana saya ngerasa ada yang aneh sama diri saya."
"Itu wajar Sayang. Eh maaf saya langsung bilang begitu padahal saya belum diterima sama kamu."
"Pak, saya ini perempuan yang tegas dan juga bisa dibilang jarang dekat dengan laki-laki, tapi saya ngerasa Bapak termasuk kriteria saya. Gavi, can I call you just your name?"
"Okay, and then?"
Tania tidak menjawab, ia langsung mencium bibir Gavi, melumatnya, Gavi meresponnya, menjambak rambut Tania, tawa Tania terdengar di telinga Gavi. "Aku cinta kamu Gavi."
"Aku juga."
Keduanya tertawa, hujan terdengar kencang, petir mengejutkan mereka. Keduanya sontak tertawa terbahak-bahak. Thomas mendekati Tania, "Sayang, kayaknya kamu harus menginap dulu, di luar hujan, nanti kalau sudah pagian aku antar kamu pulang."
"Terus yang ngawas siapa?"
"Biar aku saja, kamu libur dulu."
"Gav, aku nggak enak." Tania meringis, ia tidak menginginkan ada perlakuan istimewa terhadapnya, ia merasa bersalah.
"Nggak apa-apa, sehari saja."
***
Thomas terbatuk-batuk, ia masih memikirkan bagaimana caranya menjadi karyawan teladan, ambisinya membuat ia tidak mau kalah dari segala hal, ia harus meraih segala sesuatu yang mungkin bisa membuat ia bahagia, termasuk memiliki harya yang banyak dari pekerjaan yang saat ini ia geluti. Rasanya memang tidak mudah menjadi kasir namun di sana gajinya lumayan bahkan upahnya dibandingkan dengan supermarket lain sangat besar.
"Aku bisa kaya namun aku harus mengurus paman dan bibi yang ada di kampungnya, duitku habis," ucap Thomas sambil melihat saldo rekeningnya di aplikasi banking. Thomas mengumpat di dalam hati, mengapa ia yang harus menanggung paman dan bibinya, ia sudah menanggung kedua orang tua dan juga beberapa adiknya. Paman dan bibinya bukan orang yang mampu sehingga tergantung dengan keluarga mereka. Baginya itu sangat menjijikan, "Berengsek!" umpatnya sambil menendang kursi.
"Sepertinya gue butuh hiburan deh. Main judi atau apa kek."
Thomas pergi ke sebuah warung remang-remang, di sana ada beberapa orang yang sedang minum-minum ada berjudi, seorang pria mampu mengalahkan rekan-rekannya dalam berjudi, ia ingin seperti itu. Thomas meraba uang yang ada di kantongnya, cukup untuk bermain.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top