BAB 18: BADUT SEDIH
Suara kemarahan yang tidak tertahankan melesat dari mulut Ranum, beberapa alat make up nya ia lempar. Dirinya sudah tidak berharga lagi. ia hanya seorang yang sebatang kara, tidak tahu harus berbuat apa setelah ia dipecat.
Namun tersadar, ia masih memiliki Thomas. Thomas adalah sosok yang mencintainya dan mengertinya. Memang mereka baru berpacaran dua hari namun dirinya yakin sebagai tetangga dan rekan kerjanya dulu, dirinya bisa mendampingi Thomas dan Thomas mengerti dirinya. Ia ingin menghampiri Thomas, ke rumahnya namun dirinya sudah tidak kuat, sedari tadi ia menangis-menangis dan ingin berguling-guling di mana-mana.
"Nggak ada yang ngerti gue kecuali Thomas!" Ranum berteriak.
DI pikirannya hanya ada Thomas, Thomas dan Thomas saja.
***
Gavi memeluk Tania dengan mesra, mereka sedang mengobrol di pinggir kolam renang. Malam itu mereka kencan berdua di rumah Gavi yang sangat besar. Tania sesekali melihat rumah Gavi yang bercat putih, sementara kolam renang ada di halaman belakang. Gavi menegak sirup sekali lagi, merasakan es berada di tenggorokan sementara hatinya panas ingin memeluk Tania lagi. Perlahan ia dekati Tania, bibirnya menyapu bibir Tania. Tania menyambutnya dengan pelukan dan juga ciuman. Gavi turun ke kolam lalu mengajak Tania yang sedang duduk untuk turun juga bersamanya.
Mereka berpelukan, berciuman. Bibir Gavi memagut leher Tania. Tania mendesah, ia membasuh tubuh Gavi dengan air kolam renang. Keduanya berciuman saling menjambak rambut. Keduanya lalu tertawa, berenang bersama, berdansa di kolam renang. Menyelam, berpegangan tangan lalu timbul ke dasar lagi. di tengah kolam keduanya berpelukan.
"Aku cinta kamu Gavi, selama aku mencari kebahagiaan hanya kamu yang bisa memberikan kebahagiaan itu. Terima kasih Gavi."
Gavi terbatuk, ia memeluk Tania. "Aku juga bahagia, dulu aku mencari kebahagiaan, rasanya sepi jadi bos sendirian dan sekarang aku punya sekretaris dan pacar seperti kamu. Aku sangat bahagia, namun Sayang, aku butuh kamu untuk bareng membangkitkan supermarket lebih jauh lagi."
"Iya, I will help you." Tania menjawab. Keduanya berpelukan, berenang bersama lagi, menikmati rasa cinta yang mereka rasakan. Sepasang kekasih itu benar-benar dimabuk asmara. Tania tidak henti-hentinya menggelitiki Gavi yang merasa geli karena pusarnya disentuh Tania.
***
Thomas masih diam di kamarnya, sementara di dapur suara ibu dan anak terdengar di telinganya. Ia sangat risau, gundah gelana dengan pikiran-piiiran anehnya sejak tadi. Seperti keberadaannya tidak dihormati, padahal ia tuan rumah. Rasa marah memang terlihat jelas di wajahnya. Besok pokoknya ia harus kerja dan mencoba mengganggap mereka tidak ada. Thomas juga berencana bicara baik-baik tepatnya minggu depan sampai kapan mereka tinggal di sini.
"Baguslah mereka hanya numpang, nyadar, nggak minta tinggal." Keluhnya sambil merokok di kamar.
"Oom badut! Ayo makan!" panggil Bima dari balik pintu.
Kurang ajar sekali, ia dipanggil badut. Tidak ada hormat-hormatnya anak itu kepada pamannya sendiri. berengsek sekali. Bima masuk ke dalam, ia menari-nari, Thomas jujur seperti badut mukanya, menurut dia.
"Oom bisa main lawak-lawakan?" tanya Bima.
"Nggak bisa."
"Oom ini, waktu itu bisa."
"Nggak bisa, Oom capek."
"Makan dulu, biar segar terus main lompat-lompatan."
"Aduh Dek, lompat-lompatan apa sih. Kan nanti mau makan ya nggak boleh lompat-lompat."
Thomas terpaksa mengalah, ia makan bersama keluarga sepupunya. Mereka makan pancake.
"Maaf, adanya ini." Tia berkata.
"Nggak apa-apa."
Thomas tidak mempermasalahkan makanan apa malam ini namun sampai kapan mereka tinggal di sini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top